Saturday, January 27, 2007

OPINI :Abad Pertarungan Talenta

Hasil memprihatinkan pesta olahraga Asian Games 2006 kian menunjukkan ketidaksiapan kita menghadapi dinamika kompetisi antarbangsa yang kian semarak di segala bidang.
Memang peradaban suatu masyarakat sering dikaitkan dengan prestasi olahraganya karena moto Olimpiade sejak zaman Yunani kuno, Citius-Altius-Fortius (Lebih Cepat, Lebih Tinggi, Lebih Kuat), di dunia olahraga modern bukan hanya berbicara otot, kekuatan fisik, tetapi juga kecerdasan dan kecerdikan, semangat, keuletan dan ketabahan, kekuatan mental, ketekunan, keandalan manajemen dan keterampilan; kemampuan diri yang dinamai talenta.

Dalam bidang ekonomi, Indonesia tidak lagi disebut sebagai kekuatan baru; kita tak hanya tertinggal dari negara-negara Asia yang sudah sejahtera, atau yang difavoritkan seperti China dan India, tetapi juga dari negara-negara pendatang baru.
Majalah Time baru-baru ini melaporkan, lima negara Asia dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi, China, Vietnam, Laos, Kamboja, dan India. Sementara lima negara Asia dengan pertumbuhan ekspor tertinggi adalah China, Vietnam, India, Banglades, dan Mongolia.
Perekonomian negara-negara itu tumbuh pesat, meninggalkan Indonesia yang target pertumbuhan ekonominya tahun ini diperkirakan 5,8 persen.

Kinerja ekonomi Indonesia memang belum pulih sejak krisis hampir 10 tahun lalu. Tanpa bermaksud menyesalkan perubahan politik yang telah terjadi, perbedaan Indonesia dengan negara-negara lain dalam menghadapi krisis ekonomi Asia 1996-1998 adalah sistem politik negara-negara lain tidak berubah sehingga program pemulihan tidak sulit dan pembangunan jangka panjang dapat diteruskan. Sementara di Indonesia, krisis berlangsung bersamaan dengan perubahan sistem politik. Pemulihan lebih sulit, pembangunan jangka panjang sulit diteruskan.
Kompetisi kian ketat

Tahun 1943, PM Inggris Winston Churchill di Harvard University, AS, mengatakan, "The empires of the future will be empires of the mind. The battles of the future will be battles for talent" . The old battles for natural resources are still there, but they are being supplemented by new ones for talent; not just among companies, but also among countries (which fret about the "balance of brains").
Tak ada yang lebih efektif untuk membangun bangsa kecuali melalui pendidikan yang baik bersamaan layanan kesehatan prima dan input makanan berkualitas.
Dibandingkan dengan negara-negara lain, kita memerlukan perbaikan konsumsi protein hewani yang terdapat dalam telur, susu, daging, dan ikan yang amat penting bagi pertumbuhan fisik dan kecerdasan. Perbaikan itu terkait kemampuan ekonomi masyarakat. Karena itu, perbaikan gizi masyarakat seiring dengan upaya meningkatkan kualitas SDM terkait upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tidak akan ada perbaikan kualitas SDM negara ini tanpa perbaikan gizi masyarakatnya.

Saat ini, konsumsi susu per kapita per tahun rakyat Indonesia 6,50 liter; lebih rendah dari Kamboja yang 12,97 liter dan Banglades 31,55 liter, jauh di bawah India yang melalui "revolusi putih"-nya sukses meningkatkan konsumsi susu per kapita per tahun rakyatnya menjadi 60 liter.
Begitu pula dengan daging, konsumsi per kapita per tahun bangsa kita baru 7 kg, di bawah Malaysia yang 48 kg dan Filipina 18 kg. Konsumsi telur ayam per kapita per tahun rakyat Indonesia 51 butir, Malaysia 279 butir. Sebagai negara yang 75 persen wilayahnya lautan seluas 5,8 juta km, konsumsi ikan rakyat kita juga rendah, baru 26 kg per kapita per tahun, di bawah Malaysia 45 kg, jauh di bawah Jepang 70 kg per kapita per tahun; yang telah membuat bangsa Jepang mencapai usia harapan hidup tertinggi di dunia. Konsumsi susu, daging, telur, dan ikan per kapita per tahun rakyat Indonesia perlu ditingkatkan.
Bila tidak, hanya dalam satu generasi, Singapura, Vietnam, Kamboja, dan Malaysia akan lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih cerdas daripada kita. Mereka akan lebih berpeluang mencapai prestasi tinggi di berbagai bidang. Persaingan antarbangsa hanya bisa dimenangkan dengan kecerdasan bangsa bersangkutan.

Perkembangan iptek

Abad ini akan didominasi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang. Berbagai negara bangsa terus mencari dan mengembangkan anak-anak mudanya yang memiliki talenta unggul untuk mencapai prestasi maksimal. Di berbagai perusahaan multinasional, orang-orang muda dengan talenta unggul diproyeksikan menduduki posisi penting untuk pengembangan teknologi masa depan.
Kita perlu mencari dan mengembangkan anak-anak bangsa kita yang memiliki talenta istimewa. Amat banyak anak cerdas yang terbatas sekolahnya karena keterbatasan kemampuan ekonomi orangtuanya. Cukup menggembirakan, dalam jumlah kecil telah muncul beberapa yang berprestasi dalam Olimpiade Science Internasional. Tetapi, yang perlu dicari dan diasah, jumlahnya jauh lebih banyak lagi.

Amerika Serikat pada tahun 2003, meski masih mendominasi Nobel bidang eksakta, mulai khawatir karena jumlah insinyur muda AS yang siap bekerja di perusahaan multinasional AS hanya 540.000 orang; kurang dari kebutuhannya. Sementara China memiliki stok sekitar 160.000 insinyur muda yang siap bekerja di perusahaan multinasional.
Singapura memiliki 10,9 persen populasi di bawah 24 tahun yang menyandang gelar di bidang eksakta, di bawahnya Korea Selatan yang memiliki 11,1 persen. Singapura dan Korea Selatan melampaui AS yang hanya memiliki 5,7 persen populasi di bawah 24 tahun yang telah menyandang gelar di bidang eksakta.

Terbatasnya anggaran adalah salah satu kendala kita. Menurut UNDP, untuk memperoleh pendidikan bermutu, diperlukan anggaran Rp 1,7 juta per tahun bagi setiap siswa SD, Rp 2,4 juta per tahun untuk SMP. Pada tahun 2006, anggaran yang tersedia bagi 33 juta siswa SD dan SMP hanya Rp 600.000 per siswa SD per tahun dan Rp 800.000 per siswa SMP per tahun.
Menurut majalah The Economist, pada tahun 2005 anggaran belanja penyelenggaraan perguruan tinggi di seluruh dunia mencapai 300 miliar dollar AS, atau 1 persen produk ekonomi dunia; sedangkan Indonesia hanya 0,13 persen PDB kita. Tahun 2006, biaya yang disediakan untuk tiap mahasiswa di AS adalah Rp 200 juta per tahun; Jepang Rp 108 juta per tahun, Eropa Rp 81 juta per tahun, sementara Indonesia dengan satu juta mahasiswa perguruan tinggi negeri dan tiga juta Mahasiswa perguruan tinggi swasta hanya Rp 6 juta per mahasiswa per tahun.
Saat ini setiap negara bangsa sedang berjuang keras untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Tinggi rendahnya harkat, derajat, dan martabat suatu bangsa kian diukur dari tingkat kesejahteraan dan peradabannya. Karena itu, peningkatan standar hidup dan kualitas manusia Indonesia perlu dilakukan sungguh-sungguh, oleh pemerintah, masyarakat, tiap keluarga, dan orang per orang.

Negara dan pemerintah kita perlu cerdik hidup di dunia baru ini. Masyarakat juga perlu matang dalam menyikapi berbagai hal. Tak terbantahkan, banyak hal yang harus dilakukan untuk mencapai Indonesia yang maju, sejahtera, dan bersatu dengan daya saing tinggi. Dengan perencanaan yang tepat, yang dilaksanakan dengan kesungguhan di bawah kepemimpinan nasional yang visioner, kita akan mampu mencapainya.

Ditulis oleh Siswono Yudo Husodo ( Kompas Jan.27.2006)

Tuesday, January 23, 2007

Seminar : The Mistery of HUMAN TOUCH

Hari Selasa 16 Jan 2007 saya mengikuti acara seminar di Surabaya dengan pembicara utama Gede Prama. Tema yang diambil cukup menarik, yaitu bagaimana kita melakukan hubungan antar manusia, antara atasan dan karyawan kita dengan sentuhan kemanusiaan ( Human Touch ). Isi seminar cukup menarik dan bisa saya ambil beberapa pelajaran.

Orientasi ke pendekatan manusia ( = "bagaimana kita diperlakukan dan memperlakukan sebagai manusia") menurut penelitian menempati porsi sekitar 70%.
Ada kata-kata menarik sebagai berikut :

Apa yang kita dengar mudah untuk dilupakan, apa yang kita lihat hanya sebagian yang kita ingat, namun apa yang kita lakukan dengan CINTA akan membuat orang MUDAH TERSENTUH.

Lebih dari itu cinta adalah akar kehidupan yang kokoh yang dapat menciptakan manusia menjadi sosok yang tahan bantingan. Sosok yang tidak mudah dipermainkan oleh perasaan-perasaan sesaat.

Dalam kehidupan, cinta dapat terekam baik oleh MATA dibandingkan indra kita yang lain. Melalui mata masuk dalam relung hati.

4 Sikap yang dapat menimbulkan Sentuhan:

1. Tidak ada manusia yang bernama MUSUH, yang ada hanyalah guru-guru tersembunyi

Hinaan, cercaan, makian yang datang pada kita dari orang lain adalah GURU BESAR yang mengajarkan akan pentingnya KESABARAN.
Penderitaan, sakit, deraan, adalah GURU BESAR yang mengajarkan agar kita lebih BERSYUKUR. Kita harus berterimakasih pada guru-guru yang tersembunyi tersebut.

2. Sadar bahwa ancaman merupakan PELUANG yang tersembunyi.

Pada dasarnya peluang yang muncul adalah BUAH dari pengendalian diri kita. Pengendalian diri yang mengajarkan jiwa untuk berdamai, karena jiwa yang damai dapat menemukan cahayanya sendiri dan dari sinilah kita dapat menjawab semua permasalahan yang ada.

3. Percaya bahwa alam semesta beserta isinya tercipta secara adil dan seimbang.

Dengan demikian akan memunculkan sikap tidak ada satu kejadianpun yang layak disesali apalagi ditangisi

4. Teruslah MEMBERI dan MEMBERI, karena dengan memberi kita menciptakan kehidupan yang tidak saja menyentuh, tapi juga dikenang.

Kadang kita akan dianggap aneh sebagai orang yang senantiasa memberi tanpa berharap mendapatkan imbalan. Namun Kuasa Sang Cinta sangatlah adil. Ia kerap datang disaat - saat yang tidak terduga.


4 Cahaya ( Inner Light ) yang dapat menimbulkan sentuhan :

1. Cahaya - Spirit Menyayangi, Mengasuh bagaikan Seorang IBU kepada anaknya ( Mother - Spirit of Nurturing )

Ibu adalah guru pertama manusia. Cintanya telah dibuktikan dengan mempertaruhkan jiwa raganya. Dengan kata lain , siapa yang dapat membangunkan the spirit of Nurturing ala sang IBU, ia bisa menyentuh dengan mudah

2. Cahaya - Adanya anggapan dalam diri bahwa semua yang dikirim adalah pembimbing kehidupan ( focus on the message ).

Kita adalah ibarat musafir yang dibuat jadi matang melalui apa-apa yang kita alami. Setiap pengalaman ( baik ataupun buruk ) semua dikirim dari tempat yang tak terbayangkan untuk menjadi guru, pembimbing, dan ibu kehidupan

3. Cahaya - Bangunlah tempat SUCI dalam diri kita melalui perbuatan, pikiran, dan perkataan.

Karena Perbuatan, Pikiran, dan Perkataan adalah bahan-bahan utama kehidupan darimana jiwa berasal, dan kemana jiwa pulang. Jiwa manapun yang sampai disana ia MENYENTUH.

4. Cahaya - Adanya TUHAN di dalam diri

Ini berarti, tidak saja sumber sentuhan berasal dari dalam, bahkan yang MAHA SEMPURNA-pun ada di sana

Kekuatan CINTA yang ada dalam diri kita begitu besar jika kita menyadarinya dan mau untuk membangkitkannya.

Cahayanya lambat laun akan meredup jika selaput yang menutupinya tidak segera kita sibak : Selaput kebencian, kemarahan, ketakutan, dan egois.

Thanks..




Wednesday, January 17, 2007

Health : Waspada FLU BURUNG

Dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang Flu burung, berikut ini adalah tips agar kita terhindar darinya :

Gejala flu burung

Gejala awalnya sering kali sama dengan influenza musiman manusia (batuk, sakit tenggorokan, deman tinggi, sakit kepala, sakit otot). Penyakit ini dapat berkembang menjadi pneumonia, kekurangan angin, susah bernapas, dan gagal pernapasan.

Bagaimana virus ini menular ke manusia?

Virus ini dapat ditemukan dalam feces dan sekresi pernapasan burung dan unggas. Sebagian besar kasus manusia tertular akibat kontak langsung dari unggas/burung yang sakit, walau kontaminasi lingkungan oleh virus itu dapat juga sebagai sumber penularan.

Apakah dapat menular dari manusia ke manusia?

Pada beberapa kasus, kemungkinan terjadi penularan antarmanusia telah terjadi, seiring dengan kontak pasien pada saat tahap akut penyakit ini. Penularan terjadi dengan sangat terbatas dan tidak mengarah pada penularan massal. Ini menunjukkan virus H5N1 tidak mudah menular antarmanusia saat ini.

Mencegah penularan flu burung di rumah
* Menjaga kebersihan lingkungan (khususnya kandang unggas dan burung)
* Menjaga kebersihan diri (cuci tangan dengan sabun)* Menjauhkan kandang unggas dan burung dari rumah/tempat tinggal
* Gunakan penutup hidung dan sarung tangan bila akan mengolah tanaman dengan pupuk kandang
* Jangan membuang kotoran (jeroan, bulu ayam, dll) sembarangan. Bungkuslah plastik dan buang di tempat sampah
* Bersihkan makanan ternak/burung yang tercecer di tanah/lantai agar tidak mengundang burung liar datang.

Mencegah lebih baik daripada mengobati..

Saturday, January 13, 2007

Renungan : Memahami makna hidup

Kesedihan, Kebahagiaan, Keheningan

Ada seorang ibu yang memiliki sepasang putra-putri, lalu mengisi hidupnya hanya dengan kesedihan. Putra tertua kebetulan penjual es krim keliling. Sementara putri kedua adalah penjual payung.
Ketika hari panas, ibu ini menangis untuk putrinya karena teramat sedikit yang beli payung. Saat hari hujan, ibu ini menangis untuk putranya karena jarang sekali orang membeli es krim.
Cerita ini hanya pengandaian tentang teramat banyaknya hidup kekinian yang diwarnai kesedihan. Ada saja alasan yang membuat kehidupan tergelincir ke dalam kesedihan. Dari bencana, penyakit, umur tua, hingga kematian. Sehingga jadilah kesedihan semacam hulu dari sungai kehidupan yang penuh stres, keluhan, penyakit, dan konflik.


Kegembiraan-kesedihan

Seorang sahabat psikiater pernah bercerita, tidak sedikit rumah sakit jiwa yang mulai kekurangan tempat. Sejumlah rumah sakit jiwa bahkan memulangkan pasien yang belum sepenuhnya sembuh, semata- mata karena ada pasien parah yang lebih membutuhkan.
Kebanyakan orang membenci kesedihan. Mungkin karena berbicara ke dunia publik, lalu Dalai Lama kerap mengatakan, "Ada yang sama di antara kita, tidak mau penderitaan, mau kebahagiaan". Dan ini tentu amat manusiawi. Sedikit manusia yang berani mengatakan, jika mau menangis janganlah menangis di depan kematian. Menangislah di depan kelahiran. Sebab semua kelahiran membawa serta penyakit, umur tua, lalu kematian.
Dengan kata lain, kelahiran sekaligus kehidupan tak bisa menghindar dari kesedihan. Kesedihan selalu mengikuti langkah kelahiran. Seberapa kuat manusia berusaha, seberapa perkasa manusia membentengi diri, kesedihan tetap datang dan datang lagi.

Seperti ayunan bandul, semakin keras dan semakin bernafsu seseorang dengan kebahagiaan, semakin keras pula kesedihan menggoda. Ini yang bisa menjelaskan mengapa sejumlah penikmat kebahagiaan secara berlebihan, lalu digoda kesedihan juga berlebihan. Ini juga yang ada di balik data WHO jika Amerika Serikat (sebagai salah satu tempat terbesar di mana kebahagiaan demikian dikejar dan dicari), menjadi konsumen pil tidur per kapita tertinggi di dunia.

Ada peneliti membandingkan dua negara yang sama-sama mayoritas beragama Buddha, yaitu Jepang dan Burma. Dari segi materi, Jepang merupakan sebuah keajaiban dan keunikan. Dibanding Jepang, Burma secara materi jauh dari layak. Namun dalam fenomena sosial seperti bunuh diri, perceraian, dan depresi, Jepang jauh lebih tinggi dari Burma. Seperti berbisik meyakinkan, di mana kebahagiaan materi berlimpah, di sana kesedihan juga berlimpah.
Seperti sadar realita pendulum seperti itu, banyak pertapa, penekun meditasi, yogi, sahabat sufi, dan lainnya, mengizinkan pendulum emosi hanya bergerak dalam ruang terbatas. Saat kebahagiaan datang, disadari kalau kebahagiaan akan diganti kesedihan. Sehingga nafsu perayaan berlebihan agak direm. Konsekuensinya, saat kesedihan berkunjung, ia tidak seberapa menggoda.

Merasa berkecukupan
Kahlil Gibran dalam The Prophet memberi kata-kata indah, saat kita bercengkerama dengan kebahagiaan di ruang tamu, kesedihan menunggu di tempat tidur. Dalam pengertian lebih sederhana, manusia serumah dengan kebahagiaan dan kesedihan. Bagaimana bisa lari jauh atau lama dari kesedihan yang notabene serumah dengan kita?
Karena itu, sejumlah guru mengajarkan untuk melampaui kebahagiaan-kesedihan. Dalam bahasa guru jenis ini, kebahagiaan dan kesedihan hanya permainan bagi jiwa-jiwa yang sedang tumbuh menjadi dewasa. Pertumbuhan itulah yang memerlukan gerakan kebahagiaan, kesedihan, kebahagiaan, kesedihan, dan seterusnya.

Namun bagi setiap jiwa yang sudah mulai dewasa, ia akan sadar, kalau baik kebahagiaan maupun kesedihan memiliki sifat yang sama, tak pasti dan silih berganti. Bukankah bergantung pada sesuatu yang tak pasti akan membuat hidup tidak pasti? Lebih dari itu, baik kebahagiaan dan kesedihan berakar pada hal yang sama, keinginan. Bila keinginan terpenuhi, kebahagiaan datang berkunjung. Saat keinginan tidak terpenuhi, kesedihan tamunya.
Dan setiap pejalan kaki ke dalam diri yang jauh tahu, keinginan (lebih-lebih disertai kemelekatan) adalah ibu penderitaan. Kesadaran seperti inilah yang membimbing sejumlah orang untuk memasuki wilayah-wilayah keheningan.

Berbeda dengan kebahagiaan yang lapar akan ini, lapar akan itu; membandingkan dengan ini dengan itu; ingin lebih dari ini, lebih dari itu. Keheningan sudah berkecukupan. Seperti burung terbang di udara, ikan berenang di air, serigala berlari di hutan, matahari bersinar siang hari, bintang bercahaya di malam hari. Semua sempurna. Tidak ada yang layak ditambahkan atau dikurangkan. Penambahan atau pengurangan mungkin bisa membahagiakan. Tetapi, dalam kebahagiaan, batin tidak sepenuhnya tenang-seimbang, selalu ada ketakutan digantikan kesedihan.

Dalam kamus orang-orang yang sudah memasuki keheningan, sekaya apa pun Anda akan tetap miskin tanpa rasa berkecukupan. Semiskin apa pun Anda, akan tetap kaya kalau hidup berkecukupan. Maka seorang guru yang telah tercerahkan pernah berucap, "Enlightenment is like the reflection of the moon in the water. The moon doesn’t get wet, the water is not separated". Pencerahan seperti bayangan bulan di air. Bulannya tidak basah karena air. Airnya tidak terpecah karena bulan. Dengan kata lain, inti pencerahan adalah tidak tersentuh. Tidak marah saat dimaki, tidak sombong tatkala dipuji. Tidak melekat pada kebahagiaan, tidak menolak kesedihan. Persis seperti bunga padma, di air tidak basah, di lumpur tidak kotor.
Dan salah satu akar menentukan dari ketidaktersentuhan ini adalah keberhasilan mendidik diri untuk merasa berkecukupan. Yang tersisa setelah ini hanya empat "M", mengalir, mengalir, mengalir, dan mengalir.

Note : Tulisan ini merupakan Opini Gede Prama di harian Kompas

Friday, January 12, 2007

Wawasan : PNS oh PNS ...

55 Persen PNS Berkinerja Buruk Butuh Lima Syarat Perbaikan Manajemen

Jakarta, Kompas - Pemerintah melaporkan, 55 persen dari total pegawai negeri sipil yang mencapai sekitar 3,6 juta orang berkinerja buruk. Para pekerja ini hanya mengambil gajinya tanpa berkontribusi berarti terhadap pekerjaannya. Oleh karena itu, pemerintah akan menawarkan relokasi dan pendidikan tambahan.
Dari total pegawai negeri sipil (PNS), 55 persen di antaranya berkualitas rendah. Apabila dirumahkan akan lebih baik, sehingga tidak mengganggu teman kerjanya.
"Selain itu, saya masih harus menghadapi 900.000 honorer yang tidak jelas nasibnya dan berkualitas rendah. Belum lagi penyebarannya yang kacau-balau," kata Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menneg PAN) Taufiq Effendi seusai membuka diskusi panel berkaitan dengan pemeriksaan yang diadakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta, Kamis (11/1).
Menurut Taufiq, pihaknya tidak akan memecat PNS berkinerja buruk itu, namun akan menawarkan program pendidikan tambahan agar keterampilan kerjanya bertambah. Selain itu, pemerintah akan merelokasi PNS dari departemen atau daerah yang kelebihan pegawai ke departemen atau daerah yang kekurangan orang, sehingga ada pemerataan.
"Saat ini ada kabupaten yang hanya memiliki 2.000 pegawai, namun di sisi lain ada kabupaten yang memiliki 20.000 pegawai," kata Taufiq.
Membebani keuangan
Taufiq mengatakan, jumlah PNS yang ada sudah tergolong sangat tinggi, sehingga akan membebani keuangan negara, terutama pada saat pembayaran uang pensiun. Pemerintah mengharapkan ada pengurangan jumlah PNS secara alami melalui program pensiun.
"Jumlah pegawai yang pensiun diperkirakan akan mencapai 100.000 hingga 120.000 orang. Dengan jumlah pegawai yang sangat banyak tersebut, pemerintah harus membatasi penerimaan PNS baru, yakni hanya menerima tenaga-tenaga berkemampuan tinggi," ujarnya.
Sebelumnya, Taufiq menegaskan, penerimaan pegawai baru hanya dibatasi pada tenaga-tenaga profesional yang paling diperlukan, yakni diplomat, sipir, dan perawat. Pemerintah akan mengganti pegawai yang pensiun dengan 100.000 tenaga profesional per tahunnya. Saat ini, dari 3,6 juta PNS, 80 persen di antaranya pegawai tata usaha.
Lima syarat
Perbaikan manajemen kepegawaian, ucap Taufiq, harus di- lakukan dengan lima syarat. Pertama, harus ada komitmen dari pemerintah. Kedua, mempercepat pembentukan nomor identifikasi tunggal (single identification number/SIN) yang tengah disusun Departemen Dalam Negeri.
Ketiga, membuat seluruh sistem menjadi online, mulai dari sistem pengadaan barang hingga pembayaran tagihan ke kas negara. Empat, membereskan 1.850 peraturan yang tumpang tindih dan sekitar 5.000 peraturan daerah yang menghambat investasi. Lima, memperbaiki sistem peradilan kriminal.
"Pembuatan sistem online diperlukan untuk menekan pertemuan antarmanusia karena pertemuan antarmanusia cenderung "mesum" (disalahgunakan). Sementara perbaikan sistem peradilan kriminal diperlukan agar negara ini tidak dipimpin secara improvisasi, tetapi dengan aturan yang jelas," ungkapnya.
Gaji PNS dinaikkan
Secara terpisah, mantan Presiden Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid mengatakan, gaji pegawai negeri sipil masih perlu ditingkatkan untuk memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.
"Seharusnya dilakukan moratorium (penundaan pembayaran) utang luar negeri, misalkan selama lima tahun. Sekitar 50 persen uangnya digunakan untuk menaikkan gaji PNS, 50 persen sisanya disalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat dengan bunga maksimal lima persen per tahun," tuturnya. (OIN/RYO)

Catatan : Dikutip dari kompas.com Jan.12.07

PNS kita ternyata 55% hasil kerjanya masih tanda tanya tapi gaji minta naik terus
padahal pakai uang rakyat ... lebih baik gajinya dipakai untuk ngasih makan orang miskin

Thursday, January 11, 2007

Info : Hubungan antara Manajemen Vs Karyawan by GYRO Way

GYRO Way adalah suatu alat untuk mengukur perubahan organisasiberkaian dengan hubungan antara manajemen dan karyawan. Kategorimanajemen (positif dan negatif) dihubungkan dengan kategori karyawan(positif dan negatif). Hubungan itu dapat dipetakan ke dalam kuadran GYRO (Green, Yellow, Red, Orange), sebagai berikut:

Green = Kuadran I = Manajemen (Positif) dan Karyawan (Positif),merupakan hubungan yang harmonis (kondisi ideal). Dalam skenario ini(Green), karyawan memiliki kesempatan untuk membuktikan dan ketikakaryawan itu telah membuktikan, maka Manajemen senang akan kinerjakaryawan. Dalam hal ini karyawan akan berpikir bahwa manajemen telahmemberikan kesempatan, mendukung, dan memberikan kompensasi (rewardand recognition yang tepat.

Yellow = Kuadran II = Manajemen memandang NEGATIF terhadap karyawan(Manajemen negatif) tetapi Karyawan mmandang POSITIF terhadapmanajemen. Dalam skenario ini (Yellow), manajemen berpikir bahwa iatelah memberikan kesempatan,pelatiha n dan kompensasi yang cukup,tetapi karyawan belum membuktikan kinerja mereka. Bagaimanapun,karyawan tidak "merasa" bahwa manajemen sedang berpikir negatifterhadap karyawan. karyawan masih berpikir positif tehadap manajemen.Masalah komunikasi dan penetapan sistem manajemen kinerja yang tepatakan mengubah arah perusahaan dari Yellow menjadi Green. Jika tidakakan membawa kondisi perusahaan ke arah RED.

Red = Kuadran III = Manajemen berpikir NEGATIF tentang karyawan,demikian pula Karyawan berpikir NEGATIF terhadap manajemen. Ada salingcuriga antara manajemen dan karyawan! Manajemen menganggap bahwaperusahaan telah memberikan kesempatan dan kompensasi yang cukuptetapi karyawan tidak menunjukkan prestasi yang memuaskan, sebaliknyakaryawan berpikir bahwa mereka belum menerima kesempatan dankompensasi yang sebanding dengan pekerjaannya. Tampaknya hubunganantara manajemen dan buruh di banyak perusahaan Indonesia berada dalamarea RED, sehingga muncul banyak aksi demo dan pemogokan buruh!

Orange = Kuadran IV = Manajemen memandang POSITIF terhadap karyawan,tetapi Karyawan memandang NEGATIF terhadap manajemen. Dalam skenarioini, manajemen berpikir bahwa karyawan telah diberikan kesempatan dankompensasi yang cukup untuk bekerja dengan baik, tetapi karyawanberpikir bahwa apa yang diberikan oleh manajemen itu belum cukup untukmemotivasi karyawan agar berprestasi. Hubungan dalam area atau kuadranORANGE ini juga masih banyak dijumpai dalam perusahaan-perusaha anIndonesia.

Mengetahui GYRO Way di atas, maka arah perusahaan harus ditujukan kedaerah GREEN. Pelatihan, komunikasi visual, penetapan sistem manajemenkinerja beserta reward and recognition yang jelas akan membawahubungan manajemen dan karyawan ke arah GREEN!

Tulisan ini diambil dari milis APICS ditulis oleh Mr. Vincents

Wednesday, January 10, 2007

OPINI : Siapa Bilang Indonesia Miskin . . .

Kemiskinan seolah menjadi fakta tak terbantah. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara berpenduduk termiskin di dunia, sekitar 39,05 juta jiwa versi Badan Pusat Statistik atau lebih dari 100 juta jiwa versi Bank Dunia. Jika ambang batas kemiskinan (poverty threshold) diukur dari kegagalan pemenuhan hak-hak dasar (basic rights) atau dengan skala pendapatan di bawah 1-2 dollar AS per hari, kita sulit mengelak.
Kegagalan menangani bencana, rentetan wabah penyakit, dan tragedi busung lapar melengkapi potret buram itu. Kemasyhuran zamrud khatulistiwa dan lautan kolam susu kian diragukan. Bagaimana mungkin negeri yang kaya sumber alam dan bertanah subur justru menjadi ladang persemaian tragedi kemiskinan?
Sebuah paradoks
Namun, mari kita gunakan logika terbalik. Selama ini, diagnosis problem kemiskinan cenderung mengabaikan kekayaan bangsa —yang kasatmata— dan orang-orang kaya di republik sebagai faktor determinan. Di tengah kemiskinan yang menjerat, ada manusia-manusia superkaya kelas dunia. Majalah Forbes Asia (18/9/2006) merilis daftar 40 orang superkaya Indonesia, dengan total kekayaan 22,27 miliar dollar AS atau lebih dari Rp 200 triliun. Celakanya, di antara daftar taipan superkaya itu bercokol pemain lama, termasuk pembobol uang negara yang mengemplang dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Hasil survei Merrill Lynch dan Capgemini tahun lalu juga tidak kalah heboh. Menurut kedua perusahaan jasa keuangan internasional itu, sepertiga jumlah miliarder di Singapura adalah warga Indonesia. Sepertiga dari total aset 55.000 orang terkaya di Singapura, sebesar 260 miliar dollar AS, adalah milik warga Indonesia (WNI) yang punya izin tinggal tetap di sana. Dari 55.000 orang terkaya itu, 18.000 orang adalah WNI yang berdomisili di Singapura dengan kekayaan 87 miliar dollar AS (sekitar Rp 800 triliun). Belum lagi jika ditambah kekayaan WNI yang disimpan dan diinvestasikan di negara lain. Padahal, RAPBN 2007 saja hanya berkisar Rp 713,44 triliun.
Pada masa kolonial, darah dan keringat rakyat serta kekayaan alam Nusantara dikuras Belanda. Kini, kekayaan Indonesia menjadi tulang punggung negara lain. Bukan rahasia lagi, Singapura merupakan negara yang tergantung uang gelap dari Indonesia dan China. Ironisnya, para miliarder yang bermukim di sana tetap memiliki perusahaan yang beroperasi di Indonesia dengan mengandalkan pasar Indonesia. Kendati para miliarder tinggal di Singapura, mereka masih mencari untung dengan mengeruk kekayaan Indonesia.
Dominasi pemodal asing
Lantas, seberapa besar kekayaan bangsa yang dapat dinikmati rakyatnya? Globalisasi ditandai pergerakan modal secara bebas, melampaui batas-batas negara- bangsa. Indonesia ternyata menjadi surga bagi pemodal asing yang bergiat menguasai sumber daya yang vital. Investor asing melihat Indonesia sebagai penyedia bahan baku yang murah dan melimpah serta penduduknya sebagai pangsa pasar yang potensial. Kita pun cenderung salah kaprah memaknai investasi asing sebagai suntikan dana segar dari pemodal. Padahal, aliran modal asing itu sejatinya menjadi parasit yang mengisap. Mereka beternak uang dengan menumpang mencari makan di republik ini.
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah selalu menjadi incaran. Nama-nama besar Freeport, ExxonMobile, Newmon, dan Inco yang menguasai sumber-sumber kekayaan alam potensial seperti emas, nikel, gas, dan minyak bumi jelas bukan hal baru. Untuk air minum berlabel Aqua, berasal dari mata air dan dikemas di republik ini, harus kita beli dari Danone dengan harga yang tidak murah. Yang diuntungkan pun para pemodal.
Sektor finansial, terutama perbankan, juga tak lepas dari cengkeraman pemodal asing. Jangankan bank-bank papan atas seperti Bank Central Asia (BCA), Bank Niaga, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Lippo, Bank Bumiputera, NISP, Permatabank, bank-bank kecil pun dilirik investor asing. Belakangan, penjualan bank swasta kepada investor asing kian gencar. Celakanya, kebanyakan bank swasta yang dimiliki asing itu lebih menggantungkan perolehan keuntungan dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang tak lain adalah uang negara. Laba triliunan rupiah yang didapat dari uang rakyat itu kembali ke kantong para investornya.
Dominasi pemodal asing di bidang perbankan tak lepas dari aturan yang membolehkan batas kepemilikan saham asing hingga 99 persen. Batas kepemilikan bank oleh pihak asing di Indonesia jauh lebih liberal dibanding negara lain. Amerika Serikat, negara dedengkot kapitalisme, hanya memberi kepemilikan asing 30 persen. Filipina membatasi kepemilikan asing 51 persen. Thailand dan India sebesar 49 persen. Malaysia, China, dan Vietnam membatasi hingga 30 persen.
Sektor-sektor vital lain pun tak lepas dari serbuan investor asing. Industri telekomunikasi pelan tapi pasti juga dikuasai modal asing. Sektor ritel dan sektor lainnya pun terus digempur pemain asing, sementara para pemain lokal kelabakan. Kibaran bendera modal asing menggerogoti ruang gerak sektor usaha putra-putra bangsa. Ironis, saat kekayaan republik ini bisa menghidupi orang asing, anak-anak negeri sendiri justru telantar.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar sejatinya merupakan sumber tenaga kerja yang berlimpah. China dan India menjadi raksasa ekonomi dengan memanfaatkan penduduknya sebagai tenaga kerja yang produktif. Jika republik ini dikelola dengan tegas dan saksama, dikawal penegakan hukum, penciptaan lapangan kerja, redistribusi keadilan sosial dengan mengutamakan kepentingan rakyat, Indonesia tidak pantas menjadi negara miskin.
Sebaliknya, Indonesia bak raksasa yang sedang tidur. Jika bangun, ia bisa menggegerkan dunia!
Imam Cahyono Peneliti, Tinggal di Jakarta


dikutip dari Opini Kompas Jan.10.07

Ultah Pernikahan yang ke-7

Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-7 , sesampainya di tempat kerja ku kirim SMS pada istriku dirumah :
SEND :
" Selamat atas ulang tahun pernikahan kita yang ke-7 , semoga ALLAH SWT senantiasa merahmati kita- Amien; dari PAPA BILY dan AYAH VANADIA

REPLAY : Thanks Honey.....

Tuesday, January 09, 2007

Wawasan : Pemimpin dan Kepemimpinan

Menuju Kepemimpinan yang Sukses
Oleh C.A. ARIYANTI, P.S., S.Pd., M.H.
BERANGKAT dari mana pun, seorang pemimpin akan sukses apabila mampu bekerja sama dengan orang lain, dapat menerima saran & pendapat dari orang lain, mengolah pendapat tersebut menjadi sesuatu yang berharga. Mampu membawa organisasinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju dengan tetap melibatkan semua unsur di dalam organisasi tersebut.

Pemimpin bukanlah sekadar seseorang yang dicintai atau dikagumi, melainkan seseorang yang mempunyai pengikut dan mampu mengerjakan dengan benar (do the right things). "Pemimpin bukanlah hanya gelar ataupun uang, melainkan memiliki rasa tanggung jawab yang harus dipikul di pundaknya dan membawa ke tingkat keberhasilan maksimal jadi pemimpin harus profesional.

Hanya ada tiga jenis pemimpin:

* Pemimpin yang cepat
* Pemimpin yang lambat
* Pemimpin yang berjalan di tempat.

Dari ketiga jenis tersebut yang, akan sukses adalah pemimpin yang cepat. Cepat dalam mengolah suatu ide menjadi lebih berharga, cepat dalam pengambilan keputusan yang tepat, cepat menyesuaikan dengan perubahan, serta cepat dalam bekerja dan menggerakan sumber daya manusianya.

Karakteristik pemimpin

Untuk mencapai kepemimpinan yang sukses, seorang dituntut memiliki karakteristik-karakteristik khusus. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Santa Clara University dan Tom Peters Group/Learning System terhadap lebih dari 5.000 pimpinan senior, setidaknya ada 11 karakteristik yang harus dimiliki pemimpin agar sukses dalam kepemimpinannya.

1. Jujur (honest)

Ditempatkan pada urutan pertama karakteristik pemimpin, kejujuran harus melekat erat pada diri seorang pemimpin karena jabatan itu adalah kepercayaan. Ketidakjujuran ibarat racun dalam tubuh manusia yang semakin lama menumpuk dan akan menimbulkan penyakit serta kerusakan tubuh. Begitupun di dalam tubuh organisasi kerja, ada salah satu anggota yang tidak jujur lambat laun organisasi itu akan hancur. Apalagi ketidakjujuran itu dilakukan pemimpinnya pasti akan mengalir kepada anggota, seperti air kotor di hulu pastilah di hilirnya akan semakin kotor. Ketidakjujuran akan menimbulkan rasa saling curiga antaranggota maupun dengan pemimpinnya, dan saling curiga akan menyebabkan kerja sama dalam organisasi tidak harmonis. Sebaliknya, pemimpin yang jujur akan menjadi teladan anggotanya dan akan menjadi inspirasi kerja tim yang padu menuju kesuksesan organisasi. Jadi para pemimpin harus selalu menggunakan "kompas" moral untuk navigasi organisasi dalam pengambilan keputusan dan menjalankan organisasinya.

2. Pandai, cerdas (intelligent)

Sebagai pimpinan akan menjadi panutan dan acuan bagi anggotanya sehingga harus memiliki pemikiran yang lebih maju dari anggotanya. Kecerdasan intelektual harus ditunjang pula dengan kecerdasan emosional dan kecedasan spiritual sehingga pemimpin selain akan mampu mengorganisasi, juga mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul, serta keputusan dan kebijakan yang diambil akan sangat berkualitas.

3. Melihat ke depan (forward-looking)

Seorang pemimpin harus selalu melihat ke depan dalam arti selalu harus mencari inovasi-inovasi baru sesuai dengan perkembangan. Bukan berarti juga harus melupakan yang telah lewat karena itu menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi kinerja ke depan, melihat ke depan adalah salah satu faktor penunjang sebagai pemimpin yang cepat. Organisasi yang dikelola dengan mengacu pada keadaan saat ini tanpa melihat ke depan akan jalan di tempat dan ketinggalan. Pemimpin dengan pandangan dan orientasi ke depan akan mampu menggerakkan anggotanya menjadi sebuah mesin kerja yang efisien, efektif, dan inovatif.

4. Selalu memicu inspirasi (inspiring)

Sebagai motor penggerak, pemimpin harus mampu menjadi pemicu untuk menggerakkan potensi SDM yang ada menjadi suatu hasil yang bermanfaat. Pemimpin harus mampu memunculkan ide-ide baru dan mampu menggerakkan anggotanya untuk selalu mencari ide kreatif bagi kemajuan lembaga atau organisasi kerjanya. Dalam konteks ini, pemimpin dapat menggerakkan anggotanya atau masyarakatnya untuk selalu belajar karena dengan banyak belajar akan memunculkan inovasi atau ide baru. Suatu organisasi, lembaga, atau perusahaan yang dikelola dengan ide-ide baru akan selalu berkembang, tidak monoton, dan tidak pula statis. Ide atau inovasi baru tetap harus mengacu pada potensi yang dimiliki organisasi tersebut. Sebaliknya, pemimpin yang hanya terpaku pada kinerja saat ini tanpa mencari ide baru maka sudah pasti organisasi yang dipimpin akan jalan di tempat.

5. Kompeten (competent)

Kompeten adalah penggabungan antara kemampuan dan kemauan. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan secara teori, kecakapan dalam kerja sesuai organisasi yang ditanganinya dan wawasan luas teori/praktik serta kemauan untuk merealisasikan dalam kerja nyata. Seorang pemimpin harus mampu memahami seluruh isi dan lingkup organisasi yang dipimpinnya seperti dia memahami dirinya. Pemimpin harus mampu "bertanya, belajar, dan menindaklanjuti". Bertanya untuk mendapatkan umpan balik dan mendapatkan ide-ide baru, kemudian belajar mendengarkan dengan efektif dan melakukan refleksi dari hasil bertanya tersebut. Dari hasil bertanya dan belajar, ditindaklanjuti dengan kerja dan menghasilkan karya dan kemajuan bagi organisasinya.

6. Berlaku adil (fairminded)

Kata adil sangat mudah diucapkan dan didengungkan, tetapi sangat sulit dalam penerapannya. Sebagai pemimpin yang membawahi banyak anggota atau masyarakat akan sangat sulit untuk menerapkan keadilan bagi semuanya. Kepemimpinannya tidak boleh condong pada golongannya. Adil tidak harus sama rata, tetapi tetap sesuai porsinya masing-masing. Penentuan kebijakan serta pengambilan keputusan dan hukum yang diterapkan harus objektif. Pertentangan, keributan, dan permusuhan antaranggota kelompok atau masyarakat lebih banyak diakibatkan ketidakadilan pemimpinnya.

7. Berwawasan luas (broadminded)

Sebagai pusat informasi dan sebagai pusat pemecahan masalah, seorang pemimpin harus memiliki wawasan yang luas. Organisasi yang dikelola harus selalu mengikuti perkembangan zaman sehingga pemimpin harus selalu menggali informasi, harus selalu belajar agar wawasannya semakin luas. Wawasannya haruslah diinformasikan kepada anggotanya agak kinerja organisasi semakin cepat. Ilmu pengetahuan dan teknologi akan selalu berkembang pesat. Apabila seorang pemimpin tidak memiliki wawasan yang luas, akan selalu tertinggal. Perkembangan ilmu dan teknologi harus selalu diterapkan pada organisasinya.

8. Berani mengambil risiko (courageous)

Sebagai pucuk pimpinan pengambilan keputusan, kebijakan serta penegakan peraturan akan dibebankan di pundaknya. Menjadi pemimpin adalah jabatan yang tidak selamanya akan digenggam, tetapi pada saatnya akan dilepaskan. Seorang pemimpin tidak boleh ragu-ragu dan takut mengambil keputusan karena itu menjadi risiko jabatan dan kepercayaan yang diembannya. Sikap ragu-ragu akan menyebabkan kapal organisasinya semakin terombang-ambing oleh gelombang dan akan semakin mendekati kehancuran. Apabila seorang pemimpin selalu berpegang pada kejujuran dan keadilan, tidak akan pernah ada kata ragu dalam menjalankan kepemimpinannya. Pemimpin yang cerdas serta berwawasan luas maka risiko yang dihadapi dari keputusan yang diambil akan rendah.

9. Tidak basa-basi, langsung pada persoalan (straightforward)

Sikap tegas yang didasari kejujuran dan tidak ragu-ragu akan membawa ke arah kepemimpinan yang efisien dan efektif. Sikap basa-basi akan banyak membuang waktu dan akan menimbulkan kebingungan anggotanya atau masyarakatnya. Setiap permasalahan dan setiap tujuan yang ditangani dengan cepat maka perjalanan organisasi juga cepat berkembang. Basa-basi memang kadang diperlukan, tetapi kalau menjadi gaya kepemimpinannya akan membosankan dan cepat ditinggal anggotanya. Jadi pemimpin harus selalu bekerja cepat, tepat dengan hasil yang hebat.

10. Penuh imajinasi (imaginative)

Daya imajinasi bukanlah sekadar hayalan belaka, tetapi imajinasi yang dapat dikembangkan menjadi hal yang bermanfaat. Seorang pemimpin sebagai nakhoda harus selalu berimajinasi mengenai organisasinya ke depan. Berimajinasi untuk mengembangkan usahanya akan menjadi pendorong pemimpin dalam menggerakan anggotanya untuk lebih kreatif dan inovatif. Imajinasi akan berubah menjadi inovasi-inovasi baru dan manfaat-manfaat baru.

11. Pandai mendelegasi dan memotivasi SDM

Pemimpin harus mempunyai kemampuan mendelegasikan dan memotivasi sumber daya manusianya.

Setiap pribadi adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Apabila setiap pribadi sebagai pemimpin memiliki dan menerapkan sebelas karakteristik tersebut, pasti akan dapat menjalankan kepemimpinannya dengan efektif dan berwibawa.***

catatan : Tulisan ini merupakan kutipan dari Pikiran-rakyat.com dengan judul
Menuju Kepemimpinan yang Sukses
Oleh C.A. ARIYANTI, P.S., S.Pd., M.H.

Monday, January 08, 2007

Holiday : Jalan-jalan ke kota KEDIRI..



Hari Minggu ( Jan. 07.2007 ) kemarin kami sekeluarga mengadakan perjalan ke kota Kediri. Route yang kami tempuh melewati Jombang - Pare - Kediri.
Makan siang jam 11.30 WIB di warung sate kambing Cukir, rasa lumayan.
Satu porsi sate ( 10 tusuk ) dengan harga Rp 10000 ( standar harga sate )

Setelah perut kenyang, Si Brilian minta pergi ke kota Kediri, katanya dia belum pernah ke sana.
Perjalanan cukup lancar ( Jombang Pare = 30 Km + Pare Kediri = 17 Km )
Jalan lumayan mulus. Setelah putar - putar di Kota Kediri, langsung mampir dan parkir di Sri Ratu Plaza.

Setelah putar-putar; lumayan capek karena harus nggendong si Vanadia kemudian dilanjutkan dengan acara isi perut lagi di McDonald.
Kemudian Sholat dan lanjut untuk pulang, sampai rumah jam 16.00.

Lumayan ...

Friday, January 05, 2007

Kata bijak...

LIFE is away to DEATH. One goal with different routes.

LIFE as FAST as You Can ... and don't look BACK..!

Thursday, January 04, 2007

Ilmu : Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) - Seri 3

Visualisasi "6 Jenis Hantu" Overall Equipment Effectiveness— OEE Seri 3Oleh: Vincent Gaspersz

Si A menyatakan dapat melihat hantu, namun si B tidak melihat, makaanya ada dua kemungkinan, pertama, si A memang memiliki "kelebihan"seperti tim pemburu hantu di televis atau si B menganggap si A telah"irasional alias tidak beres". Apabila kita tidak mampu memvisualisasikan "hantu-hantu (enam jenishantu)" penyebab OEE yang rendah itu agar dapat dilihat oleh semuaorang dalam pabrik itu, maka berbagai konflik saling-menyalahkan akanselalu terjadi. Hal ini karena masing-masing pihak atau departemen dalam industri itu TIDAK MERASA BERTANGGUNG JAWAB untuk MeningkatkanNilai OEE, melalui mengusir "enam jenis hantu" itu!

Bagian purchasingakan merasa bahwa tanggung jawabnya hanya sebatas memesan material dari supplier agar tiba di gudang tepat waktu, masalah QUALITY LOSS adalah tanggung jawab bagian produksi atau Quality Assurance,sedangkan masalah DOWN TIME LOSS adalah tanggung jawab bagianMaintenance, sedangkan SPEED LOSS bukan tanggung jawab siapa-siapa!Salah satu cara untuk memvisualisasikan "hantu-hantu" penyebab OEE yang rendah adalah melalui menetapkan ukuran-ukuran kunci dalam MasterImprovement Story perusahaan.

Jika kita sedang menerapkan TPM, makaukuran kinerja kunci adalah OEE yang harus diperinci sedemikian rupa agar mampu memvisualisasikan "enam jenis hantu" ke visual board (papan yang dapat dilihat semua orang), dan kemudian mengaitkan secaralangsung nilai OEE itu dengan reward and recognition program dariperusahaan! Ukuran kunci OEE beserta "hantu-hantu (Down Time, Speed and QualityLosses)" yang harus dihilangkan itu ditampilkan dalam "TPM MasterPlan" melalui membuat TPM Manual yang mencakup:
(1) 5S/6SImplementation Manual,
(2) Jishu-Hozen (Autonomous Maintenance)Implementation Manual,
(3) Kobetsu Kaizen Implementation Manual,
(4)Planned Maintenance (PM) Implementation Manual,
(5) QualityMaintenance (QM) Implementation Manual, dan
(6) Office TPMImplementaton Manual.

Implementasi Manual TPM ini merupakan refleksi dari kita membangun"gedung" TPM melalui delapan pillars yang kokoh seperti telah dibahasdalam artikel tentang TPM.Implementasi dari semua TPM manuals itu berada di bawah tanggung jawablangsung Plant/Factory Manager atau Vice President ofManufacturing/ Operations (pimpinan tertinggi di pabrik) melalui kantorTPM (semacam secretariat TPM).

Office TPM ini akan memproses masalah-masalah yang berkaitan dengan:*) Kerugian yang terjadi dalam proses produksi*) Kerugian yang berkaitan dengan procurement, accounts,sales/marketing, yang mengakibatkan penimbunan atau penambahaninventories*) Masalah-masalah komunikasi*) OEE (Availability, Performance, Quality)*) Non-value added waste*) Dan lain-lain Bagaimana memvisualisasikan "hantu-hantu" di atas ke dalam bahasa uangagar dapat meningkatkan OEE sehingga memungkinkan untuk dikaitkansecara langsung dengan reward and recognition program, tentu sajamembutuhkan Lean Accounting program yang menjadi tanggung jawab bagianAccounting & Finance dari perusahaan.

Pada akhirnya apabila kita bermaksud membangun TPM kelas dunia, maka12 langkah yang dikemukakan oleh JIPM (Japan Institute of PlantMaintenance) dapat diikuti sehingga memberikan kesempatan kepadaperusahaan untuk memperoleh JIPM TPM Award!

Wednesday, January 03, 2007

Ilmu : Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) - Seri 2


Six Big Losses:"Hantu" OEE—Seri 2Oleh: Vincent

Jika dalam implementasi Lean Manufacturing, kita sering menyatakanbahwa inventory merupakan "hantu" dalam pabrik karena menyembunyikanbanyak persoalan, maka dalam implementasi Total Productive Maintenance(TPM), "Six Big Losses" merupakan "hantu" yang HARUS "diusir" daripabrik karena merupakan sumber penyebab OEE (Overall EquipmentEffectiveness) yang rendah!

Seperti telah diungkapkan dalam tulisan OEE-Seri 1, bahwaFaktor-faktor OEE, adalah: Availability, Performance, dan Quality,yang secara matematik dapat diformulasikan sebagai:OEE = Availability x Performance x Quality*)

Faktor Availability

Faktor Availability memperhitungkan DOWN TIME LOSS, sehinggaAvailability harus diukur dalam OEE agar kita mampu "menangkap hantu"penyebab kontribusi yang rendah dari faktor Availability terhadap OEE!

Terdapat dua kategori penyebab DOWN TIME LOSS, yaitu:1. Breakdowns, seperti: Tooling Failures, Unplanned Maintenance,General Breakdowns, Equipment Failure, dll.2. Setup and Adjustments, seperti: Setup/Changeover, MaterialShortages, Operator Shortages, Major Adjustments, Warm-Up Time, dll.Kehilangan waktu produktif karena Setup/Changeover dapat dikurangimelalui program "setup time reduction" atau sering disebut jugasebagai SMED (Single Minute Exchange of Die) di mana kita berusahamenurunkan Setup/Changeover time hingga menjadi single digit (kurangdari 10 menit). Kehilangan waktu produktif karena material shortagesharus melibatkan bagian pembelian (purchasing) untuk membina hubunganjangka panjang dengan suppliers melalui Lean Purchasing program.

*) Faktor Performance

Faktor Performance memperhitungkan SPEED LOSS (faktor-faktor yangmenyebabkan proses beroperasi lebih lambat daripada kecepatan maksimumyang mungkin, ketika proses itu sedang berjalan). Performance harusdiukur dalam OEE, sehingga kita mampu "menangkap hantu" penyebabkontribusi yang rendah dari faktor Performance terhadap OEE!Terdapat dua kategori penyebab SPEED LOSS,
yaitu:3. Small Stops, seperti: Aliran produk terhambat (Obstructed ProductFlow), Component Jams, Misfeeds, Sensor Blocked, Delivery Blocked,dll. Biasanya kerugian waktu yang diakibatkan oleh small stops tidakberlangsung lama hanya sekitar 5 menit dan tidak membutuhkanmaintenance personnel, dapat diselesaikan sendiri oleh operator.

4. Reduced Speed, seperti: Rough Running, Under Design Capacity,Equipment Wear, dll.*) Faktor QualityFaktor Quality memperhitungkan QUALITY LOSS. Quality harus diukurdalam OEE, sehingga kita mampu "menangkap hantu" penyebab kontribusiyang rendah dari faktor Quality terhadap OEE!

Terdapat dua kategori kerugian terbesar sebagai penyebab QUALITY LOSS,yaitu:5. Startup Rejects, seperti: Scrap, Rework, In-Process Damage,In-Process Expiration, dll yang terjadi pada tahap awal produksi, yangdapat diakibatkan karena kesalahan set-up mesin, dan lain-lain.6. Production Rejects, seperti: Scrap, Rework, In-Process Damage,In-Process Expiration, dll yang terjadi selama tahap produksi, yangdapat diakibatkan karena berbagai faktor penyebab.Keenam jenis "hantu" (Six Big Losses) di atas harus "diusir ke luarpabrik" melalui menghilangkan akar-akar penyebabnya!

inihal-hal yang dapat dilakukan:

BreakdownsMenghilangkan Breakdowns (unplanned Down Time) adalah penting untukmeningkatkan nilai OEE. Faktor-faktor OEE yang lain (Availability danQuality) tidak dapat ditingkatkan apabila proses terhenti karenabreakdowns. Upaya menghilangkan breakdowns adalah mulai denganmencatat lama terjadi down time dan sumber penyebab terjadi down timetersebut.
Melalui Root Cause Analysis (RCA), analisis pareto, why-whydiagram dan diagram sebab-akibat, maka kita akan mengetahui akarpenyebab dari breakdowns. Akar-akar penyebab itu kemudian dihilangkan,dan "hantu" breakdowns akan berkurang atau hilang!*)
Setup and AdjustmentsPenelusuran waktu Setup and Adjustments adalah penting untukmengurangi kerugian pada kategori ini.
Program SMED (Single MinuteExchange of Die) dapat diterapkan untuk "mengusir hantu jenis ini".*) Small Stops and Reduced SpeedSmall Stops and Reduced Speed merupakan "hantu" yang paling sulituntuk dimonitor dan dicatat. Bagaimanapun Cycle Time Analysis dapatdigunakan untuk menunjukkan secara tepat tentang hal ini. Melaluimembandingkan semua partial activity cycles time yang dicatat secaralengkap (all completed cycles) terhadap Ideal Cycle Time, maka kitadapat melakukan analisis dan kategori terhadap penyebab Small Stopsdan juga penyebab Reduced Speeds, kemudian menghilangkan akar-akarpenyebab sehingga mampu "mengusir hantu jenis ini".*) Startup Rejects and Production RejectsStartup Rejects and Production Rejects memiliki akar-akar penyebabyang berbeda. Penelusuran terhadap "hantu jenis ini" dapat menggunakanprogram six sigma yang berusaha terus-menerus meningkatkan kapabilitas proses untuk mencapai "near perfect quality" berupa 3,4defects per million "opportunities" . Program six sigma telah terbuktimerupakan "jampi-jampi mujarab untuk mengusir hantu jenis ini",sehingga apabila banyak proyek six sigma yang tidak mampu meningkatkankapabilitas proses menuju "near perfect quality", maka "sang dukunMaster Black Belts/Black Belts/Green Belts" perlu belajar ulang karenamereka sedang menerapkan "six sigma-six-sigma- an".Berdasakan uraian di atas telah jelas, apabila berbagai program"canggih" seperti: TPM, Six Sigma, Lean, dll, yang tidak mampu"mengusir enam jenis hantu di atas ke luar pabrik", maka kita perlumelakukan refleksi: "jangan-jangan kita sedang bermain kuda-kuda-andari kayu, namun diri merasa sedang menaiki kuda benaran"! Meskipunnapas telah "ngos-ngos-an" karena berlari jauh menggunakan "kudakayu", tetapi nilai OEE dari waktu ke waktu stagnan pada tingkat 40% -50%, atau TIDAK PERNAH DIUKUR? Jika kita menggunakan "kuda benaran",maka seyogianya dalam waktu MAKSIMUM 60 bulan, kita akan mampumencapai nilai OEE kelas dunia, yaitu: +85% untuk batch process dan+95% untuk continuous process!

Salam,Vincent Gaspersz

Thanks for Mr Vincent atas ilmunya

Ilmu : Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) - Seri 1

Tujuan utama dari implementasi Total Productive Maintenance (TPM)adalah memaksimumkan OEE dari setiap mesin/peralatan, proses, ataushift kerja, sehingga jika ada perusahaan yang menyatakan telahmenerapkan TPM tetapi tidak memiliki ukuran tentang OEE dari setiapmesin/peralatan, proses, atau shift kerja, dapat dikatakan "sama ajabo'ong". Hal ini serupa dengan perusahaan yang menyatakan telahmenerapkan Six Sigma, tetapi tidak ada ukuran kinerja maupun rencanauntuk mencapai target kinerja six sigma versi Motorola yaitu: 3,4 DPM(defects per million) atau DPMO (defects per million opportunities)dalam jangka waktu tertentu (biasanya 60 bulan), maka dapat dikatakansebagai "sama aja bo'ong".

Masih banyak perusahaan yang sesungguhnya sedang menerapkan"TPM-TPM-an" dan "Six Sigma-Six Sigma-an". Hal ini dapat dianalogikansebagai kita sedang bermain "kuda-kuda-an dari kayu" tetapi dirimerasa sedang menaiki kuda benaran! Sebagai konsekuensinya "kita akanmerasa capai sendiri, karena sesungguhnya yang sedang berlari itu kakidan tenaga kita, karena kita menaiki kuda-kuda-an dari kayu, bukankuda benaran yang mampu berlari cepat". Pabrik (mesin/peralatan, proses kerja) di Indonesia beroperasi 24 jamper hari, 6 hari per minggu, tetapi kalah produktivitas dan efisiensidibandingkan pabrik-pabrik di luar negeri yang hanya beroperasi 5 hariper minggu, 12-14 jam per hari. Upah buruh kita hanya di bayar sekitar$3-$4 per 10 jam, jauh lebih murah daripada tenaga kerja di Amerikaatau Canada pada level "worker" yang dibayar sekitar $10-$12 per jam,namun mengapa produk kita kalah bersaing atau tidak mampu menembuspasar Canada atau Amerika? Ukuran efisiensi dalam industri manufaktur tidak tergantung pada upahburuh atau lama jam kerja mesin, tetapi ditentukan oleh nilai OEE.Jika nilai OEE pabrik di Indonesia hanya sekitar 40%-50%, maka jelasakan kalah bersaing dengan pabrik manapun di seluruh dunia yangmemiliki nilai OEE sekitar 80%-90%.

Ukuran keberhasilan dari implementasi TPM adalah peningkatan nilai OEEdari setiap mesin/peralatan dan proses kerja secara terus-menerus.Nilai OEE dari perusahaan kelas dunia berada di atas 85% (batchprocess) dan di atas 95% (continuous process). Kebanyakan perusahaanlokal di manapun berada, baik di Canada atau Amerika, atau Indonesia,hanya memiliki nilai OEE sekitar 40% - 60% (batch process) atau 50% -75% (continuous process). Hal ini berarti perusahaan-perusaha an lokalmasih akan mampu meningkatkan kapasitas dan produktivitas sekitar 25%- 100% hanya melalui implementasi TPM, tanpa perlu penambahanmesin/peralatan atau penambahan shift kerja. Pertanyaan sekarang apa itu OEE? Tulisan ini akan membahas secaraserial tentang apa itu OEE dan bagaimana strategi meningkatkan nilaiOEE agar mampu mencapai standar kelas dunia +85% (batch process) atau+95% (continuous process).OEE adalah cara "praktek terbaik" untuk memonitor dan meningkatkanefisiensi dari proses manufacturing (misalnya: mesin-mesin,manufacturing cells, assembly lines, dll). OEE adalah sederhana danpraktis. OEE mampu mendeteksi sumber-sumber kehilangan produktivitasmanufacturing, mengumpulkan ke dalam tiga kategori utama, danmenggunakan sebagai metrics yang mengukur keunggulan dari operasionalmanufacturing, di mana posisi kita berada sekarang, dan bagaimana caramencapai OEE kelas dunia.OEE merupakan ukuran kunci (key metric) dalam TPM (Total ProductiveMaintenance) dan Lean Manufacturing, yang memberikan cara konsistenuntuk mengukur efektivitas TPM dan program-program kreatif lain(seperti: six sigma) melalui memberikan kerangka kerja menyeluruh(overall framework) untuk mengukur efisiensi dari suatu proses. Dalamindustri jasa, menggunakan konsep yang sama, OEE ini diubah menjadiOSE (Overall Service Effectiveness) .

Faktor-faktor OEE, adalah: Availability, Performance, dan Quality,yang secara matematik dapat diformulasikan sebagai:

OEE = Availability x Performance x Quality*)

Availability: memperhitungkan Down Time Loss, yaitu kehilanganwaktu produktif akibat down time mesin atau proses kerja (merupakankejadian-kjadian yang menghentikan rencana produksi pada sejumlahwaktu tertentu).
Availability harus diukur dalam OEE, dan hal inidapat diukur melalui mencatat lamanya peristiwa down time dari setiapmesin/peralatan atau proses kerja.

Availability = Operating Time / Planned Production Time*)

Performance: memperhitungkan Speed Loss (faktor-faktor yangmenyebabkan proses beroperasi lebih lambat daripada kecepatan maksimumyang mungkin, ketika proses itu sedang berjalan).
Performance harusdiukur dalam OEE, biasanya melalui membandingkan Actual Cycle Time(atau Actual Run Rate) terhadap Ideal Cycle Time (atau Ideal Run Rate).

Performance = Ideal Cycle Time / (Operating Time / Total Pieces)

Ideal Cycle Time adalah minimum cycle time yang dapat diharapkan darisuatu proses agar mencapai kondisi optimum. Ideal cycle time seringjuga disebut sebagai Design Cycle Time, Theoretical Cycle Time atauNameplate Capacity. Karena Run Rate merupakan kebalikan dari Cycle Time, maka Performancedapat juga dihitung sebagai:

Performance = (Total Pieces / Operating Time) / Ideal Run Rate *)

Quality: memperhitungkan Quality Loss (parts atau bagian yang tidakmemenuhi persyaratan kualitas). Quality harus diukur dalam OEE,biasanya melalui pencatatan defects per million (DPM) atau parts permillion (PPM).Quality = Good Pieces / Total PiecesContoh Perhitungan OEE:OEE = Availability x Performance x Quality OEE Factor Shift 1 Shift 2Availability 90.0% 95.0%Performance 95.0% 95.0%Quality 99.5% 96.0%OEE 85.1% 86.6%Ukuran OEE di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja Shift2 lebih tinggi daripada Shift 1, namun Shift 2 HARUS menurunkanQuality Loss agar mampu mengejar prestasi dari Shift 1, dan mencapaikondisi ideal Quality Loss sama dengan NOL (zero defect).

Nilai OEE ideal adalah 100%, namun sebagai patokan bahwa kinerja OEEkelas dunia adalah:OEE Factor World ClassAvailability 90.0%Performance 95.0%Quality 99.9%Overall OEE 85.0%

Catatan:Para mahasiswa teknik dan manajemen industri di berbagai perguruantinggi dapat menggunakan OEE sebagai topik penelitian, misalnya:• Pengukuran OEE dari Industri /Kelompok Industri tertentu.• Model yang dapat digunakan adalah: regresi logaritmik, yaitu: • Ln OEE = a (Ln Availability) + b (Ln Performance) + c (Ln Quality) +error

Catatan : Merupakan tulisan dari Mr Vincent Gasper di milist IPOM

Tuesday, January 02, 2007

Wawasan : IQ, EQ, SQ - sama pentingnya



TIDAK semua mereka yang memiliki jabatan dan titel kesarjanaan tinggi memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Istilah kecerdasan emosional adakalanya disebut EI (emotional intelligence), EQ (emotional quotient), dan kecerdasan sosial. Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun menyakitkan. Mantan Presiden Soeharto dan Akbar Tandjung adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, mampu mengendalikan emosinya dalam berkomunikasi.

Ketika membaca berita mengenai kekisruhan dalam rapat antara DPR dan Kejaksaan Agung belum lama ini, pikiran saya terdorong mengingat kembali teori Daniel Goleman seputar EQ untuk menganalisa perilaku pejabat tinggi dan politisi di pentas publik. Berdasar riset panjang, Goleman menyimpulkan, kecerdasan intelektual bukan faktor dominan dalam keberhasilan seseorang, terutama dalam dunia bisnis maupun sosial. Menurut Goleman, banyak sarjana yang cerdas dan saat kuliah selalu menjadi bintang kelas, namun ketika masuk dunia kerja menjadi anak buah teman sekelasnya yang prestasi akademiknya pas-pasan.

Lalu, apa kunci keberhasilan hidup? Menurut dia, lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional, yaitu aspek-aspek yang berkait dengan kepribadian, yang di dalamnya setidaknya ada empat unsur pokok.Pertama, kemampuan seseorang memahami dan memotivasi potensi dirinya. Kedua, memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain.Ketiga, senang bahkan mendorong melihat anak buah sukses, tanpa dirinya merasa terancam.Keempat, asertif, yaitu terampil menyampaikan pikiran dan perasaan dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lain tersinggung.Untuk mengukur apakah seorang pimpinan memiliki kecerdasan emosional tinggi, jangan diukur dengan titel kesarjanaan dan kepangkatannya, tetapi tanyakan pada mereka yang selalu berhubungan dengannya, entah itu sopir, satpam, pembantu rumah tangga, anak buah, keluarga, maupun teman.

Dari merekalah akan terpantul citra kepribadian seorang pemimpin, terutama di saat-saat seseorang terkondisikan untuk marah.Seberapa tinggi EQ seseorang mudah terlihat saat kritis, ketika suasananya tidak menguntungkan, bahkan dalam posisi terancam. Dengan tolok ukur ini kita mendapat kesan banyak pejabat tinggi yang EQ-nya rendah meski titel akademisnya tinggi, termasuk dalam penguasaan ilmu agama.Cirinya, pertama, jika bicara cenderung menyakiti dan menyalahkan pihak lain sehingga persoalan pokok tergeser oleh pertengkaran ego pribadi. Yang terjadi kemudian persoalan tidak selesai, bahkan bertambah.Kedua, rendahnya motivasi kinerja anak buah untuk meraih prestasi karena tidak mendapat dorongan dan apresiasi dari atasan. Pimpinan dengan EQ tinggi akan mampu memotivasi diri, lalu beresonansi pada orang-orang di sekelilingnya, terutama anak buahnya. Berdasarkan pengalaman memberi pelatihan di lingkungan birokrasi pemerintahan maupun BUMN, ditemukan indikator kuat, hanya sedikit pemimpin yang mampu memberi motivasi kerja pada anak buahnya. Banyak pemimpin menjadi sasaran caci maki anak buah sehingga potensi dan dedikasi anak buah tidak optimal untuk memajukan perusahaan.

BEGITU rendahnya EQ sebagian pejabat tinggi kita, tidak mengherankan jika produktivitas rendah, bahkan banyak terjadi kebocoran anggaran. Menjelang akhir tahun, yang menjadi agenda utama adalah bagaimana menghabiskan anggaran dan membuat laporan keuangan agar tampak mulus meski hasil kinerjanya minus. Situasi ini dipertegas hasil penelitian TII yang menyatakan perilaku korupsi birokrasi dan bisnis di Jakarta sudah amat parah. Orang bukannya dipacu untuk meraih prestasi kerja, tetapi dibuat pusing dan sibuk mengenal serta memberi servis pada orang-orang yang dekat dengan pengambil keputusan.Banyak mahasiswa dan sarjana terkesan idealis saat di kampus, tetapi terhanyut begitu menjadi birokrat. Rasanya perlu dipikirkan adanya pekan orientasi sarjana sebelum wisuda. Isinya, memberi peringatan disertai data akurat bahwa setelah wisuda mereka akan memasuki dunia baru yang penuh ranjau dan lingkungan kerja serta sosial yang telah terkontaminasi virus korupsi dan manipulasi. Ini merupakan tugas akhir almamater, memberi peringatan dan tanggung jawab moral pada putra-putrinya agar memiliki komitmen untuk hidup terhormat, mengejar karier dengan panduan skill dan suara hati.

PARA psikolog mengatakan, rasa sukses dan bahagia akan diraih jika seseorang bisa menggabungkan setidaknya tiga kecerdasan, yaitu intelektual, emosional, dan spiritual.

1. IQ - KECERDASAN INTELEKTUAL.Kecerdasan intelektual (IQ) berkait dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Jika pendidikan kita mengabaikan aspek keunggulan IQ, sulit bagi Indonesia untuk bersaing dalam bidang sains dan teknologi pada persaingan global. Kini kita sudah merasakan betapa tertinggalnya kita dalam pendidikan sains. Pemerintah pun kurang melakukan penjaringan siswa berbakat untuk difasilitasi agar nanti menjadi ilmuwan tangguh.

2. EQ - KECERDASAN EMOSIONAL.EQ yang tinggi akan membantu seseorang dalam membangun relasi sosial dalam lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial. Bagi seorang manajer, kecerdasan emosional merupakan syarat mutlak. Lagi-lagi amat disayangkan, pendidikan kita miskin konsep dalam membantu mengembangkan EQ, bagi siswa maupun mahasiswa. Pelatihan EQ ini amat penting guna menumbuhkan iklim dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua menuntut adanya kedewasaan emosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas etnis, agama, dan budaya akan menjadi sumber konflik laten jika tidak disertai tumbuhnya budaya dialogis dan sikap empati.

3. SQ - KECERDASAN SPIRITUAL.Tidak kalah penting, kecerdasan spiritual (SQ) yang berkait dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ meratakan jalan membangun relasi sosial, SQ mempertanyakan apakah makna, tujuan, dan filsafat hidup seseorang.Menurut Ian Marshall dan Danah Zohar, penulis buku SQ, The Ultimate Intelligence, tanpa disertai kedalaman spiritual, kepandaian (IQ) dan popularitas (EQ) seseorang tidak akan memberi ketenangan dan kebahagiaan hidup.Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, berbagai pakar psikologi dan manajemen di Barat mulai menyadari betapa vitalnya aspek spiritualitas dalam karier seseorang, meski dalam menyampaikannya terkesan hati-hati.

Yang fenomenal, tak kurang dari Stephen R Covey meluncurkan buku The 8th Habit (2004), padahal selama ini dia sudah menjadi ikon dari teori manajemen kelas dunia The Seven Habits. Rupanya Covey sampai pada kesimpulan, kecerdasan intelektualitas dan emosionalitas tanpa bersumber spiritualitas akan kehabisan energi dan berbelok arah.

Di Indonesia, krisis kepercayaan terhadap intelektualitas kian menguat saat bangsa yang secara ekonomi amat kaya ini dikenal sebagai sarang koruptor dan miskin, padahal hampir semua yang menjadi menteri maupun birokrat memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Asumsi bahwa kesarjanaan dan intelektualitas akan mengantar masyarakat yang damai dan bermoral digugat Donald B Caine dalam buku: Batas Nalar, Rasionalitas dan Perilaku Manusia yang sedang dibicarakan banyak orang. Mengapa bangsa Jerman yang dikenal paling maju pendidikannya dan melahirkan banyak pemikir kelas dunia pernah dan bisa berbuat amat kejam? Pertanyaan serupa bisa dialamatkan kepada Inggris, Amerika Serikat, dan Israel.

KEMBALI pada soal EQ. Teori ini valid untuk melihat perilaku dan gaya kepemimpinan seseorang dalam kelompok terbatas. Dalam wilayah sosial dan politik, terlalu banyak variabel yang tidak cukup dianalisis dengan teori EQ.Namun satu hal pasti, kita mengharapkan negeri ini diurus oleh mereka yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.
Yaitu mereka yang kualitas akademisnya baik, mampu berkomunikasi sosial secara simpatik, inspiring dan motivating, serta memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai spiritual sebagai panduan hidup. Jika ketiga kualitas ini tidak terpenuhi, sebaiknya minggir saja atau bangsa ini akan kian hancur oleh perilaku pemimpinnya sendiri.*

Thanks Prof Komaruddin H atas tulisannya ini

Inspirasi : Selamat Tahun Baru

SAMPAI sekarang saya belum paham persis mengapa setiap tahun baru datang, orang-orang menyambutnya dengan suka cita. Terkadang -terutama di kota-kota besar- sambutan malah berlebihan. Seringkali dengan pesta pora dan gegap gempita.
Suka cita orang yang menyambut tahun baru itu apakah karena besarnya optimisme akan datangnya masa yang lebih cerah atau merupakan luapan rasa lega dengan ditinggalkannya masa lalu yang parah? Ataukah itu hanya seperti kesukaan lumrah orang kepada setiap yang baru.

Padahal, bukankah tahun baru merupakan rambu-rambu penanda jarak mendekati batas akhir perjalanan hidup yang berarti pengurangan umur? Bagi orang yang menyadari batas akhir sejak melangkah dalam perjalanan hidup, seperti Sutardji Calzoum Bachri yang bersajak "maut menabungku/ segobang segobang", tahun baru tentu tidak serta merta disambut dengan gembira.

Akan tetapi terlebih dulu dengan perenungan. Apabila tahun yang lewat mencatat masukan-masukan positif bagi bekal perjalanan selanjutnya, maka sudah selayaknya tahun yang baru datang, disyukuri. Namun jika sebaliknya, tahun yang lalu memperlihatkan rapor buruk, maka kegembiraan menyambut tahun baru sungguh sulit dimengerti.
Sebagai hamba Allah yang diangkat sebagai khalifah-Nya di muka bumi, sudah sepatutnya dalam menyambut tahun baru, kita merenungkan perjalanan hidup yang sudah kita lalui untuk melanjutkan perjalanan menjelang tempuhan mendatang.

Jangan-jangan selama ini, kita terlampau sadar dengan kekhalifan kita hingga melupakan kehambaan atau sebaliknya terlalu sadar akan kehambaan kita lalu tidak berbuat apa-apa, hanya menunggu nasib dan lupa untuk apa kita diangkat sebagai khalifah-Nya.
Kadang-kadang kita menyadari kehambaan dan kekhalifahan kita, tapi kita kurang memahami apa yang harus kita lakukan sebagai hamba dan apa yang harus kita lakukan sebagai khalifah-Nya. Maka, bisa saja terjadi hanya kita yang merasa hamba, sedangkan Tuhan sendiri tidak menganggap. NaĆ­udzu billah. Atau kita merasa sebagai khalifah bumi, padahal waktu demi waktu kita merusaknya

Jangan-jangan selama ini kita malah melupakan keduanya. Melupakan kehambaan dan kekhalifahan kita, karena kita melupakan Tuhan yang mengangkat kita sebagai khalifah-Nya. Dalam kitab suci-Nya, Allah berfirman kepada kaum beriman, Walaa takuunu kalladziina nasuullaha fa ansaahum anfusahum; ulaa-ika humul-faasiquun. (Q. 59: 19).
"Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa akan Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa akan diri mereka sendiri; mereka itulah orang-orang yang fasik."
Orang yang lupa diri akibat lupa Allah, bagaimana bisa diharapkan ingat akan yang lain; ingat tempatnya, lingkungannya, keluarganya, saudaranya, dan sebagainya. Orang Indonesia yang lupa diri akan lupa negerinya, lupa bangsanya, lupa kewajibannya.

Bila orang yang lupa diri itu termasuk rakyat jelata, mungkin tidak seberapa pengaruhnya terhadap kehidupan. Tapi bila dia termasuk elite, termasuk pemimpin, Anda bisa bayangkan -atau malah bisa membuktikan- sendiri betapa buruk dampak yang diakibatkannya.
Bayangkan, pemimpin yang lupa diri dan lupa amanah serta tanggung jawab yang dipikulnya. Bayangkan pejabat yang lupa diri dan lupa bahwa tidak semua yang ada di tangannya adalah miliknya dan bahwa dia tidak selamanya menjabat. Bayangkan orang berilmu yang lupa diri dan lupa memanfaatkan serta mengamalkan ilmunya. Bayangkan kiai yang lupa diri dan lupa maqamnya. Bayangkan, apa jadinya?

Dengan merenung, kita jadi sadar bahwa hidup di dunia ini ternyata memang sangat singkat. Kemarin baru tahun 2006, tak terasa sekarang sudah tahun 2007. Yang kemarin belum lahir, kini sudah lahir. Yang kemarin masih bersama kita, kini telah tiada. Yang kemarin belum balig sekarang sudah dewasa. Yang kemarin belum menikah, sekarang sudah punya anak.
Hidup di dunia ini bagaikan waktu asar, sangat singkat. Dan, perjalanan setelah itu sangat jauh. Sebelum lupa, mari kita ingat-ingat, tahun-tahun kemarin seberapa banyak kita mengumpulkan bekal dan seberapa banyak kita menyia-nyiakan, bahkan membuang-buang bekal?

Tahun ini, apakah kita akan melanjutkan pemupukan dan pengembangan perolehan positif kita bagi kepentingan kebahagiaan hakiki dan abadi kita? Ataukah kita akan terus mengulang-ulang rutinitas kesia-siaan kita, meski Tuhan bersama alam-Nya terus mengingatkan kita?
"Demi waktu asar, sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian; kecuali mereka yang beriman, mengerjakan amal saleh, saling menasihati untuk menegakkan kebenaran dan saling menasihati untuk sabar." (Q. 103)
Selamat Tahun Baru! Selamatlah Tahun ini!
Tulisan ini dari Suaramerdeka.com Jan.02.2007 by Mustofa Bisri

Monday, January 01, 2007

Inspirasi : Kreativitas

Dalam bukunya yang berjudul Creativity in Business, Carol Kinsey Goman, PhD menulis, suatu ketika di kolom believe it or not terbitan milik Ripleys muncul tulisan: “jika sebatang besi dijual seharga 5 dolar, jika anda menempa besi itu menjadi sepatu kuda nilainya meningkat jadi 10,5 dolar.
Jika besi itu dibuat jarum nilainya berlipat jadi 32,85 dolar, jika membuat per pegas jam tangan dari besi itu maka nilainya melonjak menjadi 250.000 dolar. Nah, perbedaan antara 5 dolar dengan 250.000 dolar itulah yang disebut kreativitas”.

Terkadang orang beranggapan kreativitas adalah berkah yang turun dari langit untuk orang tertentu. Kenyataannya terkadang kreativitas bisa muncul karena seringnya sebuat pekerjaan yang terus ditekuni dan diperdalam. Contohnya, seorang perancang busana bernama Yohanes Bridal asal Jakarta. Awalnya jarang yang mendengar namanya. Karyanya waktu dulu berkesan biasa saja. Namun ketika sentuhan kreativitas mulai diperlihatkan pria berkacamata ini, namanya menjadi meroket.
Dia membuat baju kebaya berbahan biji buah asam yang dirangkai. Juga membuat gaun pesanan penyanyi dangdut Annisa Bahar berbahan dari duri ikan yang dipakai saat pernikahan.
Siapa menyangka biji asam dan duri ikan yang bila dijual saja terkadang tak laku, di tangan kreatifnya menjelma menjadi karya fashion yang berharga ratusan juta rupiah.
Hikmah yang bisa dipetik dari pengalaman Yohanes Bridal adalah apapun pekerjaannya, jika ditekuni dan diberi sentuhan kreativitas mungkin akan lebih bermanfaat dikemudian hari. So… let’s be creative.
Note : Kiriman seorang kawan baik
Comment : Semoga dapat jadi inspirasi

Happy New Year 2007



Mengucapkan :


Selamat Tahun Baru 2007

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan segala

Rahmat dan Hidayah-Nya

Sehingga dalam perjalanan di Tahun 2007

ini dapat lebih baik dibanding tahun sebelumnya

Aminnnnnnnn....

Senin, 1 Januari 2007

Hikmah Idul Adha 1427 H : Spirit Pengorbanan

IDUL Adha adalah hari penuh kemenangan besar. Dalam hari yang dirayakan kaum muslimin seluruh dunia itu terkandung nilai kepatuhan dan keikhlasan saat menjalankan perintah Allah SWT. Idul Adha adalah wujud keikhlasan yang tak tertandingi.
Ia adalah hari ketika ajaran Nabi Ibrahim AS menjadi teladan. Ia juga menjadi salah satu monumen terbesar umat manusia untuk menandai betapa dalam menjalankan perintah Sang Pencipta, manusia harus ikhlas merelakan apa pun yang paling berharga dalam hidup. Termasuk melepas anak terkasih bila itu memang dikehendaki Sang Khalik.
Dan ritual penyembelihan Ismail oleh sang ayah, Ibrahim, menjadi salah satu hikmah terpenting dari hakikat Idul Adha. Di sana ada kepatuhan, ketulusan, dan keikhlasan. Di sana ada pula spirit untuk berkorban. Itulah contoh pengorbanan terbesar yang pernah dilakukan hamba Allah.

Spirit pengorbanan dengan bobot sekaliber Ibrahim saat menyembelih sang anak, Ismail, adalah amal langka dalam konteks kekinian. Ia menjadi sebuah kemustahilan, bahkan keajaiban.
Pada era ketika individualisme meraih pencapaian tertinggi di puncak kejayaan materialisme seperti sekarang ini, spirit pengorbanan lebih bermakna ziarah kepada egosentrisme.
Kini hal-hal yang menyangkut pengorbanan telah banyak yang hilang digantikan dengan spirit mengabdi kepada motif mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Semua dilakukan dengan pamrih yang kian lama kian menjauhkan individu dari ikatan-ikatan sosial. Idul Adha mengandung spirit untuk menautkan kembali ikatan-ikatan yang telah terlepas itu.
Karena itu, spirit yang terlahir sekian ratus tahun lalu itu menjadi sangat relevan hingga hari ini. Dalam konteks Indonesia, semangat ini bahkan telah menjadi sebuah urgensi. Banyak persoalan bangsa muncul akibat lemahnya spirit untuk berkorban bagi orang lain, spirit untuk berkorban bagi sesama.

Yang jauh lebih menonjol dalam kehidupan sehari-hari sekarang adalah semangat untuk menang sendiri, kaya sendiri, berkuasa sendiri, dan benar sendiri. Spirit seperti ini sudah barang pasti tak menghiraukan penderitaan sesama.
Korupsi, kolusi, dan konspirasi adalah fenomena yang terlahir dari dominasi tata nilai seperti itu. Dan menjadi sebuah kelaziman bila sebagai dampaknya lahirlah penyakit-penyakit sosial. Seperti kemiskinan, kebodohan, kejahatan, keterbelakangan, dan ketertindasan.

Adalah saat yang tepat bagi bangsa ini untuk mengambil hikmah atas hakikat Idul Adha. Tepat karena bangsa ini masih berkubang dalam krisis setelah terpuruk hampir satu dekade. Tepat pula karena di seluruh penjuru negeri kian banyak saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang membutuhkan uluran tangan akibat kehidupan yang serbakekurangan.

Sumber : Editorial Media Indonesia.com

Cooment : Semoga kita bisa mengambil hikmah dibalik peringatan Idul Adha 1427 H