Produsen bio-etanol dari Korea Selatan, LBL Network Ltd menandatangi nota kesepahaman dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Kuningan, Subang, Sumedang, dan Indramayu untuk membangun pabrik pemroses ubi kayu menjadi bio-etanol di Jawa Barat. Bio-etanol merupakan bahan campuran untuk premium.
Pemerintah Jawa Barat akan memfasilitasi masyarakat di Kuningan, Subang, Sumedang, dan Indramayu menanam ubi kayu sepsies Manihot Esculanta Trans. Empat daerah ini menjadi basis penanaman ubi. "Proyek ini untuk mengembangkan industri bio-etanol," kata Presiden & CEO LBL Network Co. Ltd. Kang Yong Soo di Bandung pada Kamis (30/11).
Dalam operasinya, perusahaan Korea Selatan ini menggandeng PT Mitra Sae International sebagai pelaksanaka joint operation pengembangan pabrik bio-premium. Bahan ini merupakan hasil campuran antara Premium dan 5 persen etanol dari bahan baku ubi kayu.
Menurut Direktur PT Mitra Sae International Tony Firmansyah, pabrik yang dibangun memiliki kapasitas produksi 200 juta liter etanol per tahun. Lokasinya di sekitar Indramayu, Sumedang, atau Subang. Total investasi, termasuk working capital mencapai 100 juta dolar Amerika. “Ini industri bio-etanol terbesar di Indonesia,” katanya.
Untuk mencapai target produksi itu, kata dia, dibutuhkan bahan baku ubi kayu segar sebanyak 1,2 juta ton per tahun. Lahan untuk menghasilkan ubi kayu segar itu diperkerikan sekitar 23 ribu hektare. Tapi, untuk menjaga kelangsungan produksi ubi kayu dibutuhkan lahan seluas 50 ribu hektar.
Wakil Gubernur Jawa Barat Nu'man Abdul Hakim meminta empat daerah tadi tidak menggunakan lahan produktif untuk menanam ubi kayu. "Jangan melakukan alih fungsi lahan produktif ke ubi," katanya. Penyediaan lahan akan memakai konsep inti plasma yakni masyarakat dilibatkan menanam ubi dan bukan dengan membebaskan lahan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Jawa Barat Asep S Abdie meminta lahan untuk ubi kayu berada di tanah landai. Selain itu pola penanaman ubi harus dengan cara diselang agar tidak merusak tanah. ahmad fikr
Sumber : Tempo interaktif Dec.01.2006
No comments:
Post a Comment