Ketika Inovasi Berbunyi
Selalu menjadi pembicaraan tanpa henti dalam komunitas bisnis tentang praktek bisnis terkini yang dapat mengantarkan pemainnya ke posisi pemenang. Dengan makin tersedianya beragam management tools, setiap pemain sekarang ini memiliki kesempatan yang sama untuk menjalankan bisnisnya dengan cara yang tidak jauh berbeda. Selanjutnya, bagaimana persaingan bisnis melahirkan pemenangnya? Lewat serangkaian proses berkualitas yang serba terukur dan andal, setiap pemain pada akhirnya akan menciptakan produk dengan kualitas yang tidak jauh berbeda satu sama lain.
Ketika Kualitas Menjadi Komoditas
Program peningkatan kualitas yang berfokus pada konsistensi proses untuk menghasilkan produk zero-defect nantinya akan lebih berperan sebagai qualifier ketimbang winner dalam persaingan. Praktek yang bertumpu pada peningkatan kualitas proses yang mampu mengurangi/menghilangkan berbagai waste (pemborosan) hanya akan menciptakan efek berupa penurunan biaya. Ketika banyak pemain mempraktekkan hal yang sama, yaitu meningkatkan efisiensi lewat pemangkasan pemborosan, maka makin terbuka terciptanya pasar kompetitif, yang ditandai dengan makin tergerusnya margin keuntungan (profit margin). Dalam pasar yang kompetitif, program peningkatan kualitas proses tidak lagi menjadi penentu dalam pencapaian keunggulan kompetitif. Program peningkatan kualitas proses tersebut pada akhirnya akan menjadi komoditas. Dari sudut pandang makroekonomi, keuntungan marginal untuk suatu komoditas adalah nol, yang berarti revenue yang ada hanya digunakan untuk menutupi biaya-biaya seperti tenaga kerja, depresiasi, dan sebagainya. Hanya pemain-pemain yang super efisien-lah yang mampu bertahan di bisnis.
Selanjutnya menjadi pilihan Anda sebagai pelaku bisnis, apakah ingin menjadi super efisien di samudera merah (red ocean), meminjam istilah dari Prof. W. Chan Kim, atau menawarkan sesuatu yang berbeda, tidak sekadar biaya yang rendah? Ketika efisiensi bukan pilihan utama, lantas apa yang bisa dilakukan perusahaan untuk tetap bertahan atau bahkan sukses dalam persaingan?
Kata Kunci: Inovasi
Inovasi! Ya, inovasi-lah yang menjadi kunci penentu terciptanya keunggulan kompetitif perusahaan. Sejak diingatkan oleh Peter Drucker tentang keharusan bagi setiap perusahaan untuk menjadikan inovasi sebagai kompetensi inti, perusahaan sepertinya dipojokkan pada pilihan biner, inovasi atau mati. Meskipun sekarang ini kata inovasi sepertinya sudah menjadi mantra yang sering diucapkan, tetapi esensinya masih belum sepenuhnya tersentuh. Inovasi bukanlah sekadar ide yang brilian; inovasi bukanlah hanya bertumpu pada kampanye iklan kreatif untuk menutupi produk inferior. Inovasi haruslah dipandang sebagai suatu “sweating process” alias proses berkeringat, mulai dari pengidentifikasian problem, pengembangan ide dan konsep produk, pemilihan konsep terbaik dan pendetailan desain produk yang merupakan solusi atas problem, sampai peluncuran produk ke pasar.
Ilustrasi tentang inovasi di atas memang menjelaskan salah satu pilihan dalam berinovasi, yaitu inovasi produk. Bersama-sama dengan inovasi dalam proses maupun model bisnis, inovasi produk merupakan pilihan yang dapat diambil oleh perusahaan. Perusahaan inovatif seperti Apple Computer memainkan inovasi produk dan model bisnis sekaligus lewat produk iPod dan model bisnis iTunes-nya. Baik iPod maupun iTunes menjadi fenomenal karena menawarkan simplicity bagi pencinta musik untuk mendapatkan dan memainkan musik pilihannya. Selain itu, Apple mengerti betul tentang pentingnya inovasi desain untuk dapat menghasilkan produk yang memiliki nuansa keindahan.
Premis yang digunakan dalam tulisan ini adalah sangat krusialnya peran inovasi produk dalam mengantarkan perusahaan ke posisi pemenang dalam persaingan. Lewat inovasi produk, perusahaan dapat keluar dari kungkungan tekanan proses berbiaya rendah. Lewat inovasi produk, perusahaan berupaya untuk menyelami apa yang menjadi fantasi konsumen dan mencoba untuk memenuhi fantasi tersebut.
Inovasi yang Berbunyi
Jika program peningkatan kualitas proses pada akhirnya berubah menjadi komoditas karena mudah ditiru, tidak demikian halnya dengan inovasi produk. Inovasi produk merupakan sesuatu yang dapat menjadi pembeda yang unik dari perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Ke depan, agar suatu perusahaan tetap bisa beda, maka inovasi produk haruslah menjadi DNA perusahaan yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain.
Mungkin kita sering bertanya mengapa di perusahaan tertentu inovasi produk begitu mudah dilakukan dan selalu mendatangkan perolehan yang menggembirakan, sedangkan di perusahaan yang lain inovasi merupakan sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Para pakar mengatakan, semuanya tergantung pada manajemen inovasi yang dijalankan. Dianalogikan dengan proses problem solving & decision making yang selalu diawali dengan mendefinisikan problem yang sesungguhnya, inovasi yang dikejar setiap perusahaan haruslah berawal juga dari adanya product opportunity gap (POG), yaitu kesenjangan antara apa yang seharusnya diberikan oleh produk dan apa yang sudah ditawarkan oleh produk tersebut. Di sinilah kunci keberhasilan dari inovasi yang dilakukan.
Setelah POG ditentukan, proses berkeringat terus berlanjut ke pengembangan konsep produk. Di sinilah kreativitas tim pengembang produk dituntut. Beberapa model pengembangan konsep yang tersedia, mulai dari yang sangat presisi sampai model-model yang lebih pragmatis, dapat digunakan. Apa pun model yang digunakan, tim pengembang produk harus menyiapkan kriteria desain yang tepat. Konsep-konsep yang dikembangkan nantinya akan dipilih berdasarkan kriteria tersebut. Pemilihan konsep yang tepat berdasarkan sekumpulan kriteria yang tepat menjadi begitu krusial dalam tahap pengembangan produk. Di tahap inilah kesuksesan produk baru dapat diproyeksikan.
Menghasilkan produk inovatif tidak lepas dari serangkaian keputusan dalam lanskap keambiguan yang kompleks. Di sinilah ketajaman intuisi dan kedalaman berpikir dari tim pengembang produk akan memainkan peran krusialnya untuk dapat menghasilkan produk yang useful, usable, dan desirable yang benar-benar dicintai penggunanya. Memang tidak mudah. It pays to walk on water!
Ditulis Oleh: Ade Febransyah
Penulis adalah peneliti pada Workgroup for Innovation in Decision Making (WIDE) Prasetiya Mulya Business School, dikutip dari warta ekonomi.com
No comments:
Post a Comment