Oleh Didi Junaedi HZ ( Suara Merdeka.com Dec.30.2006 )
Dalam rangka memperingati peristiwa agung (Idul Adha) kali ini, penulis mengajak siapa pun meluangkan waktu sejenak untuk merefleksi, mengingat kembali peristiwa pengurbanan yang dilakukan oleh salah seorang rasul Allah dalam menjalankan risalah tauhid yang diembannya.
Tauhid yang dianggap sebagai inti dari teologi Islam, biasanya diartikan dengan keesaan Tuhan, yaitu meniadakan otoritas dan petunjuk yang datang bukan dari Tuhan. Tauhid merupakan komitmen manusia kepada Tuhan secara total, mencakup cinta dan pengabdian, ketaatan dan kepasrahan, serta kemauan keras untuk menjalankan kehendak-kehendak-Nya.
Sikap itulah yang mendasari Nabi Ibrahim, figur utama di balik peristiwa pengurbanan tersebut, yang secara dramatis rela mengurbankan putranya sendiri demi memenuhi perintah Allah Swt.
Drama simbolis berupa pengurbanan itu sarat makna filosofis dan memberikan pelajaran yang sangat berharga. Beberapa hal yang dapat dipetik dari peristiwa bersejarah itu antara lain, pertama, posisi tauhid menduduki peringkat pertama, paling sentral dan paling esensial dalam ajaran Islam. Simbol pengurbanan berupa penyembelihan hewan kurban menunjukkan sikap pembebasan (al-hurrzyah) manusia dari penghambaan terhadap materi.
Hal itu sesuai dengan misi tauhid yang diemban setiap manusia, yaitu tahrirul ibad min 'ibadatil ibad ila ibadati Kabbil ibad (membebaskan hamba/manusia dari menyembah sesama hamba/ makhluk menuju penyembahan terhadap Tuhan).
Ironisnya, banyak orang melupakan nilai-nilai suci serta pesan moral ajaran Islam yang bermuara pada tauhid (mengesakan Allah). Sebagian justru dipengaruhi bahkan dikuasai oleh nafsu. Padahal, Allah Swt secara tegas mengecam para budak nafsu, yaitu mereka yang menuhankan hawa nafsunya.
Kedua, sikap persamaan (al-musawab) harkat dan martabat sesama manusia. Tidak ada superioritas dan inferioritas antara satu individu dengan individu lain, satu masyarakat dengan masyarakat lain, bahkan satu bangsa dengan bangsa lain. Semua manusia sama di hadapan Tuhan. Hanya tingkat ketakwaannyalah yang membedakan satu sama lainnya (QS 49: 13).
Vertikal Menuju Horizontal
Saat ini bangsa Indonesia tengah dilanda berbagai macam musibah. Tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, lumpur panas, dan bencana lain silih berganti selama 2006.
Kenyataan itu jika dibiarkan berlarut-larut akan menjadi preseden buruk bagi kelangsungan hidup bangsa di masa yang akan datang. Lebih jauh, jika tidak segera ditangani pelbagai persoalan sosial akan muncul dan semakin menambah derita panjang bangsa ini.
Dalam konteks itulah, ibadah kurban menemukan relevansinya. Ritual pengurbanan yang disimbolkan dengan penyembelihan hewan kurban dapat dimaknai secara luas. Selain sebagai upaya taqarrub (pendekatan diri) seorang hamba terhadap Penciptanya, juga dapat diartikan sebagai upaya menumbuhkan sikap solidaritas sosial terhadap sesama.
Dimensi vertikal (hablun min Allah) dan dimensi horisontal (hablun min an-nas) harus berjalan selaras dan seimbang. Dimensi vertikal yang disimbolkan dengan penyembelihan hewan kurban merupakan implementasi dari sikap taat terhadap Allah, sedangkan dimensi horizontal tercermin dari sikap solidaritas sosial sesama manusia berupa pembagian daging kurban kepada sesama muslim khususnya, dan lebih luas lagi kepada sesama hamba Tuhan.
Pemberian daging kurban itu merupakan simbol komitmen bersama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, mengajarkan kepekaan sosial, dan empati terhadap pelbagai persoalan yang menimpa orang lain, sehingga setiap individu ataupun kelompok sosial terjamin hak-haknya sebagai manusia yang merdeka serta bermartabat.
Singkatnya, dengan melaksanakan ibadah kurban kita diajak melakukan transendensi, merefleksi, mengapresiasi, sekaligus mentransformasikan nilai-nilai moral ilahi yang suci dan sangat mulia menuju nilai-niiai insani dalam realitas sosial.
Hanya dengan transformasi nilai-nilai ilahi ke dalam ranah realitas sosial yang humanis itulah, akan terbentuk masyarakat yang saleh secara ritual maupun sosial.(68)
Comment : Alhamdulillah tahun ini masih di beri Rizki sehingga dapat menjalankan ibadah qurban berupa 1 ekor kambing di Masjid Baitul Muttaqin Sidomulyo Megaluh
Semoga diterima Allah SWT , Aminnnnn'
No comments:
Post a Comment