Marhaban ya Ramadhan, Stop Prasangka Buruk
Rabu 12 September 2007, Jam: 9:21:00
Mulai nanti malam umat islam sedunia, khususnya di Indonesia mulai melaksakan salat taraweh mengawali ibadah di bulan suci ramadhan. Kepastian ini setelah pemerintah secara resmi memutuskan bahwa awal ramadhan jatuh pada hari Kamis, 13 September 2007.
Berbahagialah dengan datangnya bulan suci ramadhan, sebagai bulan yang penuh barokah dan ampunan ini. Bulan di mana umat islam akan menunaikan ibadah puasa. Hanya saja sudah sejauh mana kita berpuasa? Ini pertanyaan mendasar, mengingat puasa itu sendiri memiliki beberapa klasifikasi atau tingkatan.
Setidaknya ada tiga tingkatan dalam berpuasa. Pertama, secara umum atau yang paling mendasar adalah aktivitas untuk menahan lapar dan dahaga sepanjang hari sejak matahari terbit (imsak) hingga sang mentari terbenam (saat adzan magrib). Artinya sepanjang hari kita dilarang makan dan minum.
Kedua, puasa panca indera. Mulut misalnya bukan saja tidak boleh mengunyah makanan atau meneguk air, juga berpuasa untuk berkata jorok, kotor dan memaki. Telinga berpuasa untuk tidak mendengarkan kata- kata kotor, ajakan sesat dan maksiat. Mata agar tidak digunakan untuk melihat hal- hal yang pada akhirnya akan membangkitkan hawa nafsu dan mendatangkan kesesatan.Begitu juga dengan indera lainnya seperti hidung, tangan atau alat peraba untuk berpuasa agar tidak terjerumus kepada perbuatan yang jelas – jelas bakal merugikan diri sendiri dan orang lain
Ketiga, adalah puasa batin. Jika pada tingkatan pertama dan kedua lebih banyak menyangkut aktivitas fisik, organ tubuh, sedangkan yang ketiga adalah suasana batin. Di sini tentunya kita dituntut untuk lebih membersihkan diri dari segala prasangka buruk (negative thinking) terhadap orang lain. Tidak itu saja, hati kita juga dituntut untuk mampu mengendalikan suasana menuju terciptanya ketenangan, kenyamanan dan keikhlasan. Sebab, ketenangan batin akan menuntun kepada kesabaran. Sementara di dalam kesabaran akan tercipta kemampuan untuk mengendalikan diri sebagai makna hakiki dari tujuan berpuasa.
Artinya, ibadah puasa selain untuk menjalankan perintah Allah, diharapkan dapat dijadikan sebagai ajang pendidikan, pelatihan kesabaran dan pengendalian diri.
Tentunya pengendalian diri dilakukan dalam semua aspek kehidupan. Bukan saja yang berhubungan dengan hal- hal yang sifatnya islami, tetapi aktivitas bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam situasi seperti sekarang ini, di mana situasi ekonomi belum pulih, pengendalian diri untuk tidak serakah, mengambil hak orang lain, menumpuk kekayaan, berperilaku korup dan jor – joran adalah hal yang seharusnya diimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari.
Di tengah masyarakat sedang berjam- jam antre minyak tanah, tidak seharusnya yang telah berkecukupan ikut menyerobot hak mereka yang kekurangan, memonopoli distribusi atau malah menimbun. Sementara masyarakat sedang kekurangan bahan makanan, bingung dan limbung menyusul harga sembako yang kian melambung, sangatlah tidak etis para penguasa dan pemilik modal berlomba menumpuk untung. Semoga pengendalian diri di bulan puasa ini, sebagai pelatihan untuk sebelas bulan berikutnya. Marhaban ya Ramadhan. (*) dari Tajuk Pos kota Sept.12.2007
No comments:
Post a Comment