Tujuan utama dari implementasi Total Productive Maintenance (TPM)adalah memaksimumkan OEE dari setiap mesin/peralatan, proses, ataushift kerja, sehingga jika ada perusahaan yang menyatakan telahmenerapkan TPM tetapi tidak memiliki ukuran tentang OEE dari setiapmesin/peralatan, proses, atau shift kerja, dapat dikatakan "sama ajabo'ong". Hal ini serupa dengan perusahaan yang menyatakan telahmenerapkan Six Sigma, tetapi tidak ada ukuran kinerja maupun rencanauntuk mencapai target kinerja six sigma versi Motorola yaitu: 3,4 DPM(defects per million) atau DPMO (defects per million opportunities)dalam jangka waktu tertentu (biasanya 60 bulan), maka dapat dikatakansebagai "sama aja bo'ong".
Masih banyak perusahaan yang sesungguhnya sedang menerapkan"TPM-TPM-an" dan "Six Sigma-Six Sigma-an". Hal ini dapat dianalogikansebagai kita sedang bermain "kuda-kuda-an dari kayu" tetapi dirimerasa sedang menaiki kuda benaran! Sebagai konsekuensinya "kita akanmerasa capai sendiri, karena sesungguhnya yang sedang berlari itu kakidan tenaga kita, karena kita menaiki kuda-kuda-an dari kayu, bukankuda benaran yang mampu berlari cepat". Pabrik (mesin/peralatan, proses kerja) di Indonesia beroperasi 24 jamper hari, 6 hari per minggu, tetapi kalah produktivitas dan efisiensidibandingkan pabrik-pabrik di luar negeri yang hanya beroperasi 5 hariper minggu, 12-14 jam per hari. Upah buruh kita hanya di bayar sekitar$3-$4 per 10 jam, jauh lebih murah daripada tenaga kerja di Amerikaatau Canada pada level "worker" yang dibayar sekitar $10-$12 per jam,namun mengapa produk kita kalah bersaing atau tidak mampu menembuspasar Canada atau Amerika? Ukuran efisiensi dalam industri manufaktur tidak tergantung pada upahburuh atau lama jam kerja mesin, tetapi ditentukan oleh nilai OEE.Jika nilai OEE pabrik di Indonesia hanya sekitar 40%-50%, maka jelasakan kalah bersaing dengan pabrik manapun di seluruh dunia yangmemiliki nilai OEE sekitar 80%-90%.
Ukuran keberhasilan dari implementasi TPM adalah peningkatan nilai OEEdari setiap mesin/peralatan dan proses kerja secara terus-menerus.Nilai OEE dari perusahaan kelas dunia berada di atas 85% (batchprocess) dan di atas 95% (continuous process). Kebanyakan perusahaanlokal di manapun berada, baik di Canada atau Amerika, atau Indonesia,hanya memiliki nilai OEE sekitar 40% - 60% (batch process) atau 50% -75% (continuous process). Hal ini berarti perusahaan-perusaha an lokalmasih akan mampu meningkatkan kapasitas dan produktivitas sekitar 25%- 100% hanya melalui implementasi TPM, tanpa perlu penambahanmesin/peralatan atau penambahan shift kerja. Pertanyaan sekarang apa itu OEE? Tulisan ini akan membahas secaraserial tentang apa itu OEE dan bagaimana strategi meningkatkan nilaiOEE agar mampu mencapai standar kelas dunia +85% (batch process) atau+95% (continuous process).OEE adalah cara "praktek terbaik" untuk memonitor dan meningkatkanefisiensi dari proses manufacturing (misalnya: mesin-mesin,manufacturing cells, assembly lines, dll). OEE adalah sederhana danpraktis. OEE mampu mendeteksi sumber-sumber kehilangan produktivitasmanufacturing, mengumpulkan ke dalam tiga kategori utama, danmenggunakan sebagai metrics yang mengukur keunggulan dari operasionalmanufacturing, di mana posisi kita berada sekarang, dan bagaimana caramencapai OEE kelas dunia.OEE merupakan ukuran kunci (key metric) dalam TPM (Total ProductiveMaintenance) dan Lean Manufacturing, yang memberikan cara konsistenuntuk mengukur efektivitas TPM dan program-program kreatif lain(seperti: six sigma) melalui memberikan kerangka kerja menyeluruh(overall framework) untuk mengukur efisiensi dari suatu proses. Dalamindustri jasa, menggunakan konsep yang sama, OEE ini diubah menjadiOSE (Overall Service Effectiveness) .
Faktor-faktor OEE, adalah: Availability, Performance, dan Quality,yang secara matematik dapat diformulasikan sebagai:
OEE = Availability x Performance x Quality*)
Availability: memperhitungkan Down Time Loss, yaitu kehilanganwaktu produktif akibat down time mesin atau proses kerja (merupakankejadian-kjadian yang menghentikan rencana produksi pada sejumlahwaktu tertentu).
Availability harus diukur dalam OEE, dan hal inidapat diukur melalui mencatat lamanya peristiwa down time dari setiapmesin/peralatan atau proses kerja.
Availability = Operating Time / Planned Production Time*)
Performance: memperhitungkan Speed Loss (faktor-faktor yangmenyebabkan proses beroperasi lebih lambat daripada kecepatan maksimumyang mungkin, ketika proses itu sedang berjalan).
Performance harusdiukur dalam OEE, biasanya melalui membandingkan Actual Cycle Time(atau Actual Run Rate) terhadap Ideal Cycle Time (atau Ideal Run Rate).
Performance = Ideal Cycle Time / (Operating Time / Total Pieces)
Ideal Cycle Time adalah minimum cycle time yang dapat diharapkan darisuatu proses agar mencapai kondisi optimum. Ideal cycle time seringjuga disebut sebagai Design Cycle Time, Theoretical Cycle Time atauNameplate Capacity. Karena Run Rate merupakan kebalikan dari Cycle Time, maka Performancedapat juga dihitung sebagai:
Performance = (Total Pieces / Operating Time) / Ideal Run Rate *)
Quality: memperhitungkan Quality Loss (parts atau bagian yang tidakmemenuhi persyaratan kualitas). Quality harus diukur dalam OEE,biasanya melalui pencatatan defects per million (DPM) atau parts permillion (PPM).Quality = Good Pieces / Total PiecesContoh Perhitungan OEE:OEE = Availability x Performance x Quality OEE Factor Shift 1 Shift 2Availability 90.0% 95.0%Performance 95.0% 95.0%Quality 99.5% 96.0%OEE 85.1% 86.6%Ukuran OEE di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja Shift2 lebih tinggi daripada Shift 1, namun Shift 2 HARUS menurunkanQuality Loss agar mampu mengejar prestasi dari Shift 1, dan mencapaikondisi ideal Quality Loss sama dengan NOL (zero defect).
Nilai OEE ideal adalah 100%, namun sebagai patokan bahwa kinerja OEEkelas dunia adalah:OEE Factor World ClassAvailability 90.0%Performance 95.0%Quality 99.9%Overall OEE 85.0%
Catatan:Para mahasiswa teknik dan manajemen industri di berbagai perguruantinggi dapat menggunakan OEE sebagai topik penelitian, misalnya:• Pengukuran OEE dari Industri /Kelompok Industri tertentu.• Model yang dapat digunakan adalah: regresi logaritmik, yaitu: • Ln OEE = a (Ln Availability) + b (Ln Performance) + c (Ln Quality) +error
Catatan : Merupakan tulisan dari Mr Vincent Gasper di milist IPOM
No comments:
Post a Comment