Monday, June 18, 2012

Refleksi 40 Tahun, Momentum Kepasrahan Total



Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a:"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-Ahqoof [46]: 15)



Jika melongok kitab suci, ayat di atas, hanya ada dua usia manusia yang layak untuk direnungkan. Pertama usia manusia dalam kandungan hingga masa persusuan selama 30 bulan. Kedua, usia 40 tahun dengan doa: :"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

A.Usia dalam kandungan hingga selesai masa persusuan

Usia manusia dalam kandungan dan penyusuan selama tiga puluh bulan itu, pada dasarnya adalah angka ideal minimal bagi proses kelahiran hingga penyusuan. Sebab masa penyusuan yang paling ideal adalah 2 tahun (24 bulan) sebagaimana tertulis dalam ayat lain, yaitu Qur’an Surat al-Baqarah [2] ayat 233: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan.”. Angka 24 itu jika ditambah masa normal dalam kandungan yaitu 9 bulan maka total dalam kandungan normal hingga persusuan adalah 32 bulan. Itu masa paling ideal secara normal. Kenapa disebut masa paling ideal secara normal, sebab pada kenyatannya masa dalam kandungan janin tidak selamanya 9 bulan (plus 10 hari). Maka angka-angka itu pada dasarnya adalah patokan umum untuk memberi standar.

Apa yang layak untuk direnungkan tentang usia manusia dalam kandungan hingga habis masa penyusuannya? Jawabannya tercantum secara eksplisit dalam QS. Al-Ahqoof  ayat 15 di atas, yaitu kita temukan pada kalimat: ”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah.” Begitulah, merenungkan usia dalam kandungan hingga selesai masa persusuan adalah untuk selalu mengingatkan betapa besar jasa orang tua kita, terutama ibu, dalam hidup ini. Dengan begitu, kita tak lupa untuk selalu berusaha berbuat baik kepada orang tua, khususnya ibu kita. Yang demikian ini bisa menjadi suatu ukuran minimal akhlaq manusia.

Penghormatan kepada orang tua, khususnya ibu, bisa menjadi tolok ukur minimal akhlaq seorang manusia. Maka ketika ada seorang berbicara tentang perjuangan kemanusiaan, sehebat apapun yang ia katakan, sebelum kita mempercayainya maka kita lihat dulu bagaimana ia bersikap kepada ibunya. Jika kepada orang yang telah banyak memberikan pengorbanan padanya saja ia tak mampu memberikan kecintaan yang layak, jangan harapkan ia memberikan kecintaan yang agung kepada manusia lainnya. Sungguh sulit diterima nalar jika ia masih diharapkan bisa memberikan pengorbanan yang tulus dalam perjuangan kemanusiaan.

B. Usia 40 sebagai momentum kepasrahan total

Tak perlu kita otak-atik keramatnya angka 40, cukup kita merenungkan maknanya ketika Allah berfirman tentang usia 40 tahun dalam surat Al-Ahqoof  ayat 15. Beberapa analisis ahli psikologi menyatakan 40 tahun adalah momentum kematangan ruhani seseorang, tapi biarlah itu wacana mereka. Namun tentu menarik ketika muncul pertanyaan kenapa usia empat puluh disebutkan eksplisit dalam ayat tersebut dan apa maknanya?

Sepertinya kunci dari usia 40 tahun adalah pada isi dari doa yang diucapkan dalam ayat tersebut. Ujung dari doa tersebut adalah: “dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri,” yang mengandung makna deklarasi penyerahan diri total kepada Allah. Penyerahan diri total tersebut didasari atas kesadaran bahwa sebagai makhluk, manusia itu tidak akan menemukan jalan yang benar atau banyak melakukan kesalahan jika ia tidak mendapat petunjuk dari Allah. Kesadaran tersebut ada dalam kalimat: “Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau.”

Lalu bagaimana cara kita untuk bisa memasuki tahapan penyerahan diri total? Sepertnya Allah memberitahu kita dalam doa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.” Saya pribadi, memahami doa tersebut pada kesadaran akan pentingnya sikap yang benar berkaitan dengan konsep waktu. Yaitu masa lalu (mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku), masa kini (supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai), dan masa depan (berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku).

Untuk bisa pasrah diri total melampaui usia empat puluh tahun, jalan yang dilakukan berkaitan dengan masa lalu adalah mensyukuri apa-apa yang telah kita dapatkan dari masa lalu. Syukur itu berarti selalu berpikiran positif terhadap yang kita punya dan tidak iri pada apa yang dimiliki orang karena hanya akan melemahkan kepercayaan diri dan mematahkan semangat perjuangan meraih masa depan. Apa yang kita punyai ini pada dasarnya adalah yang terbaik bagi kita dan kita punya amanah untuk menggunakan sebaik-baiknya.

Untuk bisa pasrah diri total melampaui usia empat puluh tahun, jalan yang dilakukan berkaitan dengan masa kini adalah dengan selalu produktif berkarya demi kemaslahatan sebanyak-banyaknya manusia. Berkarya tak henti dengan segala amal kebaikan merupakan cara seseorang yang berpikiran positif untuk meriah ridlo Ilahi. Sungguh merupakan musibah besar bagi seorang makhluk bernama manusia jika dalam hidup di dunia ini ia sampai berhenti berkarya.

Untuk bisa pasrah diri total melampaui usia empat puluh tahun, jalan yang dilakukan berkaitan dengan masa depan adalah dengan mulai menyediakan ruang regenerasi dalam seluruh lingkungan kehidupannya. Ini bukan berarti mengurangi produktifitas karyanya. Tapi menyiapkan suatu proses yang berkelanjut dalam berkarya. Tidak hanya terputus satu generasi.

Saya perlu mulai mengkondisikan situasi batin dan merintis kepasrahan total pada Allah. Yang salah satu caranya adalah dengan banyak-banyak bertaubat kepada Allah: ” Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau.”

Saya ketika kecil pernah diajari bahwa dosa-dosa berkaitan dengan hubungan antar manusia tidak akan pernah diampuni oleh Allah meskipun kita telah bertaubat, selama kita belum meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Mengingat itu betapa pesimisnya saya benar-benar mendapat ampunan Allah dan bisa pasrah total di usia 40. Sebab, saya merasa betapa banyak dosa-dosa kemanusiaan yang pernah saya lakukan dan sampai sekarang belum juga saya meminta maaf.

Sebab sudah jelas apa yang sesungguhnya harus dilakukan. Yaitu bertaubat kepada Allah, dan memperbanyak minta maaf kepada orang-orang yang saya pernah melakukan kesalahan pada mereka. Maka melalui tulisan ini saya minta maaf kepada semuanya. Bukan hanya mereka yang saya tandai dalam tulisan ini. Tapi kepada semuanya.

Dan tak lupa saya minta doa agar pada usia 40 tahun ini, saya bisa benar-benar mampu mengaktualisasikan doa: ”Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".