Tuesday, September 30, 2008

Refleksi Idul Fitri 1429 H

Idul Fitri, Penyegaran Nilai Kemanusiaan

Puasa selama satu bulan penuh pada Ramadan 1429 Hijriah yang kita tutup hari ini, kita lanjutkan dengan lembaran baru: Idul Fitri pada esok pagi. Hanya kita masing-masinglah yang dapat memberikan penilaian, sukseskah pengabdian kita sepanjang sebulan? Juga hanya kita sendiri yang dapat menilai, sentuhan apakah yang telah terusap dan tertanamkan oleh ibadah puasa bagi perubahan hati, lalu perilaku kita? Apakah keikhlasan menjalani laku menahan diri dari ragam peluang dan kemungkinan sehari-hari itu bakal mampu menciptakan pola hidup baru? Hanya kitalah yang mampu menjawabnya.

Puasa hakikatnya adalah lelabet, yang oleh firman Allah digambarkan sebagai titian menuju predikat idaman sebagai muttaqin, orang-orang yang bertakwa. Indikator kesuksesan atau ketakwaan itu bukanlah sedangkal kemampuan menyelesaikan syarat syar’i-nya, tetapi pengaruh seperti apa yang kemudian mempolakan sikap ”menahan diri” dalam langgam kehidupan sehari-hari seseorang. ”Diklat” selama sebulan itu hanya pemolaan, selebihnya tergantung kita apakah mampu mempolakan sikap dan perbuatan berdasarkan ”bahasa hati” itu dalam kehidupan nyata selama 11 bulan berikut.

Idul Fitri adalah momentum pencerahan ketika manusia memasuki sebuah fase putih bersih produk Ramadan. Terdapat sinergi spiritualitas antara penghambaan vertikal kepada Allah dengan interaksi sosial kita dengan sesama hamba Allah. Kita di Indonesia melengkapinya dengan tradisi halalbihalal yang adiluhung itu, sebuah momentum saling membuka hati, kesempatan untuk saling bermaafan. Pada hari-hari itu tidak berlaku sekat sosial, yang dalam ritme hidup sehari-hari sering diberi rambu-rambu sosial-ekonomi-politik. Keindahan interaksi mana lagi yang dapat diperbandingkan dengan keagungan hari fitri itu?

Masalahnya, kita terlalu sering terjebak oleh simbol, berhenti hanya pada momentum, dan gagal mengembangkannya sebagai terapi hati dan terapi sosial. Ramadan dan Idul Fitri yang mencerahkan pada harinya, tidak dielaborasi sebagai internalisasi sikap dan akhlak. Yang biasa korupsi akan kembali asyik dengan penyelewengan-penyelewengannya, yang menzalimi rakyat hanya memperlihatkan muka manis sebatas menyelesaikan formalitas Lebarannya. Tentu bukan kemudahan melepas momentum semacam itu yang seharusnya dimaksimalkan dari pengalaman-pengalaman spiritual selama masa pendadaran.

Sebrutal-brutalnya sikap manusia, apakah hatinya tidak tersentuh oleh alunan takbir? Pertanyaan itu mungkin akan memeroleh jawaban yang bersifat relatif, tetapi pembelajaran yang sedemikian sistematis melalui Ramadan dan Idul Fitri mestinya memang merupakan siklus yang akan selalu memberi pencerahan bagi tiap hati yang menerimanya sebagai kebutuhan spiritual. Ajaran membiasakan diri untuk menahan diri dari berbagai kemungkinan yang ada di depan mata itu sangatlah luar biasa dalam membangun sikap hidup yang amanah. Kita maksimalkan yang menjadi hak, dan kita lupakan yang bukan menjadi hak.

Bergembiralah pada hari suci ini, sebagai ungkapan berjeda dari kehirukpikukan kompetisi duniawi. Berbagilah kegembiraan kepada mereka yang sesungguhnya membutuhkan perhatian dan penyantunan kita yang mampu. Zakat fitrah pada penghujung Ramadan jangan diartikan berhenti pada pengertian formal-ritualnya, tetapi yang lebih penting diserap sebagai sikap bahwa pada sebagian milik kita melekat milik para fakir miskin. Pada ruang yang lebih luas, menjadi tugas spiritual kita untuk memberdayakan agar kehidupan mereka beranjak dari stagnasi posisi ”menerima”. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir batin.


Sumber : Tajuk Rencana Suaramerdeka.com edisi 30 Sept. 2008


30 September 2008
Hari Kemenangan
Oleh A Mustofa Bisri

DALAM Islam ada satu hari raya dalam seminggu, yaitu hari Jumat. Ada dua hari raya dalam setahun, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Idul Fitri merupakan hari raya umat Islam sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas anugerah Allah berupa Ramadan dengan segala fasilitas spritualnya dan atas keberhasilan mereka melaksanakan fardhu puasa sebulan penuh.

Bagi muslim yang cerdas, Ramadan benar-benar merupakan momentum anugerah Allah yang luar biasa yang pasti tidak akan disia-siakannya. Pada bulan suci itu, Allah tidak hanya menjanjikan rahmat, ampunan, dan pahala berlipat, namun juga memberikan suasana khas di mana kaum muslimin--yang cerdas--dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia hamba Allah dan sebagai muslim.

Suasana khas Ramadan bagi mereka yang menghayatinya, akan sangat terasa. Suasana di mana kaum muslimin dapat dengan lebih khusyuk beribadah, lebih teliti mengoreksi diri, lebih intens berlatih menahan diri dan melawan godaan setan, untuk menjadi hamba Allah yang benar-benar bertakwa.

Pengampunan yang dijanjikan Allah bagi mereka yang berpuasa dan beribadah pada malam-malam hari bulan Ramadan--hanya karena Allah dan mengharap pahala-Nya--tidak tanggung-tanggung. Mereka akan diampuni dosa-dosa mereka yang sudah-sudah. Subhanallah. Ini saja sudah lebih pantas untuk disyukuri.

Pengampunan ini--mudah-mudahan kita semua mendapatkannya--adalah bekal untuk melanjutkan kehidupan kita selanjutnya dengan lebih ringan. Dengan pelaksanaan ibadah di bulan Ramadan, kita berbaik sangka kepada Allah: dosa-dosa kita yang selama ini membebani diri kita, sudah diampuni-Nya. Ini adalah dosa-dosa kita yang langsung berhubungan dengan hak Allah. Tinggal satu macam dosa lagi yang benar-benar perlu kita perhatikan. Sebab kalau tidak, akan dapat menyebabkan amal-amal ibadah kita menjadi sia-sia. Dosa apa itu? Dosa yang berkaitan dengan hak sesama.

Ya, dosa yang berkaitan dengan sesama hamba Allah ini jauh lebih gawat dan perlu benar-benar kita perhatikan. Soalnya, tidak sebagaimana Allah yang Pengampun Pemurah dan mempunyai ’’hobi’’ mengampuni, manusia tabiatnya mudah berbuat kesalahan dan sangat sulit memaafkan. Padahal menurut beberapa hadis sahih, kesalahan-kesalahan kita kepada sesama--bila tidak dimintakan maaf--dapat menjadi ganjalan kelak di akhirat. Kesalahan-kesalahan itu dapat menggerogoti amal-amal ibadah kita seperti shalat, puasa, dan sebagainya.

Maka sungguh arif para pendahulu kita yang mentradisikan adanya acara silaturahmi dan halalbihalal, saling memaafkan di antara sesama pada saat Idul Fitri. Kiranya kita perlu melakukan revitalisasi terhadap tradisi mulia itu--termasuk tradisi ’’baru’’ dalam bentuk ’’ritual mudik’’--dalam pengertian mengambil dan melestarikan intinya, yakni: menjaga hubungan baik antara kita, di samping menjaga hubungan baik dengan Allah. Dengan demikian, Idul Fitri benar-benar merupakan hari kemenangan bagi kita.

Nah, dalam Hari Raya Fitri ini, saya sampaikan Selamat Idul Fitri kepada Anda sekalian dengan permohonan maaf atas segala kesalahan saya lahir batin. Kesalahan-kesalahan Anda--kalau ada--juga sudah saya maafkan. Kullu ’aamin wa antum bikhair!(62)
Dikutip dari suaramerdeka.com edisi Sept.30. 2008

TAJUK RENCANA harian KOMPAS
Selasa, 30 September 2008 |
Fitri dan Rahmatan Lil'Alamin

Ketika Surya tenggelam di ufuk barat petang nanti, maka ber- akhir pulalah Bulan Ramadan 1429 Hijriah. Akan berlalu pula satu bulan suci.

Yakni bulan yang penuh magfirah, berkah dan tuntunan. Kepergiannya kita yakin akan meninggalkan kesan mendalam, khususnya bagi umat Islam yang selama sebulan penuh kemarin menghayati momen pendidikan spiritual dan tempaan jiwa raga ini.

Berikutnya, datanglah hari kemenangan, yang patut dirayakan. Namun sesudahnya, tibalah saat pembuktian, bahwa kita memang sudah jadi insan yang lebih baik dibandingkan sebelum Ramadhan. Selama sebulan penuh kita mendengar siraman rohani dari para ustadz dalam acara buka bersama, dan menjelang shalat tarawih. Juga yang kita peroleh sendiri dari tafakur pada malam hari.

Besar harapan kita, selain dosa hari kemarin diampuni, kita juga menjadi lebih tercerahkan, yang lebih penting lagi setelah ibadah Ramadhan, kita bisa kembali ke kondisi fitrah, sebagaimana hakikat Idul Fitri.

Dari ceramah para khatib, antara lain, kita diingatkan kembali akan kondisi fitri yang digambarkan seusai Ramadhan, yakni yang mengingatkan kita pada sifat bayi. Pada bayi terdapat sifat jujur karena ia tidak berpura-pura menangis minta susu kalau ia kenyang. Bayi juga juga tidak serakah karena ia hanya akan menyusu sampai ia merasa cukup, bukan menyedot habis saat sang ibu akan berangkat bekerja. Bayi juga memancarkan aroma wangi khas, yang membuat siapa pun ingin menciumnya dan tak keberatan bila diompoli.

Ya, kita memang merindukan sifat-sifat ideal seperti yang ada pada bayi justru ketika semakin terperangkap dalam berbagai hasrat duniawi yang sering membuat kita menjadi tidak jujur dan serakah.

Dimensi lain yang kita dambakan selain fitri atau suci adalah berkah atau menebarkan kebaikan. Berkah tidak saja bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain, bahkan bagi seluruh kehidupan di muka bumi.

Inilah kiranya yang diajarkan agama. Melalui ibadah puasa, yang dilaksanakan secara massal, tersirat makna ibadah ini untuk membangun kebersamaan. Seperti kita baca dari kolom Musa Asy’arie di harian ini kemarin, agama mengajarkan perlunya manusia membangun rasa kebersamaan dan kesatunasiban masa depan.

Seiring dengan itu pula, agama menegaskan agar manusia satu sama lain saling menghargai, saling belajar atas kekurangan dan kelebihan untuk mewujudkan kehidupan bersama yang lebih sejahtera dan beradab.

Ketika kita usai menjalankan perintah agama pada bulan Ramadhan, semestinyalah wawasan kesadaran di atas semakin kita resapi. Kita semakin jauh dari laku yang kurang beradab, yang keluar dari kalbu yang tidak mulia. Sebaliknya, yang lalu sering kita perlihatkan adalah perilaku luhur, yang memancar dari hati yang suci.

Semoga berkah itulah yang kita dapatkan setelah kita berpuasa Ramadan.

Selamat Idul Fitri 1429 H, mohon maaf lahir batin.

Selamat IDUL FITRI 1429 H


""Jalaluddin Rakhmat dalam buku larisnya, Islam Aktual (1992), dia menyebut mudik, silaturahmi halalbihalal Idul Fitri, sebagai kreasi bangsa yang menakjubkan, yang berfungsi sebagai terapi untuk manusia moderen. Mudik memuat nilai untuk ”kembali menjadi manusia”. Dengan mengutip Lewis Yablonsky, manusia-manusia moderen telah menjadi robopaths, kehilangan spontanitas dan kreativitasnya, menjadi seperti mesin yang secara ritual terikat pada kegiatan yang monoton.
Benarkah kita telah kehilangan rasa kemanusiaan untuk menjadi moderen? Beberapa indikator disampaikan: kita sibuk dengan kegiatan sehari-hari sehingga hampir tak sempat lagi memerhatikan keluarga. Kita kehilangan rasa sayang, bahkan semua emosi manusiawi. Kita justru mengembangkan sikap kasar, egois dan agresif. Penyakit-penyakit itu mewujud ke dalam berbagai perilaku dilingkungan masayrakat kita yang jauh dari ”bahasa hati” manusia, misalnya free fight yang berlebihan dalam mengembangkan survivalitas ekonomi, ketidakjujuran , serta pemancaran kekuasaan tanpa bekal nilai keamanahan.

Mobilitas manusia untuk satu momentum itu memang memadukan beragam variabel, misalnya pengalaman ruhaniah dengan merasa terpanggil mengunjungi kerabat untuk bersilaturahmi dan saling meminta maaf; variabel ekonomi lewat ungkapan pengumpulan uang selama setahun penuh untuk dibawa pulang ke daerahnya; serta variabel sosial berwujud ”panggilan kampung halaman” antara lain untuk berziarah ke makam leluhur. Kuat memancar sentuhan kemanusiaan dalam kegiatan massal itu, sehingga ”panggilan hati” atau ”bahasa nurani” jelas tidak bisa diukur dari rasionalitas berbasis efektif-efisien""
Tak selamanya mata memandang dengan ramah,

hati menilai dengan jernih,

dan mulut bicara dengan santun.

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR BATIN.

Friday, September 26, 2008

Info : Bahaya Melamin di Produk Susu

Jumat, 26 September 2008 | 05:51 WIB
KARENA ingin menjadikan seolah kandungan proteinnya tinggi, produk susu di China dicampuri melamin. Tidak tanggung-tanggung, sekurangnya empat bayi meninggal dunia dan sampai hari ini sudah lebih dari 13.000 bayi harus dirawat.

Sebenarnya kasus yang mirip pernah terjadi secara luas tahun lalu akibat pengoplosan melamin ke dalam makanan hewan dari China. Akibatnya, ratusan anjing dan kucing mati serta ribuan lainnya menderita gagal ginjal.

Apakah melamin itu? Samakah dengan melamin yang dipakai untuk peralatan makan kita? Apakah bahayanya? Pelajaran apa yang dapat ditarik dari kasus ini? Tulisan singkat berikut akan mencoba memberikan jawaban atas hal-hal itu.

Beda dengan perkakas

Melamin yang dipermasalahkan adalah senyawa organik bersifat basa dengan rumus C3H6N6, kandungan nitrogennya sampai 66 persen, biasa didapat sebagai kristal putih. Melamin biasanya digunakan untuk membuat plastik, lem, dan pupuk.

Plastik dari melamin, karena sifat tahan panasnya, digunakan luas untuk perkakas dapur. Jadi, melamin yang kini diributkan berbeda dengan melamin plastik perkakas. Melamin yang diributkan ini adalah bahan dasar plastik melamin.

Berdasarkan informasi di situs WHO, pencampuran melamin pada susu berawal dari tindakan pengoplosan susu dengan air. Akibat pengenceran ini, kandungan protein susu turun. Karena pabrik berbahan baku susu biasanya mengecek kandungan protein melalui penentuan kandungan nitrogen, penambahan melamin dimaksudkan untuk mengelabui pengecekan agar susu encer tadi dikategorikan normal kandungan proteinnya.

Data keamanan melamin

Penambahan melamin ke makanan tidak diperbolehkan oleh otoritas pengawas makanan negara mana pun. Walaupun seperti diberitakan Kompas, studi tentang efek konsumsi melamin pada manusia belum ada, hasil ekstrapolasi dari studi pada hewan dapat digunakan untuk memperkirakan efek pada manusia.

Hal itu telah tampak bila melamin bergabung dengan asam sianurat (yang biasa juga terdapat sebagai pengotor melamin) akan terbentuk kristal yang dapat menjadi batu ginjal. Batu ginjal ini telah tampak pada hewan-hewan korban kasus pengoplosan melamin tahun lalu. Batu ginjal inilah yang dapat menyumbat saluran kecil di ginjal yang kemudian dapat menghentikan produksi urine, gagal ginjal, bahkan kematian.

Telah diketahui juga bahwa melamin bersifat karsinogen pada hewan. Gejala yang diamati akibat kontaminasi melamin terdapat pada darah di urine, produksi urine yang sedikit, atau sama sekali tidak dihasilkan, tanda-tanda infeksi ginjal, dan tekanan darah tinggi.

Melamin memang tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh. Data keselamatan menyatakan, senyawa ini memiliki toksisitas akut rendah LD50 di tikus, yaitu 3.161 mg per kg berat badan. Pada studi dengan menggunakan hewan memang dikonfirmasi, asupan melamin murni yang tinggi mengakibatkan inflamasi kandung kemih dan pembentukan batu kandung kemih.

Food and Drugs Administration (Badan Makanan dan Obat) Amerika Serikat menyatakan, asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) melamin adalah 0,63 mg per kg berat badan. Pada masyarakat Eropa, otoritas pengawas makanannya mengeset standar yang lebih rendah, yaitu 0,5 mg per kg berat badan.

Seberapa parah kontaminasi yang terjadi? Dari inspeksi yang dilakukan di China, dari 491 batch (kelompok) yang dites, 69 di antaranya positif mengandung melamin, berkisar dari 0,09 mg per kg susu sampai 619 mg per kg susu. Bahkan ada yang mencapai 2.563 mg per kg.

Dengan konsumsi susu formula per kg berat badan bayi sekitar 140 g sehari, kalau bayi mengonsumsi susu yang terkontaminasi akan menerima asupan melamin 0,013-86,7 mg per kg berat badannya. Bahkan, kalau mengonsumsi susu yang terkontaminasi 2.563 mg melamin per kg susu, dapat mencapai asupan 358,8 mg per kg berat badannya. Jauh melampaui batas toleransinya!

Pelajaran

Kasus ini memberi kita berbagai pelajaran. Pertama, analisis protein dalam makanan dengan metode penentuan nitrogen dalam kasus ini ternyata dapat dikelabui dengan bahan lain yang kandungan nitrogennya tinggi. Padahal, terdapat cara-cara lain untuk analisis protein selain dengan penentuan kandungan nitrogen, yang dalam kasus seperti ini perlu dilakukan.

Kedua, pengetahuan tentang bahaya penggunaan bahan aditif makanan harus diberikan ke semua lini, terlebih yang terlibat dalam produksi makanan. Keinginan mendapat keuntungan lebih besar, yang mungkin dipadukan dengan ketidaktahuan, ternyata berdampak amat besar.

Dalam skala yang berbeda dan melibatkan bahan yang berbeda, di sekitar kita banyak kasus seperti ini, misalnya kasus boraks, formalin, dan sebagainya. Saya yakin ”keuntungan” yang didapat dari tindak seperti ini tidak akan dapat membayar kerugian yang diakibatkannya, apalagi sampai hilangnya nyawa bayi-bayi tak berdosa.

*ISMUNANDAR, Guru Besar Kimia di FMIPA ITB


Sumber : Kompas Cetak

Tuesday, September 23, 2008

Inspirasi : Akhirnya . . . .

Akhirnya...


by: GIGI





Kusadari akhirnya
Kerapuhan imanku
Telah membawa jiwa dan ragaku
Ke dalam dunia yang tak tentu arah


.


Kusadari akhirnya
Kau tiada duanya
Tempat memohon beraneka pinta
Tempat berlindung dari segala mara bahaya





Oh Tuhan, mohon ampun
Atas dosa dan dosa selama ini
Aku tak menjalankan perintah-Mu
Tak perdulikan nama-Mu
Tenggelam melupakan diri-Mu





Oh Tuhan mohon ampun
Atas dosa dan dosa
Sempatkanlah aku bertobat
Hidup di jalan-Mu
Tuk penuhi kewajibanku
Sebelum tutup usia
Kembali pada-Mu





* * *

Saturday, September 20, 2008

News : Ganti berlangganan Indovision

Setelah 1 tahun berlangganan Astro TV, mulai September kemarin terpaksa saya berhenti untuk berlangganan Astro TV, karena selama 1 tahun ini kelihatannya janji-janjinya nggak ditepati ( antara lain : Liga Inggris sudah tidak ada lagi, tambah channel juga tidak ada, migrasi ke measat 3 juga bohong belaka, malah terakhir aku dengar AORA TV pakai measat 3 ).
Untuk tidak mengurangi kegemaran anak-anak terhadap program disney, playhouse maka saya mencoba berlangganan INDOVISION, channel lebih variatif dan ada beberapa channel Radio FM yang cukup bagus.

Monday, September 08, 2008

Religi : Mengapa Wajib Puasa .... ????

Mengapa Harus Puasa


MARHABAN YA RAMADHAN.... :)
Pada bulan Ramadhan, ibadah yang khas dan harus dilakukan adalah puasa (Shaum) sebulan penuh. Puasa Ramadhan adalah menahan diri dari makan, minum, dan segala yang membatalkannya dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, dengan niat puasa semata-mata karena Allah. Puasa Ramadhan juga masuk dalam rukun Islam, oleh karena itu semua orang yang mengaku Islam harus berpuasa. Tetapi, seringkali kita lihat tidak sedikit juga orang Islam tidak melakukan puasa. Salah satu yang menyebabkannya adalah pemahaman yang kurang terhadap ajaran Islam termasuk juga kurang mengetahui manfaat yang bisa didapat jika berpuasa. Masih banyak orang-orang termasuk orang muslim bertanya mengapa kita harus puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan.



Ditinjau dari segi Agama atau Religi, kita melakukan puasa sebagai bukti kecintaan dan ketaatan kita kepada Allah sang Maha Pencipta karena puasa itu sendiri merupakan perintah-Nya. Sebagaimana firman-Nya:



"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa " (Al-Baqarah: 183).



Jadi jelas puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh orang-orang yang beriman (Islam). Tujuannya pun jelas yaitu untuk mendapatkan derajat takwa di sisi Allah.

Dilihat dari aspek sosial, puasa dapat menumbuhkan rasa simpati dan empati kepada orang lain yang selama ini kekurangan. Juga sebagai bukti adanya persamaan derajat di sisi Allah. Orang-orang yang berkecukupan, yang selama ini makan 3-4 kali sehari dapat merasakan penderitaan sebagian orang yang kurang mampu yang biasa hanya makan 1-2 kali sehari bahkan kadang tidak makan. Sehingga diharapkan akan timbul perasaan dan keinginan untuk menolong yang kurang mampu. Allah juga tidak membedakan puasanya orang kaya dan orang miskin. Dihapan Allah syarat sahnya puasa sama.

Ditinjau dari aspek pribadi dapat dilihat dari segi fisik dan psikologis. Dari aspek psikologis, puasa merupakan latihan bagi kita untuk bisa menahan nafsu-nafsu jelek yang muncul dari dalam diri kita. Nafsu yang paling kuat yang ada dalam diri manusia dan termasuk hal yang membatalkan puasa adalah nafsu yang sumbernya perut dan kemaluan. Nafsu tersebut juga sering menjadi biang kejahatan. Dengan latihan di bulan Ramadhan diharapkan setelah Ramadhan kita bisa menahan dan mengatur nafsu tersebut dengan baik.



"Barang siapa menjamin kepadaku apa yang berada di antara kumis dan janggutnya, serta apa yang berada diantara kedua pahanya, maka aku akan menjamin kepadanya surga " (h.r. Bukhari)



Dari aspek fisik, dengan puasa kita dapat hidup lebih sehat. Organ tubuh, terutama pencernaan yang selama ini terus bekerja keras, dapat beristirahat pada siang harinya. Dengan kondisi seperti ini organ tubuh yang mengalami kerusakan dapat melakukan recovery atau perbaikan selagi tidak bekerja. Sehingga ketika bekerja kembali dapat bekerja secara maksimal dan tubuh dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Puasa juga dapat mengurangi resiko terkena berbagai macam penyakit. Ketika kita berpuasa terjadi penurunan laju metabolisme dalam tubuh. Buktinya, tubuh menjadi dingin. Hal ini menunjukkan terjadinya pengurangan asupan dan konsumsi oksigen secara total oleh tubuh. Dengan adanya pengurangan konsumsi oksigen, maka produksi radikal bebas oksigen yang bersifat racun akan turun. Kelebihan radikal bebas oksigen dapat menyebabkan menurunnya aktifitas enzim dan dapat merusak sel-sel tubuh secara umum. Sehingga bisa menyebabkan timbulnya penyakit. Dengan berpuasa, produksi radikal bebas oksigen dapat ditekan sampai 90% dan meningkatkan produksi antioksidan sampai 12%.


Saat kita puasa, secara tidak langsung kita telah mengurangi masuknya makanan dan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh termasuk racun. Pada saat puasa juga, usus tidak terisi secara penuh, sehingga dapat menyebabkan absorbsi zat-zat makanan termasuk racun tidak maksimal. Hal ini dapat mengakibatkan kecilnya resiko terkena penyakit. Kalaupun racun terabsorsi bersama makanan, maka Hati sebagai organ yang menetralkan racun dapat bekerja baik karena racunnya sedikit. Pada kondisi tidak puasa, dengan makanan yang berlebihan, produksi racun dan racun yang terserap sangat banyak. Sehingga hati tidak bisa menetralkan racun seluruhnya. Racun yang tidak bisa dinetralkan oleh Hati akan terbawa oleh aliran darah ke organ-organ. Hal inilah yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit.

Dengan kondisi-kondisi seperti diatas dan manfaat yang didapat dan akan dirasakan, maka beruntunglah kita yang berpuasa. Maha Besar Allah yang menciptakan dan memerintahkan sesuatu selain dapat dirasakan manfaatnya juga untuk kebaikan mahluknya yang taat.

( dari milis atpugm.)

Monday, September 01, 2008

Hikmah : Selamat menunaikan ibadah puasa 1429 H

Tantangan Ibadah Puasa Wujudkan Semangat Menyantuni

Hari ini umat Islam mulai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Selama sebulan muslim dan muslimat di negeri ini harus berpuasa dengan tantangan baru. Tantangan yang barangkali sangat mungkin lebih berat dibanding ibadah puasa tahun silam.

Pertama, ibadah puasa tahun ini tepat jatuh -dimulai- pada saat puncak musim kemarau. Ini berarti ibadah puasa Ramadan tahun ini membutuhkan ketahanan fisik yang harus luar biasa bagus.

Agar fisik tetap bagus, dibutuhkan makanan dan minuman yang kaya gizi, kaya vitamin dan mineral. Dengan kata lain, karena fisik harus bagus, kebutuhan fisik minimun (KFM) harus di atas rata-rata.

Kedua, ibadah puasa tahun ini memiliki tantangan lebih berat dibanding tahun sebelumnya lantaran dampak kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) terhadap harga barang kebutuhan pokok masih sangat terasa.

Harga-harga kebutuhan pokok sejak kenaikan harga BBM mencapai 30 persen. Efek itu bukan hanya secara psikologis belum lenyap, melainkan proses recovery dalam anggaran rumah tangga keluarga belum sepenuhnya dapat dilakukan.

Kenaikan harga kebutuhan pokok belum bisa di-recovery, dengan, misalnya, belum ada kenaikan gaji pegawai. Akibatnya, pegawai golongan menengah ke bawah masih sulit mereposisi atau menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran dalam anggaran rumah tangga yang masih defisit.

Ketiga, di tengah masa recovery pasca kenaikan harga BBM belum bisa dilakukan dan anggaran rumah tangga belum balance, menjelang ibadah puasa -sejak dua minggu ini- ini harga kebutuhan pokok naik tajam lagi.

Contoh kecil, separo belah kelapa yang sebelumnya hanya Rp 5 ribu, menjelang Ramadan dikeluhkan banyak ibu rumah tangga karena melonjak menjadi Rp 9 ribu. Harga lombok yang sebelumnya hanya Rp 25 ribu per kg kini menjadi Rp 65 ribu per kg.

Dengan kondisi seperti itu, ibadah puasa tahun ini betul-betul membutuhkan perjuangan amat berat. Yakni, berat di psikologis. Juga berat di anggaran rumah tangga bagi golongan ekonomi menengah ke bawah.

Tantangan ini akan menjadi kian berat kalau rumah tangga muslim menjadikan Idul Fitri kelak -di akhir Ramadan- sebagai hari yang amat istimewa. Harus ditransformasikan menjadi suasana "serbabaru." Barang baru rumah tangga, pakaian baru, dan terbiasa dengan makan dan minuman yang serba industrialistik yang berharga mahal.

Oleh sebab itu, ada baiknya atau bahkan menjadi amat bijaksana jika tantangan berat beribadah puasa Ramadan tahun ini dijadikan kesadaran moral dan spiritual baru. Menjadi momentum untuk introspeksi. Menata diri menjadi lebih bersadar. Lebih telaten dan tekun. Menaikkan nalar guna menelurkan perbuatan yang lebih bijak dan realistis.

Dalam hal ini nilai spiritualitas dan kesucian Ramadan diwujudkan dengan menahan diri untuk mengekang nafsu dan ego konsumtif yang jauh dari semangat muamalat.

Makin beratnya tantangan beribadah puasa hendaknya dijadikan dorongan untuk lebih berempati dan bersimpati pada sesama muslim yang secara ekonomi jauh kurang beruntung. Kekanglah sifat pamer kemewahan. Perteballah spirit silaturahmi dengan sesama muslim yang wajib kita santuni.

Dengan demikian, diharapkan nilai moral dan spiritual ibadah puasa itu dapat mendongkrak semangat untuk meningkatkan pengeluaran zakat, infak, dan sedekah

Selamat memulai ibadah puasa, 1 Ramadan 1429H.
( Dikutip dari editorial Jawapos. 01 Sept.1928 )


01 September 2008
Ramadan yang Istimewa
Oleh A Mustofa Bisri

TIDAK terasa Ramadan, bulan istimewa dengan situasi dan suasananya yang istimewa, sudah kembali tiba. Di antara bulan-bulan setahun, bulan Ramadan memang merupakan bulan istimewa. Keistimewaannya bisa dilihat dari berbagai sudut; di antaranya bulan ini kitab suci Alquran diturunkan (Q.2: 185).

Bahkan menurut sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Shuhuf-nya Nabi Ibrahim, Tauratnya Nabi Musa, Injilnya Nabi Isa, dan Zaburnya Nabi Daud, semuanya juga turun di bulan Ramadan.

Pada bulan ini kita, kaum muslimin, diwajibkan berpuasa (Q. 2: 183). Pada bulan ini pintu sorga dibuka (HR imam Bukhori dan imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah).

Istimewanya lagi, setiap keistimewaan Ramadan justru bermuara kepada keistimewaan kita. Turunnya Alquran adalah istimewa, karena, sebagaimana kitab-kitab suci lainnya, Alquran adalah firman Allah kepada hamba-hambaNya. Dan ini berarti istimewa bagi kita, hamba-hamba-Nya.

Bayangkan Allah Yang Maha Besar yang tak terhingga kebesarannya, Pencipta alam semesta , berkenan berfirman kepada kita yang sungguh amat sangat kecil di planet yang hanya sebesar debu di alam semesta ini.

Pada bulan Ramadan kita, kaum beriman, diwajibkan berpuasa. Ini istimewa. Di sebelas bulan yang lain, kita boleh dikata bebas memperlakukan dan mentasarufkan apa saja yang dianugerahkan Allah kepada kita.

Kita, misalnya, bebas menggunakan mulut anugerahNya untuk memasukkan dan mengeluarkan apa saja yang kita kehendaki, kecuali yang berbahaya terhadap diri kita sendiri.

Kita bebas makan, minum, dan berbicara kapan saja kita mau. Begitu bebasnya sehingga terhadap yang berbahaya terhadap diri kita sendiri pun seringkali kita tabrak juga.

Di bulan Ramadan ini lain. Kita tidak lagi bebas. Kita dipaksa mengekang dan menahan diri meski dalam waktu yang terbatas dari hal-hal yang halal yang tidak membahayakan diri kita sekali pun.

Kemudahan

Untuk kepentingan siapa kita mengekang dan menahan diri itu? Tidak untuk kepentingan siapa-siapa? Tapi untuk kepentingan kita sendiri. Di samping di bulan suci ini kita bisa dengan intens melatih diri menjadi mukmin yang kuat yang mampu mengalahkan diri sendiri yang pada akhirnya menjadi orang-orang yang benar-benar bertakwa, di samping itu bulan Ramadan menyediakan berbagai kemudahan bagi kita untuk mendapatkan rahmat dan pahala Allah.

Pada bulan Ramadan, seperti berita yang disampaikan Rasulullah SAW, pintu surga dibuka. Kesempatan mendapatkan sesuatu yang memudahkan kita masuk surga terbuka lebar-lebar.

Tinggal bagaimana kita mempergunakan kesempatan istimewa ini. Sebab ada hadis yang menyatakan banyak orang yang berpuasa dan hanya mendapatkan lapar belaka.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil kesempatan istimewa bulan suci Ramadan ini terutama bagi kebahagiaan kita di akhirat kelak. Sedangkan untuk kebahagiaan dunia kita, sebelas bulan masa sih masih belum cukup?

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi kaum muslimin. Selamat mempergunakan kesempatan istimewa bulan Ramadan untuk mengevaluasi diri, menuju keridhaan Allah.(77)

— Penulis adalah pemimpin Pondok Pesantren Roudhotut Thalibin, Rembang.

( Dikutip dari suaramerdeka.com, edisi 01 September 2008 )

Tajuk Rencana harian Suara merdeka edisi 01 September 2008
Puasa dan Altruisme yang Makin Langka
Visi Rasulullah Muhammad tentang ”banyaknya orang berpuasa yang hanya mendapat lapar dan dahaga” menemukan pembenaran pada masa-masa yang jauh melompat menembus waktu. Pesan ibadah shaum, seperti pada Ramadan 1429 Hijriah ini, mendapat aktualisasi moral sangat telak jika formalisme lebih menonjol ketimbang internalisasi substansialnya. Penghayatan, penjiwaan, dan serapan sikap menahan dirilah yang mestinya dilatih untuk dijadikan pilihan cara hidup. Bukan sekadar penuntasan aspek syariat berupa kemampuan menahan lapar, dahaga, dan larangan tertentu dalam periode waktu tertentu.

Pesan moral puasa Ramadan adalah pemuliaan para pelakunya untuk menjadi manusia yang memiliki keseimbangan laku, yakni budi penghambaan dan budi sosial. Dan, itulah sesungguhnya singkapan makna spiritualitas dalam jenis ibadah apa pun. Bukankah kita acap menangkap ironi: ketidaksambungan antara budi penghambaan dengan budi sosial? Secara fisik terlihat sebagai seorang yang saleh, tetapi kesalehannya tidak terpancar dalam sikap kesehariannya? Muhammad mencontohkannya lewat pernyataan hikmah yang sederhana, ”Mana mungkin kamu berpuasa tetapi kamu menyakiti hati orang lain?”

Menahan diri di tengah gemuruh kemungkinan. Tepatlah kalimat itu merumuskan ”sikap puasa” yang harus diserap dari pelatihan selama sebulan pada tiap Ramadan. Punya kesempatan untuk mengambil sesuatu, tetapi kita tahan tangan kita untuk tidak mengambilnya karena sadar itu bukan hak kita. Kita tenang mengelola kekuasaan yang sedang berada di tangan. Kita tidak berpamrih atas peluang-peluang yang cenderung ke arah pengayaan diri secara bias. Mohamad Sobary dalam buku Moralitas Orang Pinggiran menyebutnya sebagai bahasa hati yang merupakan hikmah dari latihan tidak makan itu.
Altruisme dalam sikap hidup sosial, benarkah menjadi sesuatu yang makin langka di tengah kita? Selama beberapa tahun terakhir ini, betapa banyak kita mendapat suguhan berita mengenai orang-orang di dalam lingkar kekuasaan yang tidak mampu menghindar dari pemanfaatan tiap peluang. Kekuasaan justru dijadikan kekuatan untuk menekan pihak lain dengan imbalan materi: agar memilih seseorang sebagai pejabat publik, agar bersikap tertentu dalam perumusan kebijakan, agar mempermulus pengalihan fungsi lahan, serta sederet keputusan penting lainnya. Bagaimana kita membaca fenomena kekuasaan macam itu?

Puasa Ramadan disambut dengan ghirrah ibadah, dan spirit performa. Kita menyaksikan pemandangan rutin mereka yang mlungsungi dalam tampilan fisik. Tentulah tidak kita harapkan performa yang ”seolah-olah”, karena perilaku individu hanya akan dirasakan manakala sudah menjangkau perilaku sosial. Yang kita inginkan tentulah pancaran altruisme yang memberi makna bagi kemaslahatan masyarakat. Menahan diri untuk tidak pamer di tengah kemiskinan sebenarnya sudah merupakan ungkapan altruisme, termasuk ketidaklarutan ke pemanfaatan kepentingan ketika berada di pusaran kekuasaan.

Salah besar jika Ramadan dilewatkan dengan formalisme dan sekadar ritus reguler. Selalu kita temukan spirit baru untuk memperbaiki hati. Kita tangkap pesan moralnya. Kealtruisan, me-muraqabah-an (selalu merasa ”diintip” oleh Yang Maha Agung), dan iktikad untuk memberi makna bagi sesama merupakan sebagian dari nilai-nilai yang kita serap sebagai sikap hidup, karena puasa bukan terminal mobilitas atau sekadar jeda selama sebulan. Kesuksesan budi penghambaan akan menemukan muaranya yang sejati sebagai budi sosial manakala tiap ibadah selalu diorientasikan untuk memayu hayuning bawana.


" Selamat menjalankan ibadah PUASA, semoga menjadi manusia TAQWA"

Friday, August 08, 2008

Momentum : 080808 ( 08 Agustus 2008 )

Hari ini Jum'at adalah hari istimewa : 08 Agustus 2008 = 080808 ( Nomor cantik...)


Semoga membawa berkah...Amiennnnnn

Tuesday, July 29, 2008

Inspirasi : Keluarga, Cermin Cinta & Kasih


" Jika si kecil dibesarkan dengan permusuha, ia belajar berkelahi,
" Jika si kecil dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri,
" Jika si kecil dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan"

Begitu ungkapan yang sering kita dengar. Poin terakhir bila seorang anak mencintai orang, ia akan berupaya agar orang itu bahagia, gembira dan nyaman.

Anak dan keluarga adalah dua sisi mata pisau yang niscaya akan saling mengiris, jika tidak dilumuri percikan cinta dan kasih sejak dini.
Sebab cinta dan kasih sayang keluarga, tidak bisa dipungkiri merupakan obat mujarab dalam menjalani roda kehidupan yang penuh dengan aneka tantangan.

Sudah banyak contoh akibat disharmonisasi keluarga, banyak pula peristiwa terjadi dalam keluarga akibat kesenjangan komunikasi.Ingat kisah tragis ibu yang tega membunuh anak sendiri. Mari kita bercermin untuk selalu menemukan cinta & kasih.

Tuesday, July 22, 2008

Bonus Hari Libur

Besok, hari Rabu tgl 23 July 2008, warga di Jawa Timur melakukan PILKADA.
Sesuai peraturan, besok adalah hari yang DILIBURKAN.

Lumayan, dapat bonus hari Libur

Monday, June 16, 2008

Inspirasi : Kisah Penyembelih sapi

Sang Penyembelih Sapi itu Memperoleh Uang Sebesar Rp 16 Milyar

oleh :Yodhia Antariksa June 16th, 2008

Minggu lalu dalam sebuah penerbangan malam hari dari Banda Aceh – Jakarta, saya duduk bersebelahan dengan bapak tua berusia 60-an tahun. Namanya pak Zainal Abidin. Penampilannya sungguh sangat bersahaja. Bajunya tampak lusuh dengan peci hitam tua menghias kepalanya. Ia bilang kalau hingga beberapa tahun lewat, ia menekuni pekerjaan sebagai seorang penjagal dan penyembelih sapi. Ya, di hari-hari biasa atau juga dalam setiap hari raya Idul Qurban tiba, ia dengan setia menekuni profesinya sebagai sang penyembelih sapi.

Ia bercerita kalau ia hendak berangkat umroh ke tanah suci dengan fasilitas pelayanan super VIP a la hotel bintang lima. Terus terang saya agak terkejut dengan pengakuannya ini. Dan sungguh saya lebih terkejut dan hampir terloncat dari kursi pesawat (untung saya pakai sabuk pengaman), saat ia bilang kalau baru saja ia mendapat rezeki dari Yang Diatas sebesar Rp 16 milyar. What?!! 16 milyar rupiah? Ini bukan uang yang sedikit lho pak. Bisa buat beli helikopter.

Lalu dari mana pak Zainal memperoleh rezeki nomplok sebesar itu? Mari kita simak kisahnya. Sejak tahun 80 hinggan 90-an lalu, Pak Zaenal bilang kalau ia selalu rajin menyisihkan penghasilannya untuk membeli tanah sepetak demi sepetak. Dan kita tahu, dalam era konflik saat itu harga tanah di bumi Rencong relatif murah. Namun pak Zainal ternyata punya keyakinan positif : suatu saat bumi Naggroe Atjeh Darussalam, tempatnya berpijak, pasti akan dilimpahi kemakmuran. Begitulah dengan keyakinan itu, ia pelan-pelan selalu menyisihkan tabungannya buat membeli tanah dipinggiran desa penuh rawa hingga seluas 8000 meter persegi. Rata-rata harganya hanya Rp 20,000 per meter persegi.

Ternyata visi investasi Pak Zainal (wah Pak Zainal sendiri mungkin tak tahu apa itu visi investasi….) benar dan sangat akurat. Selepas tsunami dan kesepakatan damai, uang trilyunan rupiah mengalir ke Serambi Mekah. And thanks God, kebetulan tanah rawa punya Pak Zainal masuk area perluasan jalan raya tembus antar kabupaten. Begitulah, akhirnya disepakati tanah seluas 8000 meter persegi itu dibeli oleh Pemda Aceh seharga Rp 2,000,000,- per meternya. Alhasil, fulus sebesar Rp 16 milyar dengan sukses masuk ke kantong baju Pak Zainal.

Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah dramatis ini? Setidaknya ada tiga poin pelajaran penting tentang financial planning yang bisa kita petik dari kisah Sang Penyembelih Sapi ini.

Poin yang pertama adalah sebuah konsep yang dalam wacana wealth management disebut sebagai exponential income growth. Atau pertumbuhan pendapatan secara eksponensial. Pak Zainal membeli tanah dengan harga Rp 20 ribu dan kemudian menjualnya Rp 2 juta. Ini artinya naik seratus kali lipat atau 10,000 % !! And sorry to say, kalau Anda termasuk kelas pekerja kantoran, Anda hampir tak mungkin bisa meraih pertumbuhan pendapatan secara eksponensial ini. Sebab, rata-rata kenaikan gaji karyawan per tahun hanyalah 10 % (ini pun sudah tergerus oleh laju inflasi). Kalaulah gaji Anda 10 juta per bulan, Anda perlu waktu 133 tahun untuk mengumpulkan uang sebesar 16 milyar (dan saat itu, Anda pasti sudah berubah menjadi tulang belulang di alam baka sana). Poinnya jelas : untuk memperoleh exponential income growth, Anda mesti memiliki bisnis sendiri atau melakukan investasi atas aset produktif (seperti tanah, properti, atau saham).

Poin pelajaran yang kedua adalah apa yang kini lazim disebut sebagai passive income. Bahasa kerennya : membiarkan uang bekerja untuk Anda, dan bukan Anda bekerja mati-matian untuk mencari uang. Pak Zainal bercerita, kalau uangnya tersebut sebagian telah disimpan di deposito, sebagian dibagikan kepada anak-anaknya, dan sebagian diinvestasikan kembali dalam bentuk properti dan tanah (dan sebagian lagi dipakai untuk umroh dengan fasilitas super VIP….). Kalaulah yang didepositokan 10 milyar, dengan asumsi bunga 1% per bulan, maka tiap bulan Pak Zaenal bisa menerima uang sebesar Rp 100 juta……dan uang ini akan terus mengalir tanpa dirinya bekerja. Sepanjang hari, pak Zaenal bisa tidur leyeh-leyeh atau menggembalakan sapi di pinggir sawah. Sementara sebagian dari kita, sekedar untuk mendapatkan 5 juta per bulan pun harus bekerja keras, berangkat dari rumah jam 6 pagi, pulang selepas Isya. Dan dikantor dimarahin bos lagi. Sementara dijalanan terjebak macet sambil kena damprat kondektur metromini……(duh Gusti, nasib, nasib….).

Poin pelajaran yang terakhir adalah apa yang disebut sebagai financial freedom atau kebebasan finansial. Dengan uang sebesar 16 milyar rupiah, pak Zaenal tak perlu risau lagi tentang masa depan anak dan cucunya hingga tujuh turunan. Ketika harga BBM terus melambung, banyak orang mengeluh, protes dan membakar ban dijalanan (emang setelah ban dibakar, sim salabim, harga BBM bisa kembali turun?). Mungkin akan jauh lebih baik jika energi untuk mengeluh dan protes itu disalurkan untuk meningkatkan income growth guna meraih financial freedom – persis seperti yang ditunjukkan pak Zaenal itu. Dengan financial freedom, kita tak perlu lagi panik setiap kali diguncang oleh kenaikan harga bahan pokok dan BBM. Kelak, ketika harga bensin menjadi Rp 20,000 per liter, pak Zaenal mungkin akan tetap tenang-tenang saja……bisa tetap tidur leyeh-leyeh sambil menggembalakan sapi di pinggir sawah.

Itulah tiga poin pembelajaran finansial yang bisa kita petik dari sang Penyembelih Sapi dari Aceh ini. Malam kian larut, dan dari balik kabin pesawat, lamat-lamat terdengar suara mesin turbo jet Boeing seri 737 yang kami tumpangi. Ketika saya menoleh ke sebelah, ternyata pak Zaenal telah tertidur lelap, sementara pecinya yang lusuh agak miring ke kanan. Saya melihat segaris senyum tersungging di bibirnya. Ah, malam itu pak Zenal mungkin tengah terlelap dalam buaian mimpi yang indah. Inilah sepotong impian tentang hidup yang berkelimpahan dengan rasa syukur yang terus mengalir tanpa henti……

Monday, June 09, 2008

Inspirasi : Five Minds for the FUTURE

Jarum jam terus berderak dan berdentang. Dan dalam laju perjalanan sejarah itu, kita semua diminta untuk bisa terus tumbuh dan berkembang. Tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang nan unggul. Berkembang menjadi manusia - manusia yang mulia nan bermartabat. Sebab pada akhirnya : bukankah kita semua diciptakan untuk “menjadi khalifah-khalifah terbaik di muka bumi”?

Pertanyaannya sekarang adalah : jikalau memang kita mesti menjadi manusia-manusia unggul nan mulia, lalu pola pikir terbaik apa yang mesti dicengkram untuk merajut masa depan yang indah nan tercerahkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ingin mengajak Anda semua melakukan ziarah pada lima elemen pola pikir (minds) yang diyakini merupakan modal penting untuk membangun keunggulan.

Lima pola pikir ini sendiri sejatinya digagas oleh Howard Gardner melalui salah satu bukunya yang memikat bertajuk Five Minds for the Future. Gardner sendiri merupakan pakar psikologi yang dikenal luas karena dia-lah orang yang pertama kali memperkenalkan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Melalui serangkaian riset yang ekstensif, Gardner menyimpulkan adanya lima jenis pola pikir yang akan memiliki peran makin penting dalam perjalanan sejarah masa depan.

Pola pikir yang pertama adalah disciplined mind (pikiran terdisiplin) atau suatu perilaku kognisi yang mencirikan disiplin ilmu, ketrampilan, atau profesi tertentu. Seorang praktisi yang menekuni dunia bisnis dan manajemen misalnya, setidaknya mesti menguasai ilmu dan ketrampilan yang solid dalam bidang tersebut. Demikian pula, semua profesional lainnya – entah arsitek, ahli komputer, perancang grafis – harus menguasai jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kunci yang membuat mereka layak menjadi bagian dari profesi mereka masing-masing. Esensi dari pola pikir yang pertama ini adalah : untuk benar-benar menjadi manusia yang profesional, kita mestinya menguasai secara tuntas, komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.

Pola pikir yang kedua adalah : synthesizing mind (pikiran mensintesa). Atau juga pola untuk mencerap informasi dari beragam sumber, memahami, mensintesakannya, dan lalu meraciknya menjadi satu pengetahuan baru yang powerful. Kecakapan dalam melakukan sintesa ini tampaknya menjadi kian penting terutama ketika banjir informasi kian deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online. Dan sialnya, bongkahan informasi yang deras mengalir itu acap dipenuhi dengan informasi sampah (junk information). Tanpa kecapakan memilah dan mensintesakan beragam informasi itu, percayalah, kita bisa tergelincir dan tenggelam dalam lautan informasi. Information overload, demikian Alvin Toffler pernah menyebutnya beberapa tahun silam (lewat bukunya yang legendaris itu, The Third Wave).

Pola pikir yang ketiga adalah creating mind (pikiran mencipta). Pikiran ini menggedor kita untuk senantiasa merekahkan ide-ide baru, membentangkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga, menghamparkan cara-cara berpikir baru, dan sekaligus memunculkan unexpected answers. Pola pikir inilah yang akan membawa kita masuk dalam wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk direngkuh dan dimanfaatkan. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu berpikir secara lateral (out of the box) dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional yang acap hanya akan membuat kita stagnan. Dan pola pikir inilah yang akan menemani kita untuk bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan bermakna (meaningful life).

Pola pikir berikutnya adalah respectful mind (pikiran merespek). Atau sebuah pola pikir untuk menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan dengan sikap saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki akibat pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk merayakan keragaman pandangan dan sekaligus menghadirkan empati nan teduh bagi pendapat/pikiran orang lain – meski pendapat itu mungkin berbeda dengan yang kita hadirkan.

Dan pola pikir yang terakhir atau kelima yang juga amat dibutuhkan adalah ethical mind (pikiran etis). Inilah pola pikir yang terus membujuk kita untuk berikhtiar membangun kemuliaan dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita. Sebab pada akhirnya, bagaimana mungkin kita akan menjadi “umat terbaik di muka bumi” jika keluhuran nilai-nilai etika kita penuh dengan debu, robek dan usang?

Demikianlah, lima pola pikir yang barangkali mesti selalu kita injeksikan dalam segenap ranah kognisi kita. Sebab dengan itulah, kita lalu bisa menyimpan sepenggal asa untuk membentangkan masa depan yang indah nan tercerahkan.

Photo Credit by : James Jordan under common creative license
Sumber : Tulisan Yodhia Antariksa June 9th, 2008 dalam strategimanajemen.net

Saturday, June 07, 2008

Kaca diri : Simfoni dalam siri

Simfoni di Dalam Diri
Kompas.com Sabtu, 7 Juni 2008 | 00:49 WIB
Oleh Gede Prama

Ada sebuah institusi sosial yang menyelamatkan peradaban dalam waktu lama sedang mengalami keruntuhan. Institusi itu bernama keluarga. Disebut menyelamatkan peradaban karena di keluarga kita lahir, bertumbuh, menjadi tua, dan akhirnya mati. Lebih dari itu, di keluarga juga sebagian besar kekurangan disempurnakan.

Bersamaan dengan runtuhnya bangunan keluarga (melalui perceraian, menurunnya respek masyarakat, dan semakin minimnya tokoh yang menjadi contoh dalam hal ini), di mana-mana kehidupan ditandai oleh lingkungan yang semakin panas.

Di kantor panas oleh perebutan kekuasaan, di jalan panas oleh kemacetan, bahkan sebagian tempat ibadah pun sudah mulai kehilangan kesejukan. Sejumlah media cetak, radio, dan televisi hanya memberitakan sesuatu yang panas. Yang sejuk-sejuk tidak termasuk dalam klasifikasi berita. Jadi, tidak terbayang panasnya wajah peradaban. Di satu sisi cuaca di luar memanas, di lain sisi keluarga mulai kehilangan atap yang menyejukkan.

Lahan penerimaan

Ketika sayur-sayuran ditanam kemudian gagal bertumbuh segar, manusia otomatis mencari sebabnya pada kekeliruan-kekeliruan kita sendiri. Namun, begitu berhadapan dengan orang lain, terlalu sering dalam kehidupan, manusia mencari kesalahannya pada orang lain. Bukan mencari kekeliruan-kekeliruan yang kita lakukan, sebagaimana ketika berhadapan dengan tetumbuhan.

Diterangi cahaya pemahaman seperti ini, tidak elok bila menimpakan seluruh kekeliruan kepada Descartes yang mengultuskan ”aku” mulai ratusan tahun lalu, pada kapitalisme yang membuat semuanya jadi materialistik. Serupa dengan logika sayuran tadi, mari kita cari sebab-sebab dalam diri yang membuat semua ini terjadi.

Bila diandaikan dengan daun kelapa yang bergoyang, goncangan kehidupan manusia sekarang memang jauh lebih keras. Bahayanya, sudah tambah berguncang kemudian berpegangan pada sesuatu yang bergoyang kencang.

Di dalam diri, manusia labil oleh ketersinggungan, kemarahan, kecemburuan. Pada saat yang sama, nyaris semua hal luar (termasuk rumah dan keluarga) mengalami guncangan-guncangan. Oleh karena itulah, membangun rumah dan keluarga yang sejuk menjadi sebuah isu penting pada zaman ini.

Sebagaimana rumah sesungguhnya, kekokohannya bergantung pada seberapa kuat fondasinya. Bila boleh jujur, kenapa fondasi banyak rumah keluarga demikian keropos, karena dimulai dengan keserakahan hanya mau kelebihan, menolak kekurangan. Belajar dari sinilah, maka penting menata ulang rumah keluarga dengan belajar saling menerima kekurangan.

Rumah mana pun akan indah menawan bila setiap kali pulang ke rumah kita saling menyirami. Seperti pohon yang kekeringan di musim kemarau (konflik di kantor, macet di jalan), demikianlah keadaan emosi tatkala pulang ke rumah. Betapa indahnya kemudian bila kita saling menyirami di rumah (baca: menerima kekurangan). Inilah bibit-bibit cinta yang menawan. Cinta yang mekar dari kesadaran bahwa semua punya kekurangan, semua membutuhkan siraman-siraman.

Mengalir bersama simfoni

Sulit membayangkan mekarnya bunga-bunga cinta kalau hubungan dimulai dengan harapan orang harus sempurna. Sebagaimana alam yang memeluk dualitas sama mesranya (musim hujan rumput menghijau, musim kemarau bunga-bunga bermekaran), cinta baru mulai tumbuh dalam totalitas. Dalam kelebihan ada kekurangan, dalam kekurangan ada kelebihan (love as a totality).

Kebanyakan kecelakaan kehidupan (perceraian, peperangan, perkelahian, kerusuhan) berasal dari mau kelebihan tidak mau kekurangan. Bila ada seribu laki-laki berkumpul, kemudian ditanya siapa yang mau menerima kecantikan dan kebaikan istri, kemungkinan besar semua orang akan angkat tangan. Namun, bila ditanya, siapa yang mau menerima (maaf) kecerewetan dan kekerasan istri, jika ada yang menaikkan tangan, dengan mudah dituduh kurang waras. Atau sekurang-kurangnya dicurigai menjadi ketua dewan pembina ISTI (ikatan suami terinjak-injak istri).

Di tengah hamparan bahan-bahan kosmik seperti ini, suatu sore seorang putri bertanya kepada papanya tentang rumah (home), terutama setelah lama ia lelah mencari. Dengan tersenyum papanya berbisik, ”Home is not a place. It is a journey. Those who totally flow with the journey, they’re at home already.” Rumah indah kehidupan bukanlah tempat, ia adalah perjalanan itu sendiri. Siapa yang mengalir penuh harmoni dengan keseharian, ia sudah sampai di rumah.

Seperti belum jelas dengan jawaban tadi, putri ini bertanya lagi, apa cahaya penerangnya agar rumah ditemukan? Dengan lembut papanya berbisik, ”The light is not outside. It is within your love. Those who are full of love see light everywhere.” Cahaya penerangnya tidak di luar. Ia tersembunyi dalam keseharian yang penuh cinta. Siapa saja yang melangkah dengan penuh cinta, perjalanannya terang benderang.

Lebih dari sekadar terang, sebagaimana pengalaman para master, kehidupan menjadi seperti simfoni indah yang dibentuk berbagai alat musik. Benar-salah, sukses-gagal, semuanya mengukir keindahan.

Ada yang bertanya, bila ada simfoni di dalam diri, lantas siapa dirigennya? Bertanya tentu tidak dilarang. Namun, yang perlu diwaspadai, siapa yang menunggangi pertanyaan. Kerap ada keraguan, kadang ada ketakutan, ada waktunya pertanyaan didorong keingintahuan, sering pertanyaan ditunggangi kecurigaan. Keraguan, ketakutan, apalagi kecurigaan, hanyalah tanda bahwa seseorang masih jauh dari rumah. Keingintahuan adalah pikiran yang lapar. Dalam banyak kehidupan, pikiran lapar adalah awal keguncangan-keguncangan.

Jadi, bisa dimaklumi bila para guru yang sudah lama tinggal di rumah, menyatu dengan rumah, hanya mengenal dua bahasa, silent and smile. Senyuman pertanda persahabatan dengan kehidupan. Keheningan tanda tidak ada lagi yang diragukan.

Mungkin itu sebabnya Zenkei Shibayama memberi judul karyanya A Flower does not talk. Bunga mekar dalam keheningan, layu dalam keheningan. Bisa jadi ini juga alasan tatkala murid-muridnya berselisih paham, Buddha Gautama memilih berdiam diri di hutan bersahabatkan gajah dan pepohonan. Perhatikan apa yang ditulis Rumi dalam Masnavi: The wages of religion are love, inner rapture. Upah buat mereka yang tekun berjalan ke dalam adalah cinta, rasa terpesona dari dalam yang tidak terucapkan.

Inilah simfoni di dalam diri. Simfoni yang membuat batin beristirahat sempurna dalam hening. Apa yang ditakuti manusia sebagai kematian, ia sesederhana daun jatuh dari rantingya.

Gede Prama Bekerja di Jakarta; Tinggal di Desa Tajun, Bali Utara

Monday, May 26, 2008

Inspirasi : Belajar dari BUAH

Belajar dari Buah
1. Jadilah Jagung, jangan Jambu Monyet. Jagung membungkus bijinya yang banyak, sedangkan jambu monyet memamerkan bijinya yang cuma satu-satunya.
Artinya : Jangan suka pamer.
2. Jadilah pohon Pisang. Pohon pisang kalau berbuah hanya sekali, lalu mati.
Artinya : Kesetiaan dalam pernikahan.
3. Jadilah Duren, jangan kedondong. Walaupun luarnya penuh kulit yang tajam, tetapi dalamnya lembut dan manis. Beda dengan kedondong, luarnya mulus, tapi rasanya agak asem dan di dalamnya ada biji yang berduri.
Artinya : Don't Judge a Book by The Cover (jangan menilai orang dari Luarnya saja).
4. Jadilah Bengkoang. Walaupun hidup dalam kompos sampah, tetapi isi umbinya putih bersih.Artinya : Jagalah hati, jangan kamu nodai.
5. Jadilah Tandan Pete, bukan Tandan Rambutan. Tandan pete membagi makanan sama rata ke biji petenya, semua seimbang. Tidak seperti rambutan, ada yang kecil, ada yang gede.
Artinya : Selalu adil dalam bersikap.
6. Jadilah Cabe. Makin tua makin pedas.
Artinya : Makin tua makin bijaksana.
7. Jadilah buah Manggis. Bisa ditebak isinya dari pantat buahnya.
Artinya : Jangan Munafik.
Salam ( kiriman seorang teman )

Friday, May 16, 2008

Ilmu Manajemen : Negosiasi & Manajemen Konflik

Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.

Kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi. Mulai dari bangun pagi, mungkin kita harus mengambil kesepakatan siapa yang harus menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, kemudian apakah sopir harus mengantar isteri anda atau anda terlebih dahulu. Demikian pula di kantor misalnya kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf, bahkan untuk menentukan di mana akan makan siang kita harus bernegosiasi dengan rekan sekerja kita.

Jadi kita semua pada dasarnya adalah negosiator. Beberapa dari kita melakukannya dengan baik, sedangkan sebagian lagi tidak pernah memenangkan negosiasi. Sebagian kita hanya menjadi pengikut atau selalu mengikuti dan mengakomodasi kepentingan orang lain. Negosiasi dilakukan oleh semua manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Mulai dari anak kecil sampai orang tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai dengan kaum elit di kalangan atas.
Negosiasi dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita. Oleh karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri (manajemen diri), untuk dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi sehingga kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif dan lebih baik dengan siapa saja.
Kita bernegosiasi dengan siapa saja, mulai dari isteri atau suami, anak, orang tua, bos kita, teman dan relasi bisnis. Dan kegiatan negosiasi kita lakukan setiap saat setiap hari. Negosiasi dapat berupa apa saja – gaji kita, mobil dan rumah yang kita beli, biaya servis mobil, biaya liburan keluarga, dan sebagainya.
Negosiasi terjadi ketika kita melihat bahwa orang lain memiliki atau menguasai sesuatu yang kita inginkan. Tetapi sekedar menginginkan tidak cukup. Kita harus melakukan negosiasi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain yang memilikinya dan yang juga mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita miliki. Sedangkan agar negosiasi dapat terjadi dengan sukses, kita harus juga bersiap untuk memberikan atau merelakan sesuatu yang bernilai yang dapat kita tukar dengan sesuatu yang kita inginkan tersebut.

Dalam buku Teach Yourself Negotiating, karangan Phil Baguley, dijelaskan tentang definisi NEGOSIASI yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Sedangkan negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:
1. senantiasa melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;
2. memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
3. menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter);
4. hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
5. negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi;
6. ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.

Manajemen Konflik
Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali bagi kita untuk memahami cara mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai alternatif penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:

1. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut. Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain.
Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.

2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak.
Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.

3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang ini berarti kita berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan.
Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa menuju ke kuadran pertama.

4. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya.
Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh . Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.

Negosiasi dengan Hati
Pada dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali, mengelola dan mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di antara kita tidak menyadari bahwa negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam hati atau jiwa seseorang. Ini seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang kelihatan merupakan hal-hal yang formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau prosedur perusahaan, maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada hitungan untung rugi.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh individual yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).
Jadi sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal, kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Langkah-langkah bernegosiasi

Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.
Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi (sudah pernah kita bahas dalam edisi Mandiri 22). Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.

Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
a. Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;
c. Jabat tangan dengan tegas dan singkat;
d. Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.
Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.

Memulai proses negosiasi
Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok negosiasi;
b. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya diri;
c. Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan dengan mereka;
d. Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
e. Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
f. Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian.

Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone)
Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita perlu mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer’s Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price, Seller’s Realistic Price dan Seller’s Lowest Price pada sisi pembeli.
Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer Zone.

Membangun Kesepakatan
Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya.
Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan.
Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.
Demikian sekilas mengenai negosiasi, yang tentunya masih banyak hal lain yang tidak bisa dikupas dalam artikel pendek. Yang penting bagi kita selaku praktisi kita harus tahu bahwa negosiasi bukan hal yang asing.
Setiap kita adalah negosiator dan kita melakukannya setiap hari setiap saat. Selain itu negosiasi memerlukan karakter (artinya menggunakan seluruh hati dan pikiran kita), memerlukan penguasaan metoda atau pun teknik-tekniknya dan memerlukan kebiasaan dalam membangun perilaku bernegosiasi yang baik dan benar. (*)

Comment : Pada dasarnya kita sudah diajarkan bernegosiasi dan manajemen konflik ini sejak kecil, saat anak masih balita biasanya ingin dibelikan mainan saat kita berbelanja di toko, dengan merengek-rengek akhirnya kita sebagai orang tua dengan rasa sayang menuruti apa permintaan dari si anak tersebut, dari hal ini, anak telah melakukan negosiasi kepada orang tuanya.


Sumber : Rubrik Mandiri harian Sinar Harapan 2002/04/4
Pengasuh : Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel

Wednesday, May 14, 2008

Ilmu : Catatan kecil 7 Tools

7 tools , yaitu ada 7 step / cara yaitu :
1. Stratifikasi : pengelompakan masalah menjadi unsur yang lebih kecil / tunggal
2. Diagram Pareto :mencari penyebab utama
3. Lembar pengumpul data :alat bantu untuk mempermudah pengumpulan data
4. Histogram : untuk mengetahui penyebaran data
5. Grafik dan control chart
6. Diagram sebab akibat / fishbone diagram : untuk menemukan faktor2 yang berpengaruh
7. Diagram scatter : untuk mencari korelasi antar faktor

Metode ini termasuk metode yang udah lama bila dibandingken dengan six sigma dan lainnya, tapi masih bisa diaplikasikan

Inspirasi : Coca Cola dalam renungan ( Sudah tepatkah keberadaan Kita ??)

Ada 3 kaleng coca cola, ketiga kaleng tersebut diproduksi di pabrik yang sama. > Ketika tiba harinya, sebuah truk datang ke pabrik, mengangkut kaleng-kaleng coca cola dan menuju ke tempat yang berbeda untuk pendistribusian.

> Pemberhentian pertama adalah supermaket lokal. Kaleng coca cola pertama di turunkan disini. Kaleng itu dipajang di rak bersama dengan kaleng coca cola lainnya dan diberi harga Rp. 4.000. > Pemberhentian kedua adalah pusat perbelanjaan besar. Di sana , kaleng kedua diturunkan. Kaleng tersebut ditempatkan di dalam kulkas supaya dingin dan dijual dengan harga Rp. 7.500.

> Pemberhentian terakhir adalah hotel bintang 5 yang sangat mewah. Kaleng coca cola ketiga diturunkan di sana . Kaleng ini tidak ditempatkan di rak atau di dalam kulkas. Kaleng ini hanya akan dikeluarkan jika ada pesanan dari pelanggan. Dan ketika ada yang pesan, kaleng ini dikeluarkan besama dengan gelas kristal berisi batu es. Semua disajikan di atas baki dan pelayan hotel akan membuka kaleng coca cola itu,menuangkannya ke dalam gelas dan dengan sopan menyajikannya ke pelanggan. Harganya Rp. 60.000.

> Sekarang, pertanyaannya adalah : Mengapa ketiga kaleng coca cola tersebut memiliki harga yang berbeda padahal diproduksi dari pabrik yang sama, diantar dengan truk yang sama dan bahkan mereka memiliki rasa yang sama ? > Lingkungan Anda mencerminkan harga Anda. Lingkungan berbicara tentang > RELATIONSHIP. > Apabila Anda berada dilingkungan yang bisa mengeluarkan terbaik dari diri Anda, maka Anda akan menjadi cemerlang. Tapi bila Anda berada dilingkungan yang meng-kerdil- kan diri Anda, maka Anda akan menjadi kerdil.

> (Orang yang sama, bakat yang sama, kemampuan yang sama) + lingkungan yang > berbeda = NILAI YANG BERBEDA.

Tuesday, April 29, 2008

Pengetahuan : Mungkinkah Bayi anda INDIGO???




Belum genap dua tahun, batita Anda sudah lancar bicara dan kadang malah terkesan sok tahu. Anehnya, Anda kerap memergokinya sedang bicara sendiri. Apakah ada yang salah dengan dirinya?
Pernahkah Anda bertanya-tanya tentang perilaku si kecil yang "lain" itu? Kadang-kadang perilaku anak Anda terlihat seperti gejala autisme. Kali lain, ia tampak cepat bosan pada mainannya. Waktu berikutnya, ia mengaku melihat hantu, atau meramalkan masa depan seperti seorang cenayang. Coba amati lagi lebih dekat. Mungkinkah si kecil termasuk anak indigo. Menurut Lee Carroll dan Jan Tober, penulis buku The Indigo Children: The New Kids Have Arrived, anak indigo adalah anak yang memiliki karakteristik psikologis yang baru dan tidak biasa serta menunjukkan pola perilaku yang secara umum belum pernah tercatat. Pola perilaku yang unik ini bisa menimbulkan frustasi pada diri si anak. Untuk mencegahnya, anak indigo membutuhkan perhatian khusus dari orang tua dan guru agar ia dapat mencapai keseimbangan dan harmoni.

Anak Indigo vs Anak Spesial Lainnya

Dr. Tb. Erwin Kusuma, Sp. KJ (K) menjelaskan, asal mula seorang anak disebut Indigo adalah, saat seorang anak dalam keadaan sehat, aura yang terpancar dari dirinya berwarna biru keunguan (dalam bahasa Spanyol disebut indigo). Setiap generasi memang memiliki warna dominan yang berbeda, dan anak-anak dengan warna aura indigo adalah hasil evolusi generasi manusia dari warna aura biru menuju ungu. Anak-anak beraura warna indigo ini paling banyak lahir pada tahun 2000-an.

Warna aura indigo adalah peralihan dari aura biru ke ungu. Warna aura biru melambangkan rasio atau nalar sedangkan ungu melambangkan spiritualitas. Kombinasi inilah yang menjelaskan mengapa anak indigo memiliki dua atribut utama, yakni kecerdasan dan juga kemampuan spiritual yang tinggi. Jadi apabila Anda melihat balita Anda berdaya tangkap cepat dan memiliki empati yang tinggi terhadap sekelilingnya, coba ajak ke psikolog atau psikiater anak untuk memeriksa lebih jauh apakah si kecil Anda memang indigo.

"Anak indigo tidak sama dengan anak dengan ADD/ADHD yang mudah bosan atau tidak bertahan lama dalam mengerjakan sesuatu. Bila anak indigo melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat menyelesaikannya sebelum beralih pada kegiatan lain. Dari luar, kecepatan peralihan ini terlihat mirip ADD/ADHD. Selain itu, anak indigo yang aktif tidak bersifat destruktif seperti anak dengan ADD/ADHD," kata Dr. Erwin menjelaskan.

Masih menurut Dr. Erwin, anak indigo kerap dikira anak autis karena mereka kadang suka berbicara sendiri. Padahal, anak indigo yang dikira sedang berbicara sendiri, bisa jadi sedang berkontemplasi atau berkomunikasi dengan makhluk halus. Perbedaan anak indigo dengan anak autis adalah cara mereka berinteraksi. Tidak seperti anak autis, anak indigo dapat berbicara secara konsisten dan teratur. Anak indigo juga bisa bersosialisasi, hanya saja anak indigo merasa lebih cocok dengan orang yang lebih rasional dan spiritual.

Selain autisme dan ADD/ADHD, masyarakat juga sering menyalahartikan anak indigo dengan paranormal atau cenayang. Berdasarkan penjelasan Dr. Erwin, anak indigo memang memiliki kemampuan extra-sensory perception (ESP) yang dapat melihat makhluk halus atau melihat masa lalu atau masa depan, tetapi hal ini hanya satu dari banyak sekali karakter anak indigo. Anak indigo memiliki kecerdasan rasio yang tinggi, sedangkan paranormal atau cenayang belum tentu cerdas.

Tipe Anak Indigo

Menurut buku The Indigo Children, ada empat tipe kecenderungan bakat anak indigo. Saat anak Anda masih balita, tipenya bisa jadi belum terlalu kelihatan. Namun sifat-sifat dasar yang dimilikinya mungkin dapat melihat kecenderungannya.

Humanist

Anak indigo humanist adalah anak-anak yang ceria, senang tampil, bersahabat, berempati, mudah iba, dan sangat berani dalam mengungkapkan pendapat. Saat dewasa, anak-anak ini cocok bekerja dalam bidang komunikasi, politik, dan sosial (humanitarian).

Artist

Anak indigo artist adalah anak-anak yang memiliki jiwa seni tinggi, suka berkreasi atau menciptakan hal-hal baru, memilih jalannya sendiri, puitis. Saat dewasa, anak-anak ini cocok bekerja dalam berbagai bidang seni, desain, penulisan kreatif.

Conceptualist

Anak indigo conceptualist adalah anak-anak yang gemar memikirkan hal-hal rumit, merencanakan sesuatu, tidak mudah puas, suka bekerja dibalik layar. Rasionya lebih besar dari kadar spiritualitasnya. Saat dewasa, anak-anak ini dapat bekerja di bidang arsitektur, teknik, matematika, dan sains.

Interdimentionalist

Anak indigo interdimentionalist adalah anak-anak yang memiliki kemampuan spiritual lebih besar dari anak-anak indigo tipe lain. Jika kemampuannya dalam "membaca" pikiran dan perasaan orang lain diasah dengan tepat, anak-anak ini dapat membantu lingkungannya agar lebih damai dan harmonis.

Anak Indigo dan Orangtua

Bila anak Anda indigo, Anda tidak perlu panik. Indigo bukanlah penyakit atau kekurangan. Maka, semakin dini seorang anak didiagnosa indigo, semakin besar kesempatan Anda untuk bisa menanganinya.

Sebagai pemegang budaya Timur, orangtua kerap merasa memiliki otoritas absolut yang tidak boleh dibantah. Nasihat atau kata-kata orangtua lebih bersifat instruktif dibandingkan informatif. Mengingat anak indigo sulit dalam menerima otoritas absolut, pola asuh atau cara berkomunikasi yang instruktif tidak cocok untuk anak indigo. Apabila seorang anak indigo diperintah untuk duduk diam tanpa diberitahu sebab atau tujuannya, ia tidak akan mau diam. Hal-hal seperti inilah yang seringkali menjadi sumber masalah dalam hubungan antara anak indigo dan orangtuanya.

Solusi berkomunikasi dengan anak indigo adalah dengan mengubah cara pandang Anda terhadap si anak. Jangan perlakukan ia seperti anak kecil yang bisa menurut begitu saja atau bisa dibohongi. "Beri penjelasan pada anak indigo Anda seperti layaknya memberi penjelasan pada anak yang sudah remaja," kata Dr. Erwin Kusuma, Sp. KJ (K).

Anak indigo juga tidak bisa menerima alasan untuk menghormati seseorang hanya karena usianya lebih tua atau jabatannya lebih tinggi. Anak indigo hanya akan menghormati orang yang ia tahu memang pantas dihormati, misalnya berprestasi, bijaksana, atau berpengalaman. Maka sebagai orangtua dari anak indigo, Anda perlu menunjukkan contoh yang baik agar si kecil mau mendengarkan Anda. Contoh kecil saja, apabila ia melihat Anda merokok atau memiliki pola makan yang tidak sehat, ia tidak akan mendengarkan nasihat Anda agar ia mau makan sayur. Sedangkan bila tantenya yang menasihati, ia akan mendengar karena ia melihat bahwa tantenya juga gemar makan makanan yang sehat.

Anak Indigo dan Sekolah

Anak-anak indigo tergolong cerdas. Tetapi, meski mereka memiliki skor IQ tinggi, belum tentu mereka menjadi rangking satu di kelasnya. Hal ini biasanya bukan karena mereka tidak mengerti apa yang diajarkan guru, tetapi bisa jadi karena salah satu hal berikut:

Mereka tidak menyukai sistem pengajaran sekolah yang konservatif, yakni kurang memberikan kesempatan bagi murid untuk bertanya atau berpendapat.

Mereka tidak menyukai guru yang tidak mengizinkannya belajar atau menjawab soal dengan caranya sendiri.

Mereka merasa tidak dimengerti oleh guru yang terlalu mendikte.

Mereka bosan terhadap pelajaran karena sudah mengerti apa yang diajarkan, lalu melamun atau melakukan hal lain yang dianggap guru sebagai kenakalan.

Mereka merasa tidak memiliki teman di sekolah sehingga tidak bersemangat. Anak indigo yang tidak bersemangat tidak bisa berprestasi maksimal meskipun ia bisa.

Bila anak indigo gagal terlalu awal dalam mengerjakan sesuatu, ia akan mudah frustasi lalu menyerah. Misalnya bila pada bab pertama pelajaran matematika ia tidak paham, ia akan langsung menyimpulkan bahwa ia tidak bisa matematika.

"Anak indigo sulit bersosialisasi dengan masyarakat yang otoriter dan berdisiplin mati. Hal ini dapat menimbulkan konflik dengan orangtua dan keengganan untuk sekolah sehingga dianggap antisosial," kata Dr. Erwin. Sekarang ini, balita Anda mungkin belum terlihat kesulitan dalam bersekolah. Namun bila anak Anda memang indigo, Anda perlu memikirkan pendidikannya sampai setidaknya 20 tahun ke depan.

Di Amerika Serikat di mana sekolah di rumah (homeschooling) lazim dilakukan, anak-anak indigo bisa difasilitasi di rumah. Dengan homeschooling, anak, orangtua, dan guru dapat membuat kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan dan minat si anak. Di Indonesia, Anda bisa memilih sekolah yang memiliki sistem yang lebih modern dengan kurikulum nasional plus atau internasional. Biasanya sekolah-sekolah ini lebih demokratis tetapi tetap memiliki disiplin tinggi. Misalnya pada salah satu SMA nasional plus di Jakarta, para muridlah yang berdiskusi mengenai peraturan-peraturan sekolah yang harus diterapkan. Hal ini dapat membuat murid disiplin tanpa perlu merasa terkekang dalam otoritas para guru.

Karakteristik anak Indigo

Berikut adalah berbagai karakteristik anak Indigo yang disarikan dari buku The Indigo Children dan pengalaman Wendy H. Chapman penulis di Metagifted.Org. Jika anak Anda memiliki setidaknya 10 karakter berikut, anak Anda kemungkinan indigo.

Mereka memiliki sikap yang sedikit arogan karena meski usianya muda, mereka menganggap dirinya setara dengan orang lain yang lebih tua.

Mereka memiliki kesulitan menerima kekuasaan/otoritas absolut yang tidak disertai alasan atau pilihan. Mereka juga tidak mau melakukan sesuatu (misalnya berbaris/mengantri) karena mereka tidak mengerti alasannya ("Kenapa harus?")

Mereka mudah frustasi dengan sistem yang berdasarkan kebiasaan/ritual yang tidak membutuhkan pemikiran kreatif.

Mereka biasanya menemukan cara yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu baik di rumah maupun di sekolah. Hal inilah yang membuat mereka seolah-olah membangkang.

Mereka terlihat antisosial, kecuali dengan orang-orang yang sejenis. Jika sepertinya tidak ada yang memiliki kesadaran seperti anak-anak indigo, mereka merasa tidak dimengerti lalu menutup diri. Hal ini membuat mereka dikira introvert.

Mereka tidak bisa diancam dengan rasa bersalah, rasa takut, atau otoritas. Jika diberi ultimatum, mereka justru akan memberontak.

Mereka tahu apa yang mereka mau dan tidak takut untuk mengatakannya. Biasanya mereka akan menemukan cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau.

Mereka mudah bosan pada aktivitas atau pembicaraan yang kurang mengasah otak. Hal ini membuat mereka lebih suka bergaul dengan orang yang lebih dewasa ketimbang teman sebayanya (yang tidak indigo).

Mereka kreatif dan suka membuat permainan mereka sendiri.

Mereka memiliki empati yang tinggi pada orang lain dan mudah jatuh iba.

Mereka sangat cerdas. Bila dites, skor IQ-nya lebih dari 100.

Mereka memiliki bakat tertentu yang terlihat sejak dini. Misalnya bakat seni, bahasa, atau matematika. Kemampuan ini biasanya dimiliki tanpa perlu diajarkan.

Mereka kerap terlihat melamun atau berpikir panjang. Ketika aktif mereka suka menjejah dan tidak akan bisa diam sampai menemukan sesuatu yang menarik untuk ditekuninya.

Mereka intuitif, seolah bisa membaca niat atau sifat orang lain meski belum kenal.

Mereka memiliki kemampuan spiritual misalnya bisa meramalkan suatu peristiwa, melihat masa lalu seseorang,

Mungkinkah Anda sendiri seorang indigo?

YA! Beberapa ahli memang berpendapat bahwa anak indigo baru muncul setelah tahun 2000. Tetapi sebenarnya anak dengan karakter indigo sudah ada yang lahir sejak 50 tahun lalu. Anak-anak itu disebut juga dengan vanguard atau pendahulu dari anak-anak indigo yang memang lebih banyak dilahirkan pada dekade terakhir. Jika Anda merasa memiliki karakteristik indigo, Anda juga dapat berkonsultasi pada psikolog untuk menjelaskan pertanyaan yang muncul dalam benak Anda soal indigo dewasa.

Menghadapi Si Indigo

Seorang indigo, baik anak maupun dewasa, membutuhkan sosok pribadi yang stabil secara emosi untuk membimbing mereka karena para indigo tidak sabar dan mudah frustasi. Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda perhatikan untuk mengurus si Indigo:

Hargai dan hormati mereka, termasuk privasinya.

Selalu berikan pilihan. Lebih baik katakan "Abang mau mandi sekarang atau 15 menit lagi?" daripada "Abang harus mandi sekarang!"

Beri penjelasan pada tiap perintah. "Kamu perlu minum susu agar tulangmu kuat." Jangan pernah mengatakan, "Sudah, menurut saja apa yang ibu bilang." Ia akan bertanya, "Mengapa aku harus menuruti apa saja yang ibu bilang?"

Jangan membohongi atau memanipulasi mereka. Mereka akan tahu jika Anda berbohong.

Bila ia sudah bisa melakukan sesuatu, biarkan ia melakukannya sendiri dan berikan pujian.

Jangan anggap remeh. Mengatakan, "Tubuhmu masih kurang tinggi untuk ikut permainan ini." lebih baik daripada, "Anak kecil tidak boleh ikut-ikut main."

Jangan gunakan rasa bersalah, rasa takut, atau rasa benci sebagai alat mengontrol mereka karena tidak akan ada yang berpengaruh kecuali rasio dan empatinya.

JIka Anda salah, akui itu, maka ia akan menghargai Anda.

Hargai kemampuan paranormalnya meskipun Anda tidak percaya atau tidak mengerti. Jika Anda menujukkan keraguan, ia akan menutup diri dari Anda.

Libatkan mereka dalam pengambilan keputusan sehingga mereka akan ikut bertanggung jawab. "Kak, mama mau masak. Kakak nanti mau makan siang pakai sayur bayam atau brokoli?"

Selalu komunikasikan apa yang Anda inginkan. Bahkan sejak ia bayi, biasakan berbicara. "De, mama mau ganti popoknya ya. Popok Ade sudah basah, kalau tidak diganti nanti kulit Ade beruam. Anak pintar kalau ganti popok tidak perlu menangis, kan?"

Dikutip dari :http://www.motherandbaby.co.id

Monday, April 28, 2008

Inspirasi : Kekayaan, Kebahagiaan, Keheningan



Oleh GEDE PRAMA

Mengejar kekayaan. Mungkin itu tema keseharian banyak manusia. Dari sekolah, kuliah, bekerja—di rumah maupun di luar—sampai berdoa di tempat ibadah, mayoritas manusia mengejar kekayaan. Dan tentu, itu boleh-boleh saja dilakukan.

Sebagaimana diajarkan alam, semuanya sedang bertumbuh. Semuanya sedang meninggalkan kegelapan, mendekati cahaya. Cara dan pendekatannya saja yang berbeda.

Ada sahabat yang amat mengkhawatirkan deras dan pesatnya perkembangan ”agama pasar”. Agama yang tempat ibadahnya kursi kekuasaan, yang disembah uang, mantranya hanya mengulang-ulang kata money come, money come, money come.

Dari segi ekses-ekses negatif yang ditimbulkan, tentu bisa dimaklumi kalau ada sahabat yang khawatir. Namun, dari segi kehidupan dan alam sebagai ladang-ladang pertumbuhan, apa saja yang ditanamkan ke Ibu Pertiwi akan diolah jadi daun, bunga, buah. Apa saja yang dibuang ke laut, akan dikembalikan dalam bentuk hujan yang menyejukkan.

Kekhawatiran memang sebentuk kepedulian yang layak dihargai. Namun, khawatir berlebihan mudah sekali membuat kehidupan tergelincir ke dalam penghakiman, kesombongan, dan kecongkakan. Seperti melihat anak-anak kecil berlari-lari di taman, melihat banyak manusia menjejali diri dengan kekayaan dan kekayaan secara berlebihan memang mengkhawatirkan, namun semua ada putaran waktunya, semua ada tempatnya.

Memaksa kehidupan berputar menurut keinginan dan nafsu kita, hanya akan membuat kehidupan menyerupai bunga plastik: dangkal, palsu, dan mudah membosankan.

Ingat kaya, lupa bahagia

Bila begini cara memandangnya, tidak perlu marah berlebihan kepada mereka yang sedang mendewakan uang, sekaligus tidak perlu mengotori batin dengan penghakiman-penghakiman berlebihan. Hanya saja ada sebuah pesan yang layak direnungkan bagi para sahabat yang masih beragama pasar: bila ingat kaya, jangan pernah lupa menjadi bahagia.

Memeluk mesra istri, melayani suami, tersenyum kepada si kecil di rumah, menyapa tetangga, banyak memberi, menghormati hak-hak karyawan, menjaga kepercayaan yang diberikan orang, beribadah secara teratur di tempat ibadah masing-masing adalah sebagian lahan-lahan kebahagiaan. Ketika kekayaan materi pas-pasan (secukupnya), banyak manusia bertumbuh di lahan-lahan kebahagiaan seperti ini. Dan tidak ada wajah kehidupan yang lain kecuali indah, indah, dan indah.

Meskipun begitu, kekayaan materi berlimpah, atau begitu keinginan kaya demikian mendikte, berlakulah rumus kebanyakan manusia modern: ingat kaya, lupa bahagia. Dalam makan sebagai contoh, bukan manusia memakan makanan, makananlah yang memakan manusia.

Semua tahu bahwa makan daging berlebihan berbahaya, namun begitu berhadapan dengan makanan menawan, logika kalah dengan keinginan. Semua tahu bahwa apa saja yang keluar dari badan manusia (dari ludah sampai darah) menjijikkan, namun begitu nafsu seksual menggoda, bahkan ludah orang pun ditelan dengan lahap.

Di tingkat seperti inilah, kekayaan dan keinginan kaya berhenti menjadi kawan, ia berubah menjadi lawan yang menakutkan. Penyakit, perceraian, permusuhan, stres, salah-salah bunuh diri bisa menjadi menu kehidupan kemudian. Semakin banyak kekayaan yang ditumpuk, semakin menakutkan wajah kehidupan.

Di sinilah lahir pentingnya mendidik diri untuk hidup secara berkecukupan. Dalam bahasa Dalai Lama contentment is the greatest wealth. Perasaan berkecukupan itulah kekayaan teragung. Sulit membayangkan kekayaan materi bisa menjadi pupuk penyubur kehidupan tanpa kehadiran perasaan berkecukupan.

Lebih dari menjadi penyubur kehidupan, perasaan berkecukupan adalah kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan yang lebih dalam. Karena kebahagiaan jenis ini bertumpu pada sesuatu yang sudah tersedia secara berlimpah di dalam diri manusia. Bagi siapa saja yang telah sampai di sini, matanya, telinganya, pikirannya, perasaannya hanya menemukan kebahagiaan dan kebahagiaan.

Keheningan yang membebaskan

Kebahagiaan jenis ini juga kemudian membimbing manusia untuk menemukan lapisan-lapisan diri yang lebih dalam. Meminjam bahasa puitik Jalaludin Rumi, hidup seperti mengupas bawang merah. Di luar ia tampak kecoklatan, kotor, dan bau. Ketika dibuka, ia berwarna semakin putih. Semakin dibuka semakin putih. Dan tatkala semuanya terbuka, tidak ada apa-apa yang tersisa terkecuali air mata yang meleleh....

Sungguh sebuah tumpukan renungan yang amat mengagumkan. Dan Rumi bisa sampai di sini tidak saja dihantar oleh perasaan berkecukupan, namun juga oleh kebersihan dan kesucian batin yang mengagumkan.

Ini sebabnya kenapa segelintir manusia yang sudah melewati kekayaan, berbahagia dengan berkecukupan, kemudian memasuki pintu-pintu keheningan. Berbeda dengan orang-orang kebanyakan yang masih ”mencari”, orang-orang jenis ini sudah berhenti mencari. 0sho agak provokatif dalam hal ini: Stop searching, you have already arrived. Welcome home. Begitu berhenti mencari, manusia langsung sampai. Selamat datang di rumah.

Ajakan untuk kembali ke rumah keheningan inilah yang sedang dilakukan oleh dr Bumbunan Sitorus dalam buku Be Still: Loving Silence, Living Silence. Buku ini kaya akan kutipan-kutipan pendapat tokoh yang sudah pulang ke rumah keheningan dan berhenti mencari. Dari ucapan Yesus Kristus yang terkenal ”be still and know that l am God”, gagasan Krishnamurti yang segar menggetarkan, sampai dengan 0sho yang selalu mengundang kontroversi namun akhirnya mencerahkan.

Sungguh buku ini menjadi sebuah ajakan yang layak untuk direnungkan. Terutama bagi mereka yang sudah menyadari dalam-dalam: ada keterbatasan (bahkan ada sesuatu yang berbahaya) dalam kekayaan materi, ada guncangan naik turun dalam kebahagiaan. Kekayaan, sebagaimana diulas sebelumnya, mudah sekali menggelincirkan manusia ke dalam penderitaan. Kebahagiaan adalah sebagian sisi bandul yang terus bergerak. Habis bahagia sedih, habis sedih bahagia. Dan lelahlah kehidupan karena tidak pernah berhenti bergerak naik-turun.

Dan keheningan, ia hanya menjadi saksi dari apa saja yang terjadi. Ada yang menyebutnya choiceless awareness. Kesadaran yang tidak memilih. Kebahagiaan datang sadari, kesedihan berkunjung juga sadari. Ada yang menyebutnya compassionate witness. Menjadi saksi yang penuh kasih. Seperti ibu yang penyayang, begitulah sang saksi menyaksikan semuanya. Kesuksesan datang disayangi. Kegagalan bertamu juga disayangi.

Thich Nhat Hanh menyebutnya perfect mindfulness. Apa saja dilakukan dengan kesadaran sempurna. Dari mencuci piring, menerima telepon, membuka jeruk keprok, sampai dengan meditasi. Siapa saja yang melakukan semuanya dengan kesadaran sempurna, akan menemukan tidak ada hal positif (sukses, kaya, terkenal) yang membuat kita dilanda ketakutan kehilangan, tidak ada hal negatif (sebutan gagal, miskin) yang membuat manusia merasa minder dan sedih berlebihan. Sejumlah sahabat menyebut ini the part of life that never born and never die. Bagian kehidupan yang tidak pernah lahir dan tidak pernah mati. Apa yang ditakuti manusia kebanyakan sebagai kematian, serupa air laut yang berubah jadi awan, awan yang berubah jadi hujan, dan hujan yang kembali ke laut.

Inilah keheningan yang membebaskan. Buddha Gautama pernah ditanya kenapa murid-muridnya terlihat demikian tenang dan damai, dengan jernih ia menjawab: ”mereka semua tidak lagi menakuti setan masa depan, tidak lagi dihantui hantu masa lalu”. Menjalani hari ini secara penuh kesadaran, itu sudah lebih dari cukup.

Dalam keseharian yang penuh kesadaran, bahkan duduk di toilet pun bisa menjadi sebuah kegiatan yang penuh kedamaian dan kesucian, tidak kalah damainya sekaligus sucinya dengan melafalkan doa di tempat ibadah. Perhatikan pesan seorang guru zen: ”Jika ada yang dikerjakan, itu baik. Bila tidak ada yang dikerjakan, itu juga baik”. Bila semuanya terlihat dan terasa baik, itu tandanya seseorang sudah memasuki rumah keheningan. Pemahaman sekaligus pengalaman mendalam akan kebenaran yang melampaui dualitas inilah yang membebaskan manusia dari keraguan, kekhawatiran, ketakutan, dan bahkan penderitaan.

Sayangnya keheningan yang membebaskan ini hanya mungkin menjadi milik mereka yang berjalan jauh di jalan latihan (baca: kesadaran dan kewaspadaan). Tulisan pendek ini, hanya jari yang menunjuk bulan. Seterang-terangnya jari, tetap ia hanya jari. Hanya berangkat dan berjalan di jalan latihanlah yang membuat manusia kembali pulang ke rumah yang sesungguhnya: rumah keheningan. Di rumah keheningan, bahkan kematian pun bisa disambut dengan senyuman yang menawan.


Comment : Inspiratif, menuju pemahaman makna hidup

Dikutip dari :
Kompas.com Minggu, 27 April 2008 | 01:04 WIB
Oleh GEDE PRAMA
Bekerja di Jakarta, Tinggal di Daerah Perbukitan Desa Tajun, Bali Utara

Wednesday, April 16, 2008

Ilmu : Menghitung Kebutuhan Uang Pensiun

Jumat, 04/04/2008 12:19 WIB
Menghitung kebutuhan uang pensiun
oleh : Budi Frensidy

Hasil survei sebuah grup besar perusahaan asuransi yang dikutip sebuah harian nasional beberapa waktu lalu cukup mengejutkan sekaligus menggembirakan saya. Dalam artikel itu dikatakan bahwa 21% pekerja di Tanah Air mengetahui jumlah dana yang dibutuhkan untuk persiapan pensiun.
Persentase itu di bawah orang Malaysia (57%), orang India (53%), dan orang Filipina (48%). Hasil survei ini juga mengatakan bahwa rata-rata pekerja Indonesia menabung Rp598.000 per bulan untuk persiapan pensiun. Sayangnya, tidak disebutkan dalam instrumen keuangan apa saja uang itu disimpan.
Jika Anda tidak termasuk 21% di atas atau ingin tahu apakah Rp598.000 per bulan cukup untuk kasus Anda, berikut tip dari saya untuk membantu Anda menghitung kebutuhan uang pensiun ini.
Tergantung asumsi
Berapa besar dana yang Anda perlukan pada masa pensiun bergantung pada beberapa faktor seperti pengeluaran hidup sebelum pensiun, inflasi, dan rata-rata return investasi yang dapat diperoleh. Untuk menghitung berapa besar dana yang harus dikumpulkan secara periodik untuk memenuhinya bergantung pada usia mulai, usia pensiun yang diinginkan, dan dana yang sudah dimiliki.
Saya sengaja menggunakan kata mengumpulkan dan bukan menabung karena penempatan dana tidak selalu harus dalam tabungan dan asuransi. Dana yang terkumpul dapat saja ditaruh dalam ORI, saham, obligasi dolar, dan macam-macam reksa dana.
Untuk konkretnya, misalkan Anda saat ini berusia 40 tahun dengan pengeluaran bulanan Rp5 juta dan berencana untuk pensiun pada usia 60 tahun. Asumsikan inflasi tahunan rata-rata selama 20 tahun ke depan adalah 6% dan dapat diperoleh return sebesar 12% p.a. untuk dana Anda. Return sebesar ini tentu saja tidak Anda peroleh jika hanya mengandalkan produk bank dan asuransi.
Pertama, kita harus menghitung pengeluaran bulanan sebesar Rp5 juta akan menjadi berapa 20 tahun lagi. Dengan inflasi tahunan 6%, angka itu menjadi Rp16 juta ([1,06^20] x Rp5 juta) saat usia Anda 60 tahun.
Pengeluaran bulanan saat pensiun tentunya lebih rendah, katakan sekitar 70%-nya, daripada pengeluaran saat masih aktif bekerja karena Anda tidak perlu lagi membiayai pendidikan anak dan pengeluaran transportasi ke kantor setiap hari. Sebagian dari pengurangan biaya ini akan Anda perlukan untuk biaya pemeliharaan kesehatan seperti untuk check-up kesehatan rutin dan obat-obatan.
Dengan demikian, Anda memerlukan uang sebesar Rp11,2 juta per bulan (70% x Rp16 juta) saat pensiun nanti. Jika dapat diperoleh return 12% p.a. atau 1% per bulan untuk dana Anda, total uang pensiun yang dibutuhkan saat itu adalah Rp1,12 miliar (Rp11,2 juta/1%). Kebutuhan uang pensiun menjadi lebih besar jika Anda menginginkan uang pensiun bulanan ini juga naik sesuai dengan inflasi yaitu 6% p.a. atau 0,5% per bulan. Dalam kasus ini, uang pensiun yang dibutuhkan menjadi Rp2,24 miliar (Rp11,2 juta/[1% - 0,5%]).
Jika saat ini Anda tidak mempunyai aset likuid dan juga terbebas dari utang alias mulai dari nol, dana yang harus Anda siapkan setiap bulan adalah Rp1,13 juta. Bagaimana kita memperoleh angka itu sangat mudah jika kita menggunakan kalkulator finansial atau excel. Rumus umum excel untuk tujuan ini adalah '=pmt(rate,nper,pv,fv,type)'. Cukup mengetikkan '=pmt(1%,240,0,1.120.000.000)' dan enter, kita akan mendapatkan Rp1,13 juta. Dengan kalkulator finansial, kita perlu menginput N = 240, FV = Rp1.120.000.000, dan 1/Y = 1% untuk mendapatkan hasil yang sama.
Jika saat ini Anda memulainya dengan dana Rp50 juta, dana yang perlu disiapkan berkurang menjadi hanya Rp581.622 per bulan. Dengan kalkulator finansial, cukup menginput variabel yang sama seperti sebelumnya ditambah PV = -Rp50 juta untuk mendapatkan Rp581.622. Dengan excel, ketikkan '=pmt(1%,240,-50.000.000,1.120.000.000).'
Angka-angka di atas tentu saja akan berubah jika pengeluaran bulanan Anda tidak sebesar Rp5 juta per bulan atau inflasi tahunan rata-rata ternyata meleset dari 6% atau periode pensiun yang Anda rencanakan bukan 20 tahun lagi atau return investasi bukan sebesar 12% p.a. seperti yang ditargetkan. Namun, dengan excel atau kalkulator finansial, semuanya menjadi begitu mudah dan selesai dalam hitungan menit atau bahkan detik.
Jika dihabiskan
Dengan mengambil Rp11,2 juta setiap bulan sebagai hasil investasi dari dana Anda, uang pensiun Rp1,12 miliar yang sudah Anda kumpulkan tidak akan pernah habis. Kebutuhan uang pensiun akan menjadi lebih sedikit jika Anda ingin menghabiskannya, katakan dalam 15 tahun. Maksudnya adalah jika Anda merasa tidak perlu untuk mewariskan kepada keluarga yang ditinggalkan uang sebesar Rp1,12 miliar dan usia Anda realistisnya juga tidak akan melebihi, mohon maaf, 75 tahun.
ika demikian, kita perlu menghitung nilai sekarang dari aliran kas sebesar Rp11,2 juta setiap bulan selama 15 tahun. Dengan excel atau kalkulator finansial, kita akan mendapatkan bahwa kebutuhan uang pensiun menjadi Rp933,2 juta dan dana bulanan yang perlu disiapkan untuk mencapai angka ini dalam 20 tahun adalah Rp943.336 jika memulainya dari nol dan sebesar Rp392.792 jika memulainya dengan dana Rp50 juta.
Sekarang jelaslah bahwa kunci untuk dapat menghitung kebutuhan uang pensiun adalah matematika keuangan dan pencarian produk investasi yang mampu memberikan return sesuai dengan yang diharapkan.
Jika Anda mampu melakukan keduanya, silahkan lakukan sendiri persiapan pensiun Anda. Jika Anda tidak yakin dengan kemampuan sendiri soal hitung-hitungan ini, jangan ragu untuk menggunakan jasa perencana keuangan yang Anda percayai. Tidak seperti agen asuransi dan pegawai bank yang akan mengarahkan Anda untuk membeli produknya (mementingkan perusahaannya), perencana keuangan bersikap netral dalam memberikan alternatif solusi untuk kepentingan Anda.
bisnis.com

URL : http://web.bisnis.com/kolom/2id1057.html