Friday, August 18, 2006

10 Kualitas Pribadi Yang Di Sukai


Ketulusan
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai olehsemua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karenayakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakankebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan ataumemutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak".Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangidengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadikeluguan yang bisa merugikan diri sendiri.
Kerendahan Hati
Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justrumengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikaprendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orangyang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisamembuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnyatidak merasa minder.
Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yangsetia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punyakomitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
Positive Thinking
Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihatsegala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruksekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan oranglain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih sukamencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dansebagainya.
Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidakharus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceriaadalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selaluberusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain,juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorongsemangat orang lain.
Bertanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengansungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untukdisalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akanmenyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yangbertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.
Percaya Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimanaadanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percayadiri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Diatahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.
Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa bencidan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidakmembiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.
Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak sukamembesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatirdengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalahyang berada di luar kontrolnya.
Empati
Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan sajapendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain.Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi keduabelah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Diaselalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Wednesday, August 16, 2006

News : Syukuran dan Aqiqoh Vanadia Putri A . . .


Acara Syukuran sekaligus Aqiqoh Vanadia Putri A, berlangsung hari Minggu, 16 Agust 2006 kemarin. Sebenarnya acara sudah dimulai hari Sabtu siang, yaitu dimulainya Khotmil Qur'an oleh Kelompok Khotmil Qur'an desa Sidomulyo yang dipimpin Bapak Supardi. Pembacaan ayat suci Al-Qur'an ini berlangsung dari hari Sabtu jam 13.30 dan tamat 30 Juz pada hari Minggu jam 15.00. Acara penutupan Khotmil Qur'an sekaligus tasyakuran Aqiqoh berlangsung sehabis Isya sampai jam 20.30. Acaranya sendiri dihadiri sekitar 60 orang, baik dari kelompok Khotmil Quran maupun tetangga sekitar.
Hadir juga Mbah-Mu dan Mbah-Ri yang datang jauh dari Pati. Acara ini juga dihadiri oleh YangTi, Yang-Kung, dan segenap keluarga.
Terimakasih untuk Cak-Pri dan segenap tetangga yang telah membantu kelancaran acara ini.
Semoga acara ini membawa barokah terhadap kami sekeluarga dan terutama terhadap Vanadia Putri Amiruddin, amiennnnn!!!

Right or Wrong is my Country, hanya tinggal slogan??



Dirgahayu kemerdekaan RI ke-61




- Memperingati hari kemerdekaan negeri ini, kita perlu banyak melakukan introspeksi, merefleksi masa lalu sebelum menatap ke depan. Sebab, perjalanan sejarah adalah bagian yang tak akan pernah terpisahkan. Tonggak demi tonggak telah dilewati ibarat perjalanan panjang yang mengalami pasang surut, naik turun, dan salah satu ukurannya: bagaimana posisi kita di tengah percaturan global atau di tengah arena kompetisi antarbangsa dalam segala matra kehidupan terutama ekonomi. Ukurannya, yaitu tujuan didirikannya negara ini yang disemangati cita-cita founding fathers kita. Yaitu kesejahteraan dan kemakmuran bagi segenap warga bangsa. Sudahkan cita-cita tersebut tercapai?
- Paling tidak, tiga tonggak besar bisa dijadikan tahapan penting dalam sejarah bangsa sejak kemerdekaan 61 tahun silam. Tiga periode besar itu: pra-Orba, Orba, dan era reformasi. Pada masa terakhir inilah ternyata bangsa kita masih terus diuji. Ketika demokrasi sudah bisa dijalankan dengan segala konsekuensinya, pertanyaan besar yang harus dijawab: apakah cita-cita itu telah dicapai. Demokrasi adalah sarana atau jalan menuju ke pencapaian cita-cita tersebut. Bila itu ukurannya maka sekali lagi jawabannya belum. Berapa puluh juta orang masih menganggur dan hidup miskin?
- Dalam konteks dan tataran demokrasi serta kebebasan memang telah banyak dicapai kemajuan. Antara lain kebebasan berpikir, berserikat, dan berkumpul. Kebebasan mengeluarkan pendapat yang dimanifestasikan pula dalam kebebasan pers. Akan tetapi, lagi-lagi kita bertanya untuk apa kebebasan dan kemerdekaan seperti itu, kalau ternyata belum menunjang pencapaian tujuan yang lebih hakiki. Kita masih bergumul dengan persoalan mendasar, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, keterbatasan infrastruktur, dan lapangan kerja yang minim. Namun, beruntunglah konflik-konflik di berbagai wilayah di Tanah Air telah mereda.
- Ujian datang bertubi-tubi terutama sejak krisis ekonomi 1997. Pemulihan sudah berjalan tetapi kepercayaan belum sepenuhnya kembali. Utang makin menggunung sementara arus investasi belum bergerak normal. Pertumbuhan masih melambat, ekonomi ketat, dan yang lebih utama bencana alam terus menghantam sehingga memakan korban jiwa ratusan tewas dan kerugian materiil mencapai triliunan rupiah. Kita makin merasa miskin. Pada saat tantangan berat mengadang, inilah ujian bagi pemimpin di negeri ini. Apakah mereka akan mampu menghantarkan kita pada sebuah penyelamatan ataukah akan membuat bangsa ini semakin terpuruk.
- Satu hal yang terasa masih menjadi kendala besar bagi bangsa kita untuk dapat bergerak maju adalah belum ditegakkannya hukum secara adil. Hukum di negeri ini masih menjadi sesuatu yang sangat diskriminatif dan berkawan akrab dengan uang serta kekuasaan. Pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) mulai ada gebrakan namun terasa sangat kecil gaungnya. Terasa sangat lemah kekuatannya dibandingkan dengan kekuatan dahsyat: sistem dan kultur korup. Padahal, inilah salah satu fundamen yang harus dibangun terlebih dahulu. Selama belum bisa dilakukan, kita sebenarnya masih terjebak pada fenomena masa lalu.
- Bangsa ini harus bergerak maju karena yang lain telah berlari kencang terutama dalam kemajuan ekonominya. Kita memang selalu harus memiliki optimisme ke depan. Dengan laju pertumbuhan sekitar 5%, kondisi senyatanya tidaklah terlampau buruk. Akan tetapi, juga belum akan dapat mengatasi berbagai masalah, seperti kemiskinan dan pengangguran. Sementara itu, percepatan pertumbuhan ekonomi membutuhkan syarat-syarat dasar yang harus terpenuhi. Tidak cukup hanya dengan demokrasi. Namun bagaimana seharusnya kita mampu menegakkan hukum dan keadilan tanpa pandang bulu. Justru karena itulah, cita-cita tersebut kadang masih seperti mimpi. Merdeka !!! Sekali Merdeka Tetap Merdeka !!!!
Sumber : Tajuk Suaramerdeka.com ( Aug.16.2006 )

Thursday, August 03, 2006

Indonesia : An Example of Unity in Diversity



Indonesia, which is the largest archipelago in the world, is an example of a nation with “unity in diversity”. It consists of five major islands and about 30 smaller groups. The figure for the total number of islands is 17,508 according to the Indonesian Naval Hydro-Oceanographic office. The archipelago is on a crossroad between two oceans, the Pacific and the Indian, and bridges two continents, Asia and Australia.
This strategic position has always influenced the cultural, social, political, and economic life of the country. The territory of the Republic of Indonesia stretches from 6.08’ north latitude to 11.15’ south latitude. The Indonesian sea area is four times greater than its land area, which is about 1.9 million sq km (including an exclusive economic zone) and constitutes about 81 percent of the total area of the country.
The five main islands are: Sumatra, which is about 473,606 sq km in size; the most fertile and densely populated islands, Java/Madura, 132,107 sq km; Kalimantan, which comprises two-thirds of the island of Borneo and measures 539,460 sq km; Sulawesi, 189,216 sq km; and Irian Jaya, 421,981 sq km, which is part of the world’s second largest island, New Guinea. Indonesia’s other islands are smaller in size.
The archipelago is divided into three groups. The islands of Java, Sumatra, and Kalimantan, and the small islands in-between, lie on the Sunda Shelf which begin on the coasts of Malaysia and Indo China, where the sea depth does not exceed 700 feet. Irian Jaya which is part of the island of New Guinea, and the Aru Islands lie on the Sahul Shelf, which stretches northward from the Australia coast. Here the sea depth is similar to that of the Sunda Shelf.
Located between these two shelves is the island group of Nusa Tenggara, Maluku and Sulawesi, where the sea depth reaches 15.000 feet. Coastal plains have been developed around the islands of Sumatra, Java, Kalimantan and Irian Jaya.
The land area is generally covered by thick tropical rain forests, where fertile soils are continuously replenished by volcanic eruptions like those on the island of Java. The country is predominantly mountainous with some 400 volcanoes of which 100 are active. Mountains higher than 9,000 feet are found on the islands of Sumatra (Mt. Leuser and Mt. Kerinci); Java (Mt. Gede; Mt. Tangkubanperahu, Mt. Ciremai, Mt. Kawi, Mt. Kelud, Mt. Semeru and Mt. Raung), Sulawesi (Mt. Lompobatang and Mt. Rantekombala), Bali (Mt. Batur and Mt. Agung), Lombok (Mt. Rinjani) and Sumbawa (Mt. Tambora).
The highest mountain is the perpetually snow-capped Mandala Top (15,300 feet) in the Jaya Wijaya mountain range of Irian Jaya. Many rivers flow throughout the country. They serve as useful transportation routes on certain islands, for example, the Musi, Batanghari, Indragiri and Kampar rivers in Sumatra; the Kapuas, Barito, Mahakam and Rejang rivers in Kalimantan; and the Memberamo and Digul rivers in Irian Jaya. In Java rivers are important for irrigation purposes, i.e., the Bengawan Solo, Citarum and Brantas rivers.
A number of islands are dotted with scenic lakes, like the Toba, Maninjau and Singkarak lakes on Sumatra; the Tempe, Towuti, Sidenreng, Poso, Limboto, Tondano, and Matana lakes on Sulawesi; and the Paniai and Sentani lakes on Irian Jaya.
Races and Ethnic Groups:
The Indonesian people consist of hundreds of ethnic groups, with each group having distinct language, art, tradition and custom. Those ethnic groups politically and geographically unite into a nation, the Indonesian nation, under the Unitary State of the Republic of Indonesia, with Pancasila as its state philosophy. It was during the second Indonesian Youth Congress on Oct. 28, 1928, that the Bahasa Indonesia, the Indonesian Language, was for the first time declared as lingua franca for ethic groups residing in the territory now called Indonesia. The event called as the “Youth Pledge” was the starting point of the all ethnic groups to work together to build one nation and one motherland, Indonesia.
The island of Sumatra is home to the ethnic groups of Acehnese, the Gayo, the Batak, Malays, Minangkabauan, Jambi, Palembang etc. The island of Java is home to the ethnic groups of Betawi, Javanese, Sundanese. The island of Bali is home to the Balinese, while the ethnic groups of Lombok, Sasak, Flores and Timorese live in East and West Nusa Tenggara.
In Kalimantan live in the Dayak, Banjar and Malays; in Sulawesi the Minahasans, Torajans, Bugisnese, Makassar, Mandar etc. The Asmat, Marind-anim, Dani, Yali, Korowai, Biak, Serui, Artak are ethnic groups that live in Papua.
Each of these ethnic groups has its own distinct dances popularly known among the public, such as Saman dance of Aceh, Tortor dance of the Batak, Piring dance of Minangkabau (West Sumatra), Ondel-ondel dance of Betawi, Lenso dance of Ambon (Maluku), etc.
Each ethnic group adopts a different kinship system as well. The Bataks, for instance, adopt a patriarchal system, and bear clan names after their own surnames. The Bataks are known for their talented singers. The Minangkabauans, known as domestic tough migrants, stick to a matriarchal system.
Sundanese and Javanese are known for their industrious and tenacious workers, and their arts batik textiles are popular at home and even abroad. So are the Balinese with their particular dancing and carvings. The Bugisnese-Makassars have been known for their seafaring people with their wooden “phinisi” ships sailing high seas since hundreds years ago. Meanwhile, the people of Maluku have been known for their skillful singers and traditional music instruments, and Papuans are the country’s promising athletes for the future.

Remark of the picture : Brilian Putra in action " Indonesia Great...." he said.