Saturday, April 28, 2007

Kaca Diri : 10 SIKAP POSITIF



"Kehidupan apapun yg Kita jalani saat ini tidaklah penting yang terpenting adalah bagaimana sikap Kita dalam menghadapi hidup ini terutama disaat-saat badai itu muncul"

Berikut adalah 10 sikap positif itu ( sebagai bahan renungan ) :

1. Ketulusan
Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi.
Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak". Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. Rendah Hati
Beda dgn rendah diri yg merupakan kelemahan, kerendahhatian justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

3. Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yg setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

4. Bersikap Positif
Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan drpd keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb.

5. Keceriaan
Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

6. Bertanggung Jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan.
Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

7. Kepercayaan Diri
Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. Kebesaran Jiwa
Kebesaran jiwa dapat dilihat dr kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

9. Easy Going
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

10. Empaty
Empati adalah sifat yg sangat mengagumkan. Orang yg berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Monday, April 23, 2007

Senyum : A few definitions

School: A place where Parents pay and Son plays.

Life Insurance: A contract that keeps you poor all your life so that you can die Rich.

Nurse: A person who wakes u up to give you sleeping pills.

Marriage: It's an agreement in which a man loses his bachelor degree and a woman gains her masters.

Divorce: Future tense of Marriage.

Tears: The hydraulic force by which masculine willpower is defeated by feminine waterpower.

Lecture: An art of transferring information from the notes of the Lecturer to the notes of the students without passing through "the minds of
either"

Conference: The confusion of one man multiplied by the number present.

Compromise : The art of dividing a cake in such a way that everybody believes he got the biggest piece.

Dictionary : A place where success comes before work.

Conference Room : A place where everybody talks, nobody listens and everybody disagrees later on.

Parents: A banker provided by nature.

Criminal: A guy no different from the rest....except that he got caught.

Boss: Someone who is early when you are late and late when you are early.

Politician : One who shakes your hand before elections and your confidence after.

Doctor : A person who kills your ills by pills, and kills you by bills.

Classic : Books, which people praise, but do not read.

Smile: A curve that can set a lot of things straight.

Office: A place where you can relax after your strenuous home life.

Yawn: The only time some married men ever get to open their mouth.

Etc.: A sign to make others believe that you know more than you actually do.

Committee : Individuals who can do nothing individually and sit to decide that nothing can be done together.

Experience : The name men give to their mistakes.

Atom Bomb: An invention to end all inventions.

Philosopher : A fool who torments himself during life, to be spoken of when dead

hmmmm

Thursday, April 19, 2007

Inspirasi : 8 Etos Kerja

Hidup hanya menyediakan dua pilihan: mencintai
pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Jika tidak bisa
mencintai pekerjaan, maka kita hanya akan memperoleh
“5-ng”: ngeluh, ngedumel, ngegosip, ngomel, dan
ngeyel.


Punya masalah dengan semangat kerja? Jangan gundah
gulana, Anda tidak sendirian. Banyak orang lain yang
punya problem serupa. Namun, bukan tidak ada
solusinya!

Hampir semua orang pernah mengalami gairah kerjanya
melorot. “Itu lumrah,” kata Jansen Sinamo, ahli
pengembangan sumber daya manusia dari Institut Darma
Mahardika, Jakarta. Meski lumrah, “impotensi” kerja
harus diobati.

Cara terbaik untuk mengatasinya, menurut Jansen,
dengan langsung membenahi pangkal masalahnya, yaitu
motivasi kerja. Itulah akar yang membentuk etos kerja.
Secara sistematis, Jansen memetakan motivasi kerja
dalam konsep yang ia sebut sebagai “Delapan Etos Kerja
Profesional”. Sejak 1999, ia aktif mengkampanyekan
gagasan itu lewat berbagai pelatihan yang ia lakukan.

Etos pertama: kerja adalah rahmat.
Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai
kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat
dari ALLAH. Anugerah itu kita terima tanpa syarat,
seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya
sepeser pun.

Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja
adalah anugerah. Dengan bekerja, setiap tanggal muda
kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman
dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan
wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah
yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita
merespons semua nikmat itu dengan bekerja ogah-ogahan.

Etos kedua: kerja adalah amanah.
Apa pun pekerjaan kita, pramuniaga, pegawai negeri,
atau anggota DPR, semua adalah amanah. Pramuniaga
mendapatkan amanah dari pemilik toko. Pegawai negeri
menerima amanah dari negara. Anggota DPR menerima
amanah dari rakyat. Etos ini membuat kita bisa bekerja
sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya
korupsi dalam berbagai bentuknya.

Etos ketiga: kerja adalah panggilan.
Apa pun profesi kita, perawat, guru, penulis, semua
adalah darma. Seperti darma Yudistira untuk membela
kaum Pandawa. Seorang perawat memanggul darma untuk
membantu orang sakit. Seorang guru memikul darma untuk
menyebarkan ilmu kepada para muridnya. Seorang penulis
menyandang darma untuk menyebarkan informasi tentang
kebenaran kepada masyarakat. Jika pekerjaan atau
profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap
pada diri sendiri, “I’m doing my best!” Dengan begitu
kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita
kurang baik mutunya.

Etos keempat: kerja adalah aktualisasi.
Apa pun pekerjaan kita, eutah dokter, akuntan, ahli
hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang
membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara
terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat
kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk bekerja jauh
lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa
pekenjaan.

Secara alami, aktualisasi diri itu bagian dari
kebutuhan psikososial manusia. Dengan bekerja,
misalnya, seseorang bisa berjabat tangan dengan rasa
pede ketika berjumpa koleganya. “Perkenalkan, nama
saya Miftah, dari Bank Kemilau.” Keren ‘kan?

Etos kelima: kerja itu ibadah.
Tak peduli apa pun agama atau kepercayaan kita, semua
pekerjaan yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini
pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara
ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.
Jansen mengutip sebuah kisah zaman Yunani kuno seperti
ini:

Seorang pemahat tiang menghabiskan waktu
berbulan-bulan untuk mengukir sebuah puncak tiang yang
tinggi. Saking tingginya, ukiran itu tak dapat dilihat
langsung oleh orang yang berdiri di samping tiang.
Orang-orang pun bertanya, buat apa bersusah payah
membuat ukiran indah di tempat yang tak terlihat? Ia
menjawab, “Manusia memang tak bisa menikmatmnya. Tapi
ALLAH bisa melihatnya.” Motivasi kerjanya telah
berubah menjadi motivasi transendental.

Etos keenam: kerja adalah seni.
Apa pun pekerjaan kita, bahkan seorang peneliti pun,
semua adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita
bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi.
Jansen mencontohkan Edward V Appleton, seorang
fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia
keberhasilannya meraih penghargaan sains paling
begengsi itu adalah karena dia bisa menikmati
pekerjaannya.

“Antusiasmelah yang membuat saya mampu bekerja
berbulan-bulan di laboratorium yang sepi,” katanya.
Jadi, sekali lagi, semua kerja adalah seni. Bahkan
ilmuwan seserius Einstein pun menyebut rumus-rumus
fisika yang njelimet itu dengan kata sifat beautiful.

Etos ketujuh: kerja adalah kehormatan.
Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah
kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik,
maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang
kepada kita.

Jansen mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta
Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja
(menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang
serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah
kehormatan. Hasilnya, kita sudah mafhum. Semua
novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.

Etos kedelapan: kerja adalah pelayanan.
Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan
penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai
pengabdian kepada sesama.

Pada pertengahan abad ke-20 di Prancis, hidup seorang
lelaki tua sebatang kara karena ditinggal mati oleh
istri dan anaknya. Bagi kebanyakan orang, kehidupan
seperti yang ia alami mungkin hanya berarti menunggu
kematian. Namun bagi dia, tidak. Ia pergi ke lembah
Cavennen, sebuah daerah yang sepi. Sambil
menggembalakan domba, ia memunguti biji oak, lalu
menanamnya di sepanjang lembah itu. Tak ada yang
membayarnya. Tak ada yang memujinya. Ketika meninggal
dalam usia 89 tahun, ia telah meninggalkan sebuah
warisan luar biasa, hutan sepanjang 11 km!
Sungai-sungai mengalir lagi. Tanah yang semula tandus
menjadi subur. Semua itu dinikmati oleh orang yang
sama sekali tidak ia kenal.

Di Indonesia semangat kerja serupa bisa kita jumpai
pada Mak Eroh yang membelah bukit untuk mengalirkan
air ke sawah-sawah di desanya di Tasikmalaya, Jawa
Barat. Juga pada diri almarhum Munir, aktivis Kontras
yang giat membela kepentingan orang-orang yang
teraniaya.

“Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan
dilengkapi keinginan untuk berbuat baik,” kata Jansen.
Dalam bukunya Ethos21, ia menyebut dengan istilah
rahmatan lii alamin (rahmat bagi sesama).

Pilih cinta atau kecewa
* Menurut Jansen, kedelapan etos kerja yang ia gagas
itu bersumber pada kecerdasan emosional spiritual. Ia
menjamin, semua konsep etos itu bisa diterapkan di
semua pekerjaan.

“Asalkan pekerjaan yang halal,” katanya. “Umumnya,
orang bekerja itu ‘kan hanya untuk nyari gaji. Padahal
pekerjaan itu punya banyak sisi,” katanya.

Kerja bukan hanya untuk mencari makan, tetapi juga
mencari makna. Rata-rata kita menghabiskan waktu 30 -
40 tahun untuk bekerja. Setelah itu pensiun, lalu
manula, dan pulang ke haribaan ALLAH. “Manusia itu
makhluk pencari makna. Kita harus berpikir, untuk apa
menghabiskan waktu 40 tahun bekerja. Itu ‘kan waktu
yang sangat lama,” tambahnya.

Ada dua aturan sederhana supaya kita bisa antusias
pada pekerjaan. Pertama, mencari pekerjaan yang sesuai
dengan minat dan bakat. Dengan begitu, bekerja akan
terasa sebagai kegiatan yang menyenangkan.

Jika aturan pertama tidak bisa kita dapatkan, gunakan
aturan kedua: kita harus belajar mencintai pekerjaan.
Kadang kita belum bisa mencintai pekerjaan karena
belum mendalaminya dengan benar. “Kita harus belajar
mencintai yang kita punyai dengan segala
kekurangannya,” kata sarjana Fisika ITB yang lebih
suka dengan dunia pelatihan sumber daya manusia ini.

Hidup hanya menyediakan dua pilihan: mencintai
pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Jika tidak bisa
mencintai pekerjaan, maka kita hanya akan memperoleh
“5-ng”: ngeluh, ngedumel, ngegosip, ngomel, dan
ngeyel. Jansen mengutip filsuf Jerman, Johann Wolfgang
von Goethe, “It’s not doing the thing we like, but
liking the thing we have to do that makes life happy.”

“Dalam hidup, kadang kita memang harus melakukan
banyak hal yang tidak kita sukai. Tapi kita tidak
punya pilihan lain. Tidak mungkin kita mau enaknya
saja. Kalau suka makan ikan, kita harus mau ketemu
duri,” ujar pria yang kerap disebut sebagai Guru Etos
ini.

Dalam dunia kerja, duri bisa tampil dalam berbagai
macam bentuk. Gaji yang kecil, teman kerja yang tidak
menyenangkan, atasan yang kurang empatik, dan masih
banyak lagi. Namun, justru dari sini kita akan ditempa
untuk menjadi lebih berdaya tahan.

Bukan gila kerja
* Dalam urusan etos kerja, bangsa Indonesia sejak dulu
dikenal memiliki etos kerja yang kurang baik.

Di jaman kolonial, orang-orang Belanda sampai menyebut
kita dengan sebutan yang mengejek, in lander pemalas.
Ini berbeda dengan, misalnya, etos Samurai yang
dimiliki bangsa Jepang. Mereka terkenal sebagai bangsa
pekerja keras dan ulet.

Namun, Jansen menegaskan, pekerja keras sama sekali
berbeda dengan workaholic. Pekerja keras bisa
membatasi diri, dan tahu kapan saatnya menyediakan
waktu untuk urusan di luar kerja. Sementara seorang
workaholic tidak. Dalam pandangan Jansen, kondisi
kerja yang menyenangkan adalah kerja bareng semua
pihak. Bukan hanya bawahan, tapi juga atasan.

Sering seorang atasan mengharapkan bawahannya bekerja
keras, sementara ia sendiri secara tidak sengaja
melakukan sesuatu yang melunturkan semangat kerja
bawahan. Jansen memberi contoh, atasan yang mengritik
melulu jika bawahan berbuat keliru, tapi tak pernah
memujinya jika ia menunjukkan prestasi.

Secara manusiawi hal itu akan menyebabkan bawahan
kehilangan semangat bekerja. Buat apa bekerja keras,
toh hasil kerjanya tak akan dihargai. Ingat, pada
dasarnya manusia menyukai reward.

Konosuke Matsushita, pendiri perusahaan Matsushita
Electric Industrial (MET) punya teladan yang bagus.
Pada zaman resesi dunia tahun 1929-an, pertumbuhan
ekonomi Jepang anjiok tajam. Banyak perusahaan mem-PHK
karyawan. MEI pun terpaksa memangkas produksi hingga
separuhnya. Namun, Matsushita menjamin tak ada satu
karyawan pun yang bakal terkena PHK.

Sebagai gantinya, ia mengajak semua karyawan bekerja
keras. Karyawan-karyawan bagian produksi dilatih untuk
menjual. Hasilnya benar-benar ruarrr biasa. Mereka
bisa berubah menjadi tenaga marketing andal, yang
membuat Matsushita menjadi salah satu perusahaan
terkuat di Jepang.

Wednesday, April 18, 2007

Mengenal konsep LEAN MANUFACTURING

Lean Manufacturing
(The Best Practice of Roadmap to World Class Manufacturing)


Dengan semakin meningkatnya biaya faktor produksi perusahaan pada berbagai sektor industri, maka percepatan proses, mengurangi pemborosan dan meningkatkan kualitas mutlak dilakukan. Berbagai metode pun diadopsi perusahaan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, salah satunya adalah dengan Lean Operations. Lean Operations dipilih diantara berbagai konsep yang berkembang sebelumnya seperti BPR, Continous Improvement, BBS, Six Sigma, dll karena Lean Operations merupakan paradigma mutakhir yang memberikan pendekatan menyeluruh serta telah teruji pada banyak perusahaan sukses didunia dalam memanfaatkan sumber daya paling minimum untuk mencapai hasil optimal.

Lean Production berarti “in doing more and more with less and less”, artinya memproduksi semakin banyak dalam waktu yang semakin singkat, dengan ruang produksi yang lebih kecil serta dengan mesin, tenaga kerja dan material yang lebih sedikit.

Lean Production adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengidentifikasikan dan mengoptimalkan Value Stream serta mengeliminasi pemborosan, yaitu kegiatan yang tidak memberi nilai tambah melalui aktivitas peningkatan terus menerus.

Penerapan Lean Production akan menciptakan proses produksi yang mengalir yang ditarik dan dikendalikan sesuai dengan derap permintaan pelanggan.Penerapan Lean Production juga ditujukan untuk mengeliminasi inventory yang belum diperlukan (berlebih).

Memahami dan menggunakan paradigma baru ini dalam mengelola perusahaan merupakan lompatan jauh kedepan. Bukan saja untuk duduk di barisan terdepan dalam konsep berfikir perusahaan, tapi lebih penting dari itu untuk menjadi jauh lebih efisien dalam operasi dan hasilnya akan nampak langsung dalam bentuk Monetary Value. Mengimplementasikan Lean Operations jelas berpengaruh secara langsung kepada profitabilitas perusahaan.

Manfaat Bagi Perusahaan

Dapat meningkatkan kinerja perusahaannya dengan:

[]Menggandakan kecepatan proses produksi
[]Membangun kualitas ke dalam sistem pekerjaan
[]Menghilangkan biaya tinggi dalam pemborosan yang tersembunyi
[]Mengubah setiap karyawan menjadi pengawas kendali kualitas
[]Memperkecil inventori dan segala biaya yang terkait dengannya
[]Investasi yang minimum untuk peralatan
[]Menghilangkan terbuangnya tenaga untuk aktifitas yang tidak memberi nilai tambah produksi
[]Mengurangi cacat produksi dan biaya yang terkait
[]Menggunakan metode sederhana, yang mudah dimengerti

Manfaat bagi karyawan / individu :

[]Menjadi pemimpin yang lebih baik
[]Memfokuskan tenaga pada permasalah pokok
[]Merubah tempat kerja anda menjadi tempat yang menyenangkan
[]Meminimalkan tingkat stress harian anda
[]Memahami dan menguasai dasar-dasar lean manufacturing
[]Meraih pengakuan, promosi, dan kenaikan gaji


Item Konsep dalam Lean Manufacturing :
1. Evolution of manufacturing
2. Definition of lean manufacturing
3. Goals of lean manufacturing
4. Lean Manufacturing Concepts
1. Value
2. Value stream
3. Waste
4. Equipment reliability
5. Continuous Flow
6. Pull production
7. Continuous improvement
8. People involvement


Lean Manufacturing Tools and Methods

1. Value stream mapping
2. Quality at the source
3. Workplace organization: 5S
4. TPM
5. Visual Management
6. Set-up reduction
7. Batch size reduction (one-piece-flow)
8. Cellular manufacturing
9. Standardized work
10. Work balancing (TAKT-time)
11. Production leveling / smoothing
12. Point-of-use systems
13. Kanban
14. Kaizen


Secara detil konsep Lean Manufacturing mengcover beberapa hal berikut :

Overview of Lean Manufacturing
• History
• Philosophy
• Core methodologies

Value Stream Mapping
• Current state mapping
• Future state mapping

Cell Analysis & Design
• Creating Continuous Flow
• Grouping products in cells
• Cell layout
• Allocating work
• Right-sizing equipment for cells

Leading the Change to Lean
• Optimizing the total system
• Tools and methods for leading change

Learning to Levelize Through Pull Systems
• Mechanics of pull systems
• Kanban quantities
• Container size
• Alternative methods
• Beer Game simulation

Factory Layout for Lean Manufacturing
• Basic models
• Practical solution methods

Lean Factory Physics: The Science of Lean Manufacturing• Identify leverage points with the greatest impact on the bottom line
• Throughput
• Cycle times
• Customer service
• Quality
• Flexibility

Implementing Kaizen Bursts
• Creating systems around each tool
• Translating value stream maps into action plans
• Building JIT and Built-in-Quality pillar tool systems

Designing Standardized Work & Job Instruction Training
• Methodology for developing standardized work
• Tips on how to lead people to follow the standards
• Ensure quick, accurate and complete training of team members
• Break down jobs into elemental components for easy comprehension

Material Handling for Lean • Evaluate impact of parameters
• Learn the use of analytical modeling to design call systems
• Practice the method as both student and teacher

Lean Rapid Plant Assessment
• Learn to quickly assess the state of a plant or operation
• Use the quick assessment to develop realistic improvement plans
• Determine your operation's value

Integrating Six Sigma in Lean Systems • How lean and six sigma work together
• Every employee as a problem-solver
• Review of DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control)

Accounting & Measurement for Lean Manufacturing
• Using alternative accounting and measurement systems
• Encouraging appropriate behavior in lean systems

Developing & Leading Work Groups
• Fostering team work
• Motivating teams to identify and solve problems
• Developing team structure


Thx

Motivasi : Lebih baik TIDAK "Mengeluh"

Sebuah kata sederhana yang mungkin jarang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi seringkali kita praktekkan langsung baik secara sadar maupun tidak sadar. Beberapa waktu lalu saya berkumpul dengan teman-teman lama saya. Seperti biasanya kami membicarakan mengenai pekerjaan, pasangan hidup, masa lalu, dan berbagai macam hal lainnya.

Setelah pulang saya baru tersadar, bahwa kami satu sama lain saling berlomba untuk memamerkan keluhan kami masing-masing seolah-olah siapa yang paling banyak mengeluh dialah yang paling hebat.

"Bos gue kelewatan masa udah jam 6 gue masih disuruh lembur, sekalian aja suruh gue nginep di kantor!"

"Kerjaan gue ditambahin melulu tiap hari, padahal itu kan bukan "job-des" gue"

"Anak buah gue memang bego, disuruh apa-apa salah melulu".

Kita semua melakukan hal tersebut setiap saat tanpa menyadarinya.

Tahukah Anda semakin sering kita mengeluh, maka semakin sering pula kita mengalami hal tersebut. Sebagai contohnya, salah satu teman baik saya selalu mengeluh mengenai pekerjaan dia. Sudah beberapa kali dia pindah kerja dan setiap kali dia bekerja di tempat yang baru, dia selalu mengeluhkan mengenai atasan atau rekan-rekan sekerjanya. Sebelum dia pindah ke pekerjaan berikutnya dia selalu ribut dengan atasan atau rekan sekerjanya. Seperti yang bisa kita lihat bahwa terbentuk suatu pola tertentu yang sudah dapat diprediksi, dia akan selalu pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya sampai dia belajar untuk tidak mengeluh.

Mengeluh adalah hal yang sangat mudah dilakukan dan bagi beberapa orang hal ini menjadi suatu kebiasaan dan parahnya lagi mengeluh menjadi suatu kebanggaan. Bila Anda memiliki dua orang teman, yang pertama selalu berpikiran positif dan yang kedua selalu
mengeluh, Anda akan lebih senang berhubungan dengan yang mana? Menjadi seorang yang pengeluh mungkin bisa mendapatkan simpati dari teman kita, tetapi tidak akan membuat kita memiliki lebih banyak teman dan tidak akan menyelesaikan masalah kita, bahkan bisa membuat kita kehilangan teman-teman kita.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita mengeluh? Kita mengeluh karena kita kecewa bahwa realitas yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita. Bagaimana kita mengatasi hal ini. Caranya sebenarnya gampang-gampang susah, kita hanya perlu bersyukur.

Saya percaya bahwa di balik semua hal yang kita keluhkan PASTI ADA hal yang dapat kita syukuri. Sebagai ilustrasi, Anda mengeluh dengan pekerjaan Anda. Tahukah Anda berapa banyak jumlah pengangguran yang ada di Indonesia? Sekarang ini hampir 60% orang pada usia kerja produktif tidak bekerja, jadi bersyukurlah Anda masih memiliki pekerjaan dan penghasilan. Atau Anda mengeluh karena disuruh lembur atau disuruh melakukan kerja
ekstra. Tahukah Anda bahwa sebenarnya atasan Anda percaya kepada kemampuan Anda? Kalau Anda tidak mampu tidak mungkin atasan Anda menyuruh Anda lembur atau memberikan pekerjaan tambahan. Bersyukurlah karena Anda telah diberikan kepercayaan oleh atasan Anda, mungkin dengan Anda lebih rajin siapa tahu Anda bisa mendapatkan promosi lebih cepat dari yang Anda harapkan.

Bersyukurlah lebih banyak dan percayalah hidup Anda akan lebih mudah dan keberuntungan senantiasa selalu bersama Anda, karena Anda dapat melihat hal-hal yang selama ini mungkin luput dari pandangan Anda karena Anda terlalu sibuk mengeluh.

Try it now:

Bersyukurlah setiap hari setidaknya satu kali sehari. Bersyukurlah atas pekerjaan Anda, kesehatan Anda, keluarga Anda atau apapun yang dapat Anda syukuri. Ambilah waktu selama 10-30 detik saja untuk bersyukur kemudian lanjutkan kembali kegiatan Anda.
Jangan mengeluh bila Anda menghadapi kesulitan tetapi lakukanlah hal berikut ini. Tutuplah mata Anda, tarik nafas panjang, tahan sebentar dan kemudian hembuskan pelan-pelan dari mulut Anda, buka mata Anda, tersenyumlah dan pikirkanlah bahwa suatu saat nanti Anda akan bersyukur atas semua yang terjadi pada saat ini.
Biasakan diri untuk tidak ikut-ikutan mengeluh bila Anda sedang bersama teman-teman yang sedang mengeluh dan beri tanggapan yang positif atau tidak sama sekali. Selalu berpikir positif dan lihatlah perubahan dalam hidup Anda.

"Semakin banyak Anda bersyukur kepada Tuhan atas apa yang Anda miliki, maka semakin banyak hal yang akan Anda miliki untuk disyukuri."

Inspirasi : Terima, Bersyukurlah, Berjuang dan jadilah manusia seutuhnya

Berhentilah menolak situasi atau keadaan. Berhentilah menggunakan kaca mata "korban". Terimalah, bersyukurlah, berjuanglah, dan jadilah manusia yang seutuhnya . Sukses tidak berada di luar diri Anda. Ia ada di dalam diri sendiri. Hanya dengan pemahaman seperi itulah, Anda bisa mengubah situasi dan keadaan. Entah di tempat yang sama, atau di tempat yang berbeda.


Sukses adalah hak setiap orang. Tak peduli apakah Anda pengusaha atau hanya pegawai.

Jika Anda adalah seorang pegawai, Anda tetap harus punya cita-cita sukses. Jika Anda ingin tetap berkarya sebagai seorang karyawan, tidak ada yang salah dengan hal itu. Apa yang salah, adalah jika Anda tidak berpikir apapun tentang kemajuan karier Anda, dan bagaimana Anda setelah karier mentok atau sampai di puncak. Anda, tetap saja harus punya cita-cita sukses berikutnya.

Maka, mulailah mengenakan kerangka berpikir sukses.

Jika Anda karyawan, dan sangat ingin menjadi anggota direksi, sebutlah diri Anda, mulai sekarang, sebagai "calon direktur".

Jika Anda saat ini karyawan, dan sangat ingin menjadi pemegang saham, sebutlah diri Anda, mulai sekarang, sebagai "calon komisaris".

Jika sekarang Anda penjual bakso dan bisa jadi hanya memiliki satu gerobak, dan sangat ingin memiliki outlet di berbagai tempat, sebutlah diri Anda, mulai sekarang, sebagai "calon raja bakso".
Simpel saja. Jika anak Anda mengatakan bahwa ia bercita-cita ingin jadi dokter, maka Anda akan sering menyebutnya sebagai "calon dokter". Sekarang, Anda mau sebut apa diri Anda?

"Pernahkah kalian berada pada saat-saat paling menyedihkan dalam hidup kalian? Saat yang dimaksud adalah ketika kita merasa bahwa cobaan hidup yang diberikan Tuhan sudah tak lagi bisa kita hadapi. Di saat itu, yang ada hanyalah rasa putus asa, dan keinginan yang hilang untuk terus berjuang dan mencoba..."

"Umpama diri kita ini sebuah besi pilihan yang hendak ditempa menjadi sebuah pedang dahsyat. Gimana coba? Besi itu pasti bakal ditempa, dipanaskan, dipahat, atau bahkan direndam dalam cairan pemanas atau dibakar dalam kobaran api. Wah, kasihan ya si besi! Kenapa nggak asal dibentuk aja? Yang penting jadi pedang, gitu aja kan? Ternyata semua baru kelihatan ketika pedang itu rampung. Si besi yang udah habis2an dikerjain itu berubah jadi pedang ampuh yang pilih tanding. Nah, coba bandingin sama pedang yang hanya asal buat -- suppose that we use them in one-on-one battle. Kalian semua pasti udah tau hasilnya..."

"Tuhan nggak pernah memberi cobaan yang melebihi batas kemampuan umat-Nya!"


Comment : Semoga dapat kita jadikan inspirasi dalam mengarungi kehidupan ini.
Tulisan ini saya kutip dari milis klub bisnis & manajemen.

Saturday, April 14, 2007

Motivasi : Jangan Menyerah . . .

Suatu hari aku memutuskan untuk berhenti. Berhenti dari pekerjaanku, berhenti dari hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku. Aku pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya.

"Tuhan", kataku, "Berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?"

Dia memberi jawaban yang mengejutkanku.

"Lihat ke ke selilingmu", kataNya.

"Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada dihutan ini?"

"Ya", jawabku.

Lalu Tuhan berkata,

"Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah namun...,pada benih bambu tidak ada terjadi apa-apa, tapi Aku tidak berhenti merawatnya.

Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu. Tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya. Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu, tapi Aku tetap tidak menyerah begitu juga dengan tahun ke empat. Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. Dibandingkan dengan pakis, tunas itu kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan
yang tidak bisa mereka tangani."

"Tahukan engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu."

Tuhan berkata,

"Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah."

"Saat mu akan tiba", Tuhan mengatakan itu kepadaku.

"Engkau akan tumbuh sangat tinggi"

"Seberapa tinggi aku harus bertumbuh Tuhan?" tanyaku.

"Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?" Tuhan balik bertanya.

"Setinggi yang mereka mampu?" aku bertanya.

"Ya." jawabNya,

"Muliakan Aku dengan pertumbuhan mu, setinggi yang engkau dapat capai."

Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan pernah menyerah terhadapku dan Dia juga tidak akan pernah menyerah terhadap anda. Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini anda jalani sekalipun itu hanya untuk satu hari.


Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan; hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.

Motivasi : Antara Disiplin dan SUKSES

Sukses adalah hasil dari berbagai aspek seperti kerja keras, kepandaian, rencana dan pelaksanaan yang hati-hati, serta, sedikit keberuntungan. Di samping itu, sukses juga ditentukan oleh displin atau tidaknya seseorang meraih segala sesuatu dan 'meletakkan sesuatu di tempat yang layak'.

Tanpa disiplin, seseorang tak akan mampu menyelesaikan segala apa yang telah direncanakannya. Dia tak akan mampu melakukan sebuah strategi secara berkesinambungan untuk meraih tujuan jika tidak punya disiplin. Disiplinlah yang membuat kita berada on track, tak peduli seberapa berat yang dihadapi. Orang yang disiplin tahu apa saja yang perlu dilakukan dan berfokus pada hal itu.

1. Dimulai pagi hari
Sebetulnya, disiplin tidak usah dibicarakan terlalu muluk. Secara sederhana, sejak pagi dimulai, kedisiplinan tanpa sadar sudah menyertai. Bangun pukul sekian, mandi, kemudian berangkat dari rumah, adalah contoh kecil tentang disiplin.
Banyak orang sukses akan setuju bila faktor disiplin disertakan sebagai salah satu resep keberhasilan mereka. Bila kita bangun dengan kaki yang salah misalnya, sebagai akibatnya kita merasa tidak enak badan, bisa dipastikan bahwa hari itu kita akan lebih tidak produktif ketimbang hari-hari di mana segala sesuatunya berjalan lancar.
Kiat penting untuk mengoptimalkan pagi hari adalah dengan membuat semacam rutinitas kecil. Bangunlah di waktu-waktu yang sama - misalnya pukul 5-6 pagi (bukannya bisa bangun jam lima, bisa juga jam sepuluh nanti), dan kerjakan hal-hal kecil yang efisien, seperti menyiapkan pakaian, atau memanaskan mobil, dan sebagainya. Jangan lupa pula sarapan pagi untuk memberi energi.

2. Optimalkan waktu kerja
Disiplin tak terlepas dari optimalisasi waktu kerja. Kalau di waktu kerja kita cenderung bermalas-malasan, menunda pekerjaan, dan sebangsa, kapan kesuksesan itu bakal muncul? Singgah saja pun jangan-jangan tak sudi.
Untuk itu, agar kedisiplinan kita berjalan teratur, buatlah daftar tugas setiap hari. Kita bisa membaginya dalam beberapa periode, tergantung dari rutinitas atau proyek yang sedang dikerjakan.
Dengan menuliskan manajemen waktu, kita bisa membayangkan segala tujuan, dan kemudian mengukur efisiebsi kerja kita sendiri. Selain itu, kita juga bisa tahu sebanyak apa kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu. Dengan melihat hasilnya, kita juga bisa tahu apakah target yang kita tentukan itu gagal atau tidak. Kalau iya, apakah hal itu disebabkan rencana yang tidak layak, atau karena terinterupsi oleh orang lain, atau karena kita sendiri yang tidak disiplin mengerjakan tugas sesuai jadwal.

3. Seberapa lama ketahanan tubuh ?
Setiap orang tentu punya ketahanan tubuh yang berbeda-beda. Ada orang yang tahan bekerja di depan komputer sampai 8-10 jam, ada juga yang tidak. Ukurlah hal ini, lalu terapkan pada daftar tugas.
Misalnya, kalau kita tahu bahwa kita cuma tahan bekerja selama lima jam saja pada hari Jumat - karena harus ke mesjid atau kita sudah terlalu bosan di kantor, maka optimalkan saja kerja lima jam itu. Jam kerja lainnya kita isi dengan kegiatan yang menghibur. Sebab, kalau dipaksakan bekerja sampai 10 jam misalnya, tapi hanya dengan 50% kapasitas kita, itu cuma buang-buang waktu.

4. Pikiran sehat terdapat dalam tubuh yang sehat.

Ini sudah jelas ada dalam buku sekolah anak SD. Dan tak usah diperdebatkan lagi, bila kondisi fisik kita prima, kita juga akan bekerja lebih baik ketimbang ketika kita sakit. Karena itu, jagalah selalu kesehatan.

5. Seimbangkan kerja dengan hiburan
Catat bahwa kerja hanyalah satu bagian dalam hidup kita. Bila kita meninggalkan kantor, tinggalkan. Jangan bawa dalam pikiran kita, karena seharusnya bagian lain dalam hidup kita yang mengambil alih. Untuk itu, cobalah berdisiplin untuk membagi segala sesuatunya dengan layak.

Sukses bukan cuma di karir saja, tapi dalam kehidupan pribadi kita sendiri. Di sinilah disiplin mengelola hidup kita akan memberikan hasil. Percayalah, hidup ini jauh lebih bermakna ketimbang sekadar mencari uang.

Dari milis tetangga

Tuesday, April 10, 2007

Religi : Pendekatan Spiritual Sangat Penting . . .

Baik atau buruknya kehidupan manusia sangat tergantung pada kalbu, yang menjadi pusat energi cahaya bagi manusia. Semakin besar energi itu, kian besar pula cahaya yang nampak. Sehingga akan memunculkan aura.

"Untuk memelihara kalbu diperlukan pendekatan spiritual yang baik terhadap Sang Pencipta melalui solawat, zikir, shalat berjamaah dan ibadah lain,"

Intro : Mengenal LSS ( Logic Simulation System )

9 Step Improvement Cycle Logic Simulation Systems
(9 Step LSS)



Titik berat pengembangan tool ini lebih berorientasi kepada disain prime mover suatu sistem, sehingga mudah untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan, membentuk fondasi dasar yang kokoh bagi pengembangan organisasi, dalam framework continuous improvement.

Sistematika kerja tool ini mengintegrasikan improvement mulai dari wilayah operasional, taktik dan strategi, merupakan cara cerdas dalam pengelolaan change organisasi.

3 Step Dasar Development
a. Create a Change Baseline
b. Create a Prime Mover
c. Development Improvement Cycle

4 Level LSS Prime Mover:
o SOP System Thinking
a. Job Identification
b. Customer Identification
c. Working Area System Thinking
d. LSS implementation
o Integrated Department LSS
a. Job Identification
b. Customer Identification
c. Framework System Thinking
d. Link dependent vs. independent variant
e. LSS Integrated (Department Spider net)
o Integrated Division LSS
a. Job Identification
b. Customer Identification
c. Framework System Thinking
d. Link dependent vs. independent variant
e. Division Integrated ( Division Spider net)
o Company LSS Spider net
a. Link dependent vs. independent variant
b. Company Spider net

9 step LSS improvement cycle :
8 Step Quality TQM
1. Tema
2. Target
3. Anakonda
4. Kausalitas
5. Rencana
6. Pelaksanaan
7. Evaluasi
8. Standarisasi
Sinergi di step 5 - 9; DMIEC dan Balance Scorecard.
5. Improvement align to KPI
6. Measuring KPI scoring
7. LSS Performance Scorecard
8. Improvement Evaluation and Contribution Balance
9. Statistic Analysis


Mengakomodir peran-peran strategi:
Strategic Business Partnerships; mewujudkan integrasi improvement ke bottom line
Management Development Partnership; mengembangkan metoda riset ditempat kerja melalui knowledge reservoir
Organizational Development Partnership; mewujudkan system organisasi yang berorientasikan kepada continuous improvement.

Memahami dan mengimplementasikan LSS Development Cycle:
Siklus terpadu Prime Mover, Change Baseline, LSS improvement Cycle, knowledge reservoir, new meaning & change, growth and development menuju renewal capability and competitive readiness yang menjadi syarat utama suatu developmental organization. Secara khusus siklus ini digunakan untuk memaintain keseluruhan system agar dapat menjaga kesinambungan peran


hanya kulitnya aja...isinya lebih jauh bisa anda pelajari lebih dalam....

Motivasi : Belajar Menikmati HIDUP

Untuk dapat menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti kepemimpinan adalah kesadaran. Inti spiritualitas juga adalah kesadaran. Banyak orang yang menjalani hidup ini dalam keadaan ''tertidur.'' Mereka lahir, tumbuh, menikah, mencari nafkah, membesarkan anak, dan akhirnya meninggal dalam keadaan ''tertidur.''



Analoginya adalah seperti orang yang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang. Anda pun tahu persis nomor pin Anda. Dan Andapun menyerahkan uang Anda pada orang tidak dikenal. Anda tahu, tapi tidak sadar. Karena itu, Anda bergerak bagaikan robot-robot yang dikendalikan orang lain, lingkungan, jabatan, uang, dan harta benda.



Pengertian menyadari amat berbeda dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tapi Anda tidak juga melakukannya. Anda tahu memperjualbelikan jabatan itu salah, tapi Anda menikmatinya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tapi Anda tidak dapat menahan godaan. Itulah contoh tahu tapi tidak sadar!



Ada dua hal yang dapat membuat orang menjadi sadar. Pertama, peristiwa-peristiwa pahit dan musibah. Musibah sebenarnya adalah ''rahmat terselubung'' karena dapat membuat kita bangun dan sadar. Anda baru sadar pentingnya kesehatan kalau Anda sakit. Anda baru sadar pentingnya olahraga kalau kadar kolesterol Anda mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.



Anda baru sadar nikmatnya bekerja kalau Anda di-PHK. Seorang wanita karier baru menyadari bahwa keluarga jauh lebih penting setelah anaknya terkena narkoba. Seorang sopir taksi pernah bercerita bahwa ia baru menyadari bahayanya judi setelah hartanya habis.



Kematian mungkin merupakan satu stimulus terbesar yang mampu menyentakkan kita. Banyak tokoh terkenal meninggal begitu saja. Mereka sedang sibuk memperjualbelikan kekuasaan, saling menjegal, berjuang meraih jabatan, lalu tiba-tiba saja meninggal. Bayangkan kalau Anda sedang menonton film di bioskop. Pertunjukan sedang berlangsung seru ketika tiba-tiba listrik padam. Petugas bioskop berkata,



''Silakan Anda pulang, pertunjukan sudah selesai!''



Anda protes, bahkan ingin menunggu sampai listrik hidup kembali. Tapi, si penjaga hanya berkata tegas,



''Pertunjukan sudah selesai, listriknya tidak akan pernah hidup kembali.''



Itulah analogi sederhana dari kematian. Kematian orang yang kita kenal, apalagi kerabat dekat kita sering menyadarkan kita pada arti hidup ini. Kematian menyadarkan kita pada betapa singkatnya hidup ini, betapa seringnya kita meributkan hal-hal sepele, dan betapa bodohnya kita menimbun kekayaan yang tidak sempat kita nikmati.



Hidup ini seringkali menipu dan meninabobokan orang. Untuk menjadi bangun kita harus sadar mengenai tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi. Untuk itu kita perlu sering mengambil jarak dari kesibukan kita dan melakukan kontemplasi.



Ada sebuah ungkapan menarik dari seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin,



''Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman-pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang mengalami pengalaman-pengalaman manusiawi.''



Manusia bukanlah ''makhluk bumi'' melainkan ''makhluk langit.'' Kita adalah makhluk spiritual yang kebetulan sedang menempati rumah kita di bumi. Tubuh kita sebenarnya hanyalah rumah sementara bagi jiwa kita. Tubuh diperlukan karena merupakan salah satu syarat untuk bisa hidup di dunia. Tetapi, tubuh ini lama kelamaan akan rusak dan akhirnya tidak dapat digunakan lagi. Pada saat itulah jiwa kita akan meninggalkan ''rumah'' untuk mencari ''rumah'' yang lebih layak. Keadaan ini kita sebut meninggal dunia. Jangan lupa, ini bukan berarti mati karena jiwa kita tak pernah mati. Yang mati adalah rumah kita atau tubuh kita sendiri.



Coba Anda resapi paragraf diatas dalam-dalam. Badan kita akan mati, tapi jiwa kita tetap hidup. Kalau Anda menyadari hal ini, Anda tidak akan menjadi manusia yang ngoyo dan serakah. Kita memang perlu hidup, perlu makanan, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya.



Bila Anda sudah mencapai semua kebutuhan tersebut, itu sudah cukup!



Buat apa sibuk mengumpul-ngumpulkan kekayaan -- apalagi dengan menyalahgunakan jabatan -- kalau hasilnya tidak dapat Anda nikmati selama-lamanya. Apalagi Anda sudah merusak jiwa Anda sendiri dengan berlaku curang dan korup. Padahal, jiwa inilah milik kita yang abadi.



Lantas, apakah kita perlu mengalami sendiri peristiwa-peristiwa yang pahit tersebut agar kita sadar? Jawabnya: ya! Tapi kalau Anda merasa cara tersebut terlalu mahal, ada cara kedua yang jauh lebih mudah:



Belajarlah MENDENGARKAN.



Dengarlah dan belajarlah dari pengalaman orang lain. Bukalah mata dan hati Anda untuk mengerti, mendengarkan, dan mempertanyakan semua pikiran dan paradigma Anda. Sayang, banyak orang yang mendengarkan semata-mata untuk memperkuat pendapat mereka sendiri, bukannya untuk mendapatkan sesuatu yang baru yang mungkin bertentangan dengan pendapat mereka sebelumnya. Orang yang seperti ini masih tertidur dan belum sepenuhnya bangun.

Motivasi : Menjadikan Majikan terhadap nasib diri sendiri

"Miskin dan kaya adalah nasib " ini adalah mitos yang berlaku di dalam masyarakat, khususnya di negara berkembang. Tak terkecuali di negara kita, Indonesia.

Kita sering mendengar, bahkan mungkin termasuk di antara kita pernah berucap; miskin sudah merupakan nasib kita. Bagaimanapun kita bekerja keras, nasib tidak mungkin berubah, karena ini sudah suratan takdir. Sebaliknya, kalau nasib kita sudah ditentukan dari "sononya" kaya, maka usaha apa pun, bahkan kerja "seenaknya"pun bisa menjadikan kita sukses dan kaya.

Entah sudah berapa abad umur mitos seperti ini, sadar atau tidak, sudah diterima secara dogmatis di dalam masyarakat kita. Ditambah dengan mitos-mitos m! odern yang destruktif, seperti; bila kita berpendidikan rendah, hanya lulusan SMA/SMP/ SD, ( bahkan S1, namun merasa hanya lulusan universitas lokal), maka spontan yang timbul di benak kita adalah kita sulit maju, sulit sukses dan kaya.

Dengan rendahnya persepsi terhadap diri sendiri seperti ini, jelas kita telah terkena penyakit mitos yang menyesatkan. Hal ini akan mempengaruhi sikap mental dalam praktek di kehidupan nyata, sehingga menghasilkan kualitas hidup "ala kadarnya" atau sekedar hidup. Jika mitos seperti ini terus menerus dipercaya dan sampai memasuki pikiran bawah sadar kita, maka mitos seperti itu akan melahirkan "nasib gagal", dan kalau mitos negative seperti itu dimiliki oleh mayoritas masyarakat kita, lalu bagaimana mungkin kita bisa mengentaskan kemiskinan untuk menuju pada cita cita bangsa, yaitu; masyarakat adil-makmur dan sejahtera.

Kemiskinan sering kali merupakan penyakit dari pikiran dan hasil dari ketidaktahuan kita tentang prinsip hukum kesuksesan yang berlaku. Bila kita mampu berpikir bahwa kita bisa sukses dan mau belajar, serta menjalankan prinsip-pinsip hukum kesuksesan, mau membina karakteristik positif, yaitu; punya tujuan yang jelas untuk dicapai,disiplin, mau kerja keras, ulet, siap berjuang dan semangat belajar, maka pasti akan terbuka kemungkinan- kemungkinan atau aktifitas-aktifitas produktif yang dapat merubah nasib gagal menjadi sukses. Miskin menjadi kaya!

Bangun karakter sukses!Seperti pepatah dalam bahasa Inggris "character is destiny", kharakter adalah nasib. Hancurkan mitos "miskin adalah nasib saya "

Tidak peduli bagaimanapun Anda hari ini, dari keturunan siapa, berwarna kulit apa, atau apa latar belakang pendidikan Anda. Ingat, Anda punya hak untuk sukses!!!

Jadilah majikan bagi nasib diri sendiri kita adalah penentu masa depan kita sendiri!

Seperti filosofi yang lahir dari kristalisasi perjuangan sepanjang kehidupan saya, yang telah terbukti yakni : Success is my right ! sukses adalah hak saya! atau arti panjangnya : Kesuksesan bukan milik orang-orang
tertentu. Sukses milik Anda, milik saya, dan milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan, dan memperjuangkan dengan sepenuh hati.

Dengan semangat dan sikap mental sukses adalah hak saya ! serta siap berjuang habis-habisan , saya yakin nasib kita pasti berubah lebih baik, karena Tuhan tidak akan tinggal diam untuk membantu kita

Thursday, April 05, 2007

Kaca Diri : Berprasangka POSITIF




Manusia memiliki kebebasan hati untuk memilih apakah bersikap positif atau memilih respon negatif, dari setiap situasi, keadaan, tulisan,semuanya ditentukan dari hati masing-masing.
Sebagai manusia yang dibekali kecerdasan hati nurani, sebaiknya selalu memilih sikap yang berlandaskan hati nurani terdalam. Hindarilah prasangka negatif dalam setiap tindakan, tidak terkecuali dalam menulis email ataupun menangapi sebuah tulisan dalam milis. Karena adanya prasangka akan dapat menutupi kejernihan suara hati nurani seseorang.

Dalam sebuah hadits secara tegas disampaikan bahwa, “ Takutlah kalian berprasangka, karena itu merupakan sedusta-dusta perkataan.” Memiliki prasangka negatif tidak sedikitpun mendatangkan kebaikan, baik buat diri sendiri maupun buat orang lain. Yang ada hanyalah mendatangkan kerugian dan kekecewaan bagi semua pihak. Karena suara hati nurani yang bersumber dari percikan sifat-sifat “Illahiah” dari Allah Tuhan Yang Memiliki Kehidupan akan tertutupi. Dampaknya adalah memandang kehidupan dengan tidak memiliki kejernihan hati, sehingga merugikan diri sendiri, orang lain, organisasi maupun lingkungan kehidupan.


Apa sesungguhnya prasangka itu ? Kalau kita mengelaborasi pengertian prasangka ini dari Imam Sufyan Ats-Tsauri seorang ulama muslim, sesungguhnya prasangka itu ada dua jenis:

Pertama, prasangka yang dilakukan oleh orang dengan menampakkannya melalui ucapan atau tulisan.
Kedua, prasangka yang dilakukan oleh orang yang hanya berprasangka dalam hati dan tidak diungkapkan dalam ucapan maupun tulisan.

Dalam banyak riwayat disampaikan bahwa, “Allah SWT justru melihat apa yang ada di kedalaman hati hamba-Nya.” Itu artinya, prasangka negatif dalam hati sekecil apapun tidak akan pernah luput dari pantauan Allah SWT. Karena itu, marilah kita dalam berkomunikasi, menulis email, berusaha menghindari prasangka negatif dan prasangka buruk dari dalam hati, karena hal ini hanya akan menutup potensi kejernihan suara hati nurani yang merupakan percikan sifat-sifat mulia yang bersumber dari Allah SWT. Lebih baik selalu berusaha mengarahkan hati pada pikiran positif, sehingga tulisan, tindakan dan ucapan tetap terjaga kejernihannya.


Kita adalah raja dari hati dan pikiran kita sendiri. Maka lebih baik mengendalikan hati dan pikiran untuk selalu kearah positif. Hati yang positif akan menentukan sikap hidup yang positif, sikap hidup positif akan mempengaruhi kebiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan yang positif akan menghasilan hal-hal positif dan kemudahan dalam hidup ini.


Disarikan dari tulisan Bpk Ekojalusantoso penulis buku The art of life revolution

Wednesday, April 04, 2007

Beautiful Words

.......Tantangan kepemimpinan adalah untuk menjadi kuat bukan kasar, baik hati bukan lemah, berani bukan angkuh, penuh pertimbangan bukan malas, rendah hati bukan pemalu, bangga bukan sombong, penuh rasa humor tanpa menjadi konyol.
-Jim Rohn-


.......Kita hidup berdampingan satu sama lain. Dengan demikian tujuan utama dalam hidup ini adalah untuk membantu orang lain.
- Dalai Lama -


The Main Thing is to Keep the Main Thing the Main Thing...
- Stephen R. Covey -

Orang yang mendengarkan bekerja paling banyak, dibandingkan dengan orang yang berbicara.
- Stephen Covey -


Jangan Anda pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum Anda mencapai puncaknya. Karena begitu ada di puncak, Anda akan melihat betapa rendahnya gunung itu.
- Dag Hammerskjold -


Kalau Anda menginginkan perubahan yang kecil dalam hidup garaplah perilaku Anda, tapi bila Anda menginginkan perubahan-perubahan yang besar dan mendasar, garaplah paradigma Anda!
- Stephen Covey -


Semua orang yang sukses hidupnya punya kebiasaan melakukan hal-hal yang enggan dilakukan oleh mereka yang gagal. Sebenarnya, orang-orang sukses merasakan pula keengganan itu, tetapi tekad mereka mampu mengalahkannya.
- Albert Gray -

Masalahnya tidaklah penting, tetapi tindakan kita terhadap masalah itu adalah segala-galanya.
- I Ching -

Apa yang ada di belakang kita dan apa yang ada di depan kita adalah persoalan kecil, dibandingkan dengan apa yang ada di dalam kita.
- Oliver Wendell Holmes -

Hal-hal yang paling penting jangan sampai dikalahkan oleh hal-hal yang sepele.
- Goethe -

Always aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying your thoughts and everything will be well.
- Mahatma Gandhi -

Manajemen Perubahan " CHANGE"

....."Kalau perubahan itu datangnya dari orang lain. Orang akan pikir-pikir. Tetapi kalau orang merasa perubahan itu datang dari dirinya sendiri, maka orang akan merasa lebih nyaman. Dengan demikian perlu Change Manajemen. Bagaimana membuat seakan-akan perubahan ini tidak datang dari orang lain".....Rhenald Kasali.

Mengelola change ini sangat tidak mudah karena kita terkontrol oleh kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. ”Selama ini kita bicara tentang perubahan itu secara struktural. Kalau mau lebih mendalam lagi, perubahan harus sampai kepada perubahan kultural, sampai ke culture-nya,” ungkap Rhenald.

Hampir semua tokoh-tokoh perubahan mengalami tantangan, harus perang, kena surat kaleng, kena sms palsu, kena fitnah, terpaksa harus memberhentikan orang, harus berkelahi, bahkan para Nabi Besar harus berkorban untuk membawa perubahan yang luar biasa pada umatnya. Seperti Nabi Muhammad yang melakukan perubahan, dari kehidupan ”jahiliyah” menjadi kehidupan yang lebih baik.

Kita juga dapat melihat contoh tokoh-tokoh perubahan lainnya seperti Martin Luther King yang menghapuskan politik segregasi di Amerika, itu perubahan. Kemudian juga Abraham Lincoln yang menghapuskan perbudakan sampai harus mengalami peperangan dengan orang selatan yang ingin mempertahankan perbudakan, akhirnya juga mati. Juga Mahatma Gandhi yang mempertahankan kehidupan demokrasi di India tanpa kekerasan, bahkan dia mengizinkan Pakistan untuk merdeka, akhirnya ditembak. Terakhir di Indonesia, kita juga melihat seorang tokoh perubahan juga mati diracun, Munir. Ini masih terus berlanjut. Betapa manusia seringkali tidak senang dengan adanya perubahan. Karena manusia pada dasarnya ingin hidup pada Comfort Zone, Zona yang nyaman.

Tetapi segala ketenangan itu telah melahirkan kita hidup dalam era comfort zone. Padahal comport zone is number one killer. Sekarang perubahan yang terjadi di seluruh dunia, mau tidak mau akan menerpa kita nantinya. Celakanya, perubahan yang membuat kita mati adalah perubahan mati yang pelan-pelan.


Perubahan itu dapat dilakukan dari berbagai aspek. Mulai dari yang paling luar misalnya aspek kemasan atau logo. Orang biasanya rentan untuk merubah sesuatu yang dianggap sakral, seperti logo perusahaan, organisasi dsb. Pada sebuah contoh kemasan, suatu biskuit yang dulu digemari kini tidak lagi diminati oleh generasi muda. Mereka menganggap biskuit itu biskuit generasi neneknya. Contoh lainnya pada produk sabun mandi, kini sabun mandi tersedia dalam kemasan cair, bintang iklannya pun selalu diganti dari masa ke masa. Tujuannya menurut Rhenald Kasali, agar produk tersebut selalu nampak fresh di pasar. Itu merupakan jawaban atas tuntutan perubahan. Demikian halnya pada mode pakaian, kemasan obat-obatan dsb.

Kemudian kalau kita masuk lebih dalam lagi, kita juga merubah struktur, kita bisa merubah cara orang bekerja, kecepatan kerja dan kita juga bisa merubah cara orang memberikan pelayanan lebih cepat, lebih baik, respon yang lebih cepat. Sampai kita masuk ke kulturnya, nilai-nilai yang ada dalam organisasi. Jadi perubahan bisa menyangkut banyak hal.


Didalam manajemen perusahaan selalu kita bedakan ada tipe orang pedalaman dan ada tipe orang pesisir. Tipe yang lebih cepat melakukan perubahan adalah tipe orang pesisir, karena mereka berinteraksi dengan lebih luas. ”Jangan sampai anda menjadi tipe orang pedalaman. Mempertahankan tradisi terus-menerus dari masa-ke masa,” tegas Rhenald. Biasanya ciri-ciri orang tipe pedalaman di perusahaan terlihat ketika mengikuti suatu seminar di luar kota yang dihadiri peserta dari berbagai perusahaan. Mereka duduk satu meja dan berkumpul dengan teman sekantor, serta makan siang bersama teman sekantor. Tidak ada interkasi dengan dunia luar. Padahal gagasan-gagasan untuk mengembangkan jasa, pelayanan, kegiatan produksi dan sebagainya itu adalah perkawinan pemikiran. Perkawinan pemikiran dari orang-orang yang hanya mainnya di dalam akan melahirkan produk-produk atau karya-karya yang sifatnya cacat. Oleh karena itu interaksi, membuka diri dengan dunia luar itu sangat penting. Perusahaan yang sukses itu adalah perusahaan yang terbuka.

Contohnya negara Singapura. Singapura adalah negara kecil yang tidak punya apa-apa. Tetapi telah menciptakan pembedaan. Dimulai dengan kebijakan Singapura bersih. Karena negara-negara disekitarnya tidak bersih. Singapura melakukan pembedaan yang dapat diminati oreh para investor. Sehingga menjadi tempat weekend-nya para pengusaha, dengan dimikian dapat menerima pendapatan dan pajak yang tinggi. Disamping itu Singapura juga memposisikan diri sebagai Trading Center (pusat belanja). Setelah itu mengembangkan rumah sakit, yang sekarang mulai diambil oleh Malaysia. Berobat itu trend Malaysia sekarang. Kemudian sekarang Singapura memposisikan diri sebagai pusat pendidikan. Sehingga banyak orang tua di mana-mana yang menyekolahkan anaknya ke Singapura. Dengan demikian menjadi pemasukan bagi Singapura. Kini yang sedang digarap adalah teknologi. Intinya apa? Karena Lee Kwan Yew (Presiden Singapura saat itu-Red) adalah tokoh perubahan yang senantiasa mendidik orang-orangnya untuk berfikir, memiliki mindset perubahan. Mendidik orang Singapura agar berubah. ”kalau tidak berubah berarti mati”. Bukan yang terkuat yang akan mampu bertahan. Melainkan, yang mampu bertahan adalah mereka yang mampu beradaptasi dengan perubahan.

Contoh perubahan di BUMN adalah perubahan yang dilakukan Alm.Cacuk Sudaryanto di tubuh TELKOM dengan luar biasa. Sehingga beliau mendapatkan penghargaan Change Maker Society, karena berhasil menciptakan perubahan.

Dalam presentasinya, Rhenald Kasasi Ph.D mengungkapkan karakteristeik perubahan yang perlu diketahui antara lain bahwa Perubahan itu:



1. Misterius, tidak mudah dipegang

Perubahan merupakan pertarungan antar aktor dalam organisasi. Akan dilawan oleh kelompok orang-orang The Establishment yang tidak mau berubah.


2. Banyak resistensi (penolakan)

Manusia itu bukan resisten terhadap perubahan. Melainkan resisten untuk dirubah. Artinya, kalau perubahan itu datangnya dari orang lain. Orang akan mikir. Tetapi kalau perubahan itu datang dari dirinya sendiri maka orang akan merasa lebih nyaman. Dengan demikian perlu Change Management. Bagaimana membuat seakan-akan perubahan ini tidak datang dari orang lain. Jangan jadikan mereka objek. Pemimpin jangan jadi Bos. Kalau seorang Bos dia akan bilang, ”jangan datang terlambat!”, tapi dia sendiri datang terlambat. Kalau seorang pemimpin menginginkan yang dipimpinnya agar tidak datang terlambat, dia harus memberikan contoh kepada anak buahnya. Pernah suatu ketika Rhenald Kasali menerima SMS yang isinya ”Kalau bos datang terlambat artinya dia sedang sibuk, tapi kalau anak buah datang terlambat artinya dia malas. Kalau bos berubah pemikiran, artinya pemimpin yang flexibel, tapi kalau anak buah berubah pemikiran, artinya plintat-plintut.”

Maka kalau kita akan menciptakan perubahan harus ada leader, pemimpin itu ”let’s go bersama-sama!”. Jadi jangan menyuruh orang berubah, tapi hendaknya mengajak, ”mari kita bersama-sama berubah!”.

3. Terjadi setiap saat

Perubahan itu tidak bisa dilakukan hanya satu atau dua tahun sekali, tetapi harus ada adjustment, adjustable, tujuannya merubah cara berfikir, semua manajer setiap saat harus siap untuk menerima. Jadi perubahan terjadi setiap saat, tidak boleh hanya setahun atau dua tahun sekali, harus terbiasa.


4. Diwarnai mitos-mitos

Perubahan membutuhkan pengorbanan dan arahnya perlu dikendalikan. Mitos perubahan itu menimbulkan harapan-harapan, tetapi tidak langsung memberikan hasil, pasti ada masa-masa sulit.


5. Digerakkan oleh ”Change maker”

Harus ada tokoh pemimpin yang rela berkorban.


6. Membutuhkan waktu, biaya dan kekuatan

Perubahan itu ada cost-nya, termasuk ongkos sakit kepala. Biaya sakit kepala ini besar, rasa ketidakpastian. Oleh karena, itu ”manajemen harapan” menjadi sangat-sangat penting.



Sementara keengganan untuk berubah ditimbulkan oleh Mitos Perubahan, bahwa:

Perubahan berarti PHK


Peribahan hanya dapat dilakukan oleh orang muda


Perubahan hanya dilakukan ketika ada masalah.


Perubahan berseberangan dengan kedudukan untuk mempertahankan warisan pendahulu.


Menurut Rhenald Kasali ada lima tips yang harus dilakukan dalam mengelola perubahan:

1. Melihat, bergerak dan menyelesaikan

2. Meluluhlantakkan kompleksitas dan bergerak lebih cepat

3. Mengubah budaya korporat

4. Dibutuhkan ketidakpuasan

5. Leadership dan teamwork

Bersikap terhadap KEGAGALAN

Merayakan Kegagalan Cerdas



Bagi Anda yang bekerja di perusahaan, kemungkinan besar Anda akan berusaha sekuat mungkin menghindari melakukan kesalahan yang bisa merugikan perusahaan. Kesalahan, kadang sekecil apa pun, bisa membuat kita menerima umpatan dari bos. Perusahaan tentu saja memiliki alasan yang sangat masuk akal untuk tidak mentolerir kesalahan, karena, bagaimanapun, perusahaan memang didirikan untuk menghasilkan keuntungan dan menghindari kerugian.

Hal yang sama juga berlaku jika Anda adalah pengusaha atau pemilik perusahaan. Kegagalan bukanlah sesuatu yang Anda harapkan. Selain harus menghadapi celaan dari diri sendiri, Anda mungkin juga harus menghadapi cemoohan (atau kadang-kadang, lebih parah lagi, rasa kasihan) dari orang-orang lain. Sebaliknya, kita akan berbangga dengan keberhasilan dalam bentuk apa pun, tidak peduli bagaimana kita mencapainya.

Hukuman terhadap kegagalan ini, walau sering mampu menjadi motivator yang kuat untuk berhasil, tetapi ternyata bisa menjadi musuh besar inovasi. Mengapa? Sebab, untuk menciptakan satu inovasi yang berhasil sering dibutuhkan banyak kegagalan. Bukankah Thomas Alva Edison sendiri baru berhasil menciptakan bola lampu yang mampu bertahan lama setelah melakukan ribuan “kesalahan”? Tanpa mentalitas seperti Edison, kita tidak mungkin bisa menghasilkan keberhasilan besar.

Kecenderungan orang-orang Asia yang menilai kegagalan semata-mata dari kacamata negatif merupakan salah satu alasan mengapa kontinental ini jarang menghasilkan karya-karya inovatif. Wiraswasta yang takut dicemooh karena gagal lebih memilih bidang usaha yang sedang populer saat ini. Ketika bisnis factory outlet lagi marak, semua orang berpikir untuk membuka factory outlet. Ketika bisnis telepon genggam lagi booming, semua orang tertarik untuk masuk ke bidang tersebut, tidak peduli apakah mereka menyukainya atau tidak. Mentalitas semacam itu membuat kita lebih banyak menjadi imitator. Padahal, meski kelihatannya cara ini aman, tetapi dalam jangka panjang, jika banyak orang berpikiran sama, bisnis semenarik apa pun akan overcrowded sehingga pangsa pasar dan margin keuntungan menyusut.

Untuk para pekerja di perusahaan, ketakutan melakukan kesalahan dalam bentuk apa pun membuat kita tidak berani mengajukan ide-ide inovatif karena adanya kemungkinan ide-ide tersebut tidak jalan.

Tentu saja, ada kesalahan yang harus dihukum. Akan tetapi, perusahaan harus bijak membedakan antara kesalahan tolol semacam itu dan “kegagalan cerdas”. Kegagalan cerdas adalah kegagalan yang memang sudah diprediksikan dari awal mungkin akan terjadi. Namun, langkah tersebut tetap dilakukan karena adanya peluang untuk berhasil juga. Katakanlah, perusahaan Anda meluncurkan sebuah produk baru. Melalui analisis awal, Anda sudah tahu produk ini memiliki kemungkinan sukses 70% dan kemungkinan gagal 30%. Anda mungkin sudah mendaftarkan syarat-syarat apa yang mesti dipenuhi agar produk ini sukses, seperti kondisi ekonomi yang kondusif atau peraturan pemerintah yang mendukung. Namun, setelah diluncurkan, ternyata kondisi ekonomi tiba-tiba memburuk dan produk tersebut gagal total di pasaran. Dalam kasus ini, kegagalan tersebut bukanlah akibat dari kesalahan tolol. Menghukum para manajer yang bertanggung jawab atas peluncuran produk tersebut bukanlah langkah bijak karena akan membuat orang-orang dalam perusahaan Anda tidak berani mencoba lagi kelak.

Kadang kegagalan semacam itu tidak bisa dianggap kegagalan sepenuhnya juga, selama perusahaan bisa menarik pelajaran. Untuk setiap kegagalan seperti itu, perusahaan hendaknya melakukan semacam after action review (AAR) untuk mencari sebab-sebab kegagalan tanpa berusaha mencari kambing hitam. Fokuskan pencarian pada sistem atau asumsi-asumsi yang dipakai. Beberapa perusahaan yang secara disiplin melakukan AAR semacam itu seperti Hewlett-Packard mampu menarik manfaat besar, karena kegiatan seperti itu mampu mengurangi tingkat kegagalan untuk peluncuran produk berikutnya tanpa membuat para staf takut mencoba lagi.

Solusi yang gagal di satu tempat kadang ternyata bisa berhasil di tempat lain. Pada tahun 1980-an, IBM mengembangkan mikrocip yang dibuat dari kombinasi germanium dengan silikon biasa yang mampu mengantar listrik dengan lebih efisien. Rencana untuk memakai produk tersebut ke komputer mainframe gagal setelah teknologi mikrocip yang lebih bagus keluar. Gagal? Tunggu dulu. Para insinyur proyek tersebut tidak menyerah. Mereka merancang ulang mikrocip itu untuk keperluan lain: telepon genggam dan peralatan nirkabel lainnya. IBM akhirnya berhasil menangguk penghasilan tambahan miliaran dolar AS berkat teknologi ini.

Berkah yang didapat IBM itu hanya mungkin terjadi apabila para insinyur (staf lainnya) mendapat kebebasan untuk belajar dari kegagalan mereka tanpa merasa disalahkan. Tidak semua kegagalan atau kesalahan adalah negatif. Membabat kesalahan tanpa pandang bulu bisa membuat Anda membabat peluang keberhasilan di masa depan juga.
Ditulis oleh IT PIN konsultan inovasi dan strategi bisnis ( dikutip dari warta ekonomi.com)

Kata Kunci : " INOVASI"

Ketika Inovasi Berbunyi


Selalu menjadi pembicaraan tanpa henti dalam komunitas bisnis tentang praktek bisnis terkini yang dapat mengantarkan pemainnya ke posisi pemenang. Dengan makin tersedianya beragam management tools, setiap pemain sekarang ini memiliki kesempatan yang sama untuk menjalankan bisnisnya dengan cara yang tidak jauh berbeda. Selanjutnya, bagaimana persaingan bisnis melahirkan pemenangnya? Lewat serangkaian proses berkualitas yang serba terukur dan andal, setiap pemain pada akhirnya akan menciptakan produk dengan kualitas yang tidak jauh berbeda satu sama lain.

Ketika Kualitas Menjadi Komoditas
Program peningkatan kualitas yang berfokus pada konsistensi proses untuk menghasilkan produk zero-defect nantinya akan lebih berperan sebagai qualifier ketimbang winner dalam persaingan. Praktek yang bertumpu pada peningkatan kualitas proses yang mampu mengurangi/menghilangkan berbagai waste (pemborosan) hanya akan menciptakan efek berupa penurunan biaya. Ketika banyak pemain mempraktekkan hal yang sama, yaitu meningkatkan efisiensi lewat pemangkasan pemborosan, maka makin terbuka terciptanya pasar kompetitif, yang ditandai dengan makin tergerusnya margin keuntungan (profit margin). Dalam pasar yang kompetitif, program peningkatan kualitas proses tidak lagi menjadi penentu dalam pencapaian keunggulan kompetitif. Program peningkatan kualitas proses tersebut pada akhirnya akan menjadi komoditas. Dari sudut pandang makroekonomi, keuntungan marginal untuk suatu komoditas adalah nol, yang berarti revenue yang ada hanya digunakan untuk menutupi biaya-biaya seperti tenaga kerja, depresiasi, dan sebagainya. Hanya pemain-pemain yang super efisien-lah yang mampu bertahan di bisnis.

Selanjutnya menjadi pilihan Anda sebagai pelaku bisnis, apakah ingin menjadi super efisien di samudera merah (red ocean), meminjam istilah dari Prof. W. Chan Kim, atau menawarkan sesuatu yang berbeda, tidak sekadar biaya yang rendah? Ketika efisiensi bukan pilihan utama, lantas apa yang bisa dilakukan perusahaan untuk tetap bertahan atau bahkan sukses dalam persaingan?

Kata Kunci: Inovasi
Inovasi! Ya, inovasi-lah yang menjadi kunci penentu terciptanya keunggulan kompetitif perusahaan. Sejak diingatkan oleh Peter Drucker tentang keharusan bagi setiap perusahaan untuk menjadikan inovasi sebagai kompetensi inti, perusahaan sepertinya dipojokkan pada pilihan biner, inovasi atau mati. Meskipun sekarang ini kata inovasi sepertinya sudah menjadi mantra yang sering diucapkan, tetapi esensinya masih belum sepenuhnya tersentuh. Inovasi bukanlah sekadar ide yang brilian; inovasi bukanlah hanya bertumpu pada kampanye iklan kreatif untuk menutupi produk inferior. Inovasi haruslah dipandang sebagai suatu “sweating process” alias proses berkeringat, mulai dari pengidentifikasian problem, pengembangan ide dan konsep produk, pemilihan konsep terbaik dan pendetailan desain produk yang merupakan solusi atas problem, sampai peluncuran produk ke pasar.

Ilustrasi tentang inovasi di atas memang menjelaskan salah satu pilihan dalam berinovasi, yaitu inovasi produk. Bersama-sama dengan inovasi dalam proses maupun model bisnis, inovasi produk merupakan pilihan yang dapat diambil oleh perusahaan. Perusahaan inovatif seperti Apple Computer memainkan inovasi produk dan model bisnis sekaligus lewat produk iPod dan model bisnis iTunes-nya. Baik iPod maupun iTunes menjadi fenomenal karena menawarkan simplicity bagi pencinta musik untuk mendapatkan dan memainkan musik pilihannya. Selain itu, Apple mengerti betul tentang pentingnya inovasi desain untuk dapat menghasilkan produk yang memiliki nuansa keindahan.

Premis yang digunakan dalam tulisan ini adalah sangat krusialnya peran inovasi produk dalam mengantarkan perusahaan ke posisi pemenang dalam persaingan. Lewat inovasi produk, perusahaan dapat keluar dari kungkungan tekanan proses berbiaya rendah. Lewat inovasi produk, perusahaan berupaya untuk menyelami apa yang menjadi fantasi konsumen dan mencoba untuk memenuhi fantasi tersebut.

Inovasi yang Berbunyi
Jika program peningkatan kualitas proses pada akhirnya berubah menjadi komoditas karena mudah ditiru, tidak demikian halnya dengan inovasi produk. Inovasi produk merupakan sesuatu yang dapat menjadi pembeda yang unik dari perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Ke depan, agar suatu perusahaan tetap bisa beda, maka inovasi produk haruslah menjadi DNA perusahaan yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain.

Mungkin kita sering bertanya mengapa di perusahaan tertentu inovasi produk begitu mudah dilakukan dan selalu mendatangkan perolehan yang menggembirakan, sedangkan di perusahaan yang lain inovasi merupakan sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Para pakar mengatakan, semuanya tergantung pada manajemen inovasi yang dijalankan. Dianalogikan dengan proses problem solving & decision making yang selalu diawali dengan mendefinisikan problem yang sesungguhnya, inovasi yang dikejar setiap perusahaan haruslah berawal juga dari adanya product opportunity gap (POG), yaitu kesenjangan antara apa yang seharusnya diberikan oleh produk dan apa yang sudah ditawarkan oleh produk tersebut. Di sinilah kunci keberhasilan dari inovasi yang dilakukan.

Setelah POG ditentukan, proses berkeringat terus berlanjut ke pengembangan konsep produk. Di sinilah kreativitas tim pengembang produk dituntut. Beberapa model pengembangan konsep yang tersedia, mulai dari yang sangat presisi sampai model-model yang lebih pragmatis, dapat digunakan. Apa pun model yang digunakan, tim pengembang produk harus menyiapkan kriteria desain yang tepat. Konsep-konsep yang dikembangkan nantinya akan dipilih berdasarkan kriteria tersebut. Pemilihan konsep yang tepat berdasarkan sekumpulan kriteria yang tepat menjadi begitu krusial dalam tahap pengembangan produk. Di tahap inilah kesuksesan produk baru dapat diproyeksikan.

Menghasilkan produk inovatif tidak lepas dari serangkaian keputusan dalam lanskap keambiguan yang kompleks. Di sinilah ketajaman intuisi dan kedalaman berpikir dari tim pengembang produk akan memainkan peran krusialnya untuk dapat menghasilkan produk yang useful, usable, dan desirable yang benar-benar dicintai penggunanya. Memang tidak mudah. It pays to walk on water!



Ditulis Oleh: Ade Febransyah
Penulis adalah peneliti pada Workgroup for Innovation in Decision Making (WIDE) Prasetiya Mulya Business School, dikutip dari warta ekonomi.com

Monday, April 02, 2007

SUKSES dengan IMAJINASI

Pembaca, jangan meremehkan imajinasi. Imajinasi bukanlah gambaran kosong atau angan-angan tanpa isi. Sejarah telah membuktikan banyak tokoh terkenal menjadi besar berkat imajinasinya yang luar biasa.
Imajinasi ternyata mempunyai kekuatan. Albert Einstein pernah mengatakan, "Energi mengikuti imajinasi". Tentu saja, Einstein serius dengan ucapannya. Apalagi Einstein mengamini hukum kekekalan energi. Dia sendiri mengaku telah membuktikannya saat dia ditanya bagaimana dia mampu menghasilkan begitu banyak teori spektakuler, dia menjawab imajinasinyalah yang menjadi salah satu bahan bakar dari idenya itu.

Lantas, bagaimanakah imajinasi yang dihasilkan pikiran kita bekerja? Pada prinsipnya, perlu Anda sadari, pikiran kita adalah sebuah magnet yang luar biasa. Pikiran kita mampu menjadi otopilot atas apa yang ingin kita wujudkan, yang kita cita-citakan bahkan yang sekadar kita imajinasikan.

Setiap orang boleh mempunyai mimpi akan masa depan. Mimpi menjadi seorang penulis hebat, misalnya, atau menjadi sastrawan, insinyur, dokter, dan sebagainya. Dalam perwujudan mimpi inilah kekuatan imajinasi berperan. Sekali kita merencanakan dan mematrikan imajinasi dalam pikiran kita, fisik kita pun mulai mencari jalan bagaimana merealisasikan apa yang sudah kita pikirkan.

Untuk mudahnya, pembaca, ada dua kisah tentang kekuatan imajinasi yang ingin saya ceritakan di sini. Pertama, kisah hidup Mayor James Nesmeth, seorang tentara yang doyan main golf. Dia begitu tergila-gila dengan golf. Tapi sayang sekali, sebelum menikmati kesempatan itu, dia ditugaskan ke Vietnam Utara.

Sungguh sial, saat di Vietnam dia ditangkap oleh tentara musuh dan dijebloskan ke penjara yang pengap dan sempit. Dia tidak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan siapa pun. Situasi pengap, kosong, dan beku itu sungguh menjadi siksaan fisik dan mental yang meletihkan baginya.

Untungnya, Nesmeth sadar dirinya harus menjaga pikirannya agar tidak sinting. Dia mulai berlatih mental. Setiap hari, dengan imajinasinya, dia membayangkan dirinya berada di padang golf yang indah dan memainkan golf 18 hole. Dia berimajinasi secara detail. Dia melakukannya rata-rata empat jam sehari selama tujuh tahun.

Lantas, tujuh tahun kemudian, dia pun dibebaskan dari penjara. Namun, ada yang menarik saat dia mulai bermain golf kembali untuk pertama kalinya. Ternyata, Mayor James Nesmeth mampu mengurangi rata-rata 20 pukulan dari permainannya dulu. Orang-orang pun bertanya kepada siapa dia berlatih. Tentu saja, tidak dengan siapa pun. Yang jelas, dia hanya bermain dengan imajinasinya. Tetapi, ternyata itu berdampak pada hasil kemampuannya. Nah, inilah kekuatan imajinasi itu.

Kisah kedua adalah cerita tentang Tara Holland, seorang gadis yang bermimpi menjadi Miss America sejak kecil. Pada 1994, dia berusaha menjajaki menjadi Miss Florida. Sayangnya, dia hanya menyabet runner-up pertama. Tahun berikutnya dia mencoba, tapi lagi-lagi hanya di posisi yang sama. Hati kecilnya mulai membisikkan dirinya untuk berhenti.

Bulatkan tekad

Tapi, dia bangkit dan membulatkan tekadnya lagi. Dia pindah ke negara bagian lain, Kansas. Pada 1997, dia terpilih menjadi Miss Kansas. Dan di tahun yang sama, dia berhasil menjadi Miss America! Yang menarik, adalah saat Tara diwawancarai setelah kemenangannya, Tara menceritakan bagaimana dia sudah ingin menyerah setelah dua kali kalah di Florida.

Tapi, tekadnya sudah bulat. Selama beberapa tahun kemudian, dia membeli video dan semua bahan yang bisa dipelajari tentang Miss Pagent, Miss Universe, Miss America, dan sebagainya. Dia melihatnya berkali-kali. Setiap kali melihat para diva meraih penghargaan tertinggi, Tara membayangkan dirinyalah yang menjadi pemenangnya.

Satu lagi yang menarik dari wawancaranya adalah saat dia ditanya apakah dia merasa canggung saat berjalan di atas karpet merah. Dengan mantap, Tara Holland menjawab, "Tidak sama sekali. Anda mesti tahu saya sudah ribuan kali berjalan di atas panggung itu."

Seorang reporter menyela dan bertanya bagaimana mungkin dia sudah berjalan ribuan kali di panggung, sementara dia baru pertama kalinya mengikuti kontes. Tara menjawab, "Saya sudah berjalan ribuan kali di panggung itu...dalam pikiran saya."

Pembaca, dua kisah nyata di atas menceritakan tentang kekuatan imajinasi. Kita memujudkan apa yang kita lihat dalam pikiran kita. Imajinasi adalah energi. Energi yang kalau diolah terus-menerus akan mewujud dalam apa yang kita imajinasikan itu.

Kekuasaan boleh memenjarakan fisik, membungkam mulut, tetapi sama sekali tidak bisa memasung imajinasi kita. Dengan kekuatan imajinasi, masa depan akan menjadi milik kita sesuai yang kita cita-citakan.

Dengan imajinasi, kita bisa menjadi tuan atas takdir kita, I am the master of my fate. Stephen Covey dalam 7 Habits mengatakan kita membuat kreasi mental lebih dulu sebelum kreasi fisiknya.

Semakin kuat gambaran mental yang kita miliki, semakin besar energi yang kita miliki untuk mewujudkannya. Sebaliknya, jika kita terlalu banyak membayangkan yang buruk dan negatif, kita menarik energi negatif dan kita semakin ter-demotivasi untuk meraihnya.

Pepatah Latin mengatakan, Fortis imaginatio generat casum, artinya imajinasi yang jelas menghasilkan kenyataan. Dengan demikian, jangan sia-siakan kekuatan imajinasi dalam diri kita. Imajinasi mempu menjadi kendaraan kita menuju apa saja yang kita mimpi dan cita-citakan.

Imajinasi akan mengumpulkan seluruh energi kita untuk mewujudkannya. Dalam aplikasi sehari-hari, dengan imajinasi, kita membayangkan hal-hal positif yang akan kita lakukan dan membayangkan hal-hal positif yang akan terjadi. Betapa kita akan melihat langkah dan tindakan kita mulai mengarah pada apa yang kita bayangkan. Dan...the dreams will come true!

Anthony Dio Martin
Psikolog, penulis buku best seller EQ Motivator, dan Managing Director HR Excellency
dikutip dari bisnis indonesia Minggu 1 April 2007

OPINI : Menggugat analisis SWOT

Bisnis Indonesia Jumat, 30/03/2007 12:39 WIB
oleh : A.B. Susantomanaging Partnerthe Jakarta Consulting Group


Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strengths, weaknesses, opportunities and threats/SWOT) adalah perangkat analisis yang paling populer, terutama untuk kepentingan perumusan strategi.

Asumsi dasar yang melandasi adalah organisasi harus menyelaraskan aktivitas internalnya dengan realitas eksternal agar dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Peluang tidak akan berarti manakala perusahaan tidak mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Kemampuan analisis SWOT bertahan sebagai alat perencanaan yang masih terus digunakan sampai saat ini, membuktikan kehebatan analisis ini di mata para manajer. Analisis SWOT telah lama menjadi kerangka kerja pilihan bagi banyak manajer, karena kesederhanaannya, proses penyajiannya, serta dianggap dapat merefleksikan esensi dari suatu penyusunan strategi, yaitu mempertautkan peluang dan ancaman dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Namun, analisis SWOT adalah sebuah pendekatan konseptual yang luas, yang menjadikannya rentan terhadap beberapa keterbatasan. Pearce dan Robinson mengungkapkan beberapa keterbatasan analisis SWOT ini.

Pertama, analisis SWOT berpotensi untuk terlalu banyak memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian pada ancaman eksternal. Dalam hal ini, perencana strategi di perusahaan di samping harus menyadari kekuatan yang dimiliki pada saat ini, juga harus menyadari pengaruh lingkungan eksternal terhadap kekuatan yang sekarang dimiliki tersebut.

Perubahan lingkungan yang sangat cepat dapat menjadikan kekuatan yang sekarang dimiliki menjadi tidak bermakna, bahkan bisa berubah menjadi kelemahan yang menghambat kemajuan perusahaan.

Mengabaikan perubahan

Kedua, analisis SWOT dapat menjadi sesuatu yang bersifat statis dan berisiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang dinamis. Hal ini sama dengan apa yang terjadi pada proses perencanaan.

Kritik yang sering muncul terhadap suatu perencanaan adalah bahwa perencanaan ini hanya berhenti di atas kertas, namun miskin implementasi. Salah satu penyebabnya adalah lingkungan yang berubah sangat cepat, sehingga asumsi yang digunakan sebagai dasar dalam proses perencanaan menjadi tidak valid.

Karena analisis SWOT sering digunakan dalam proses perencanaan, tidaklah mengherankan bila analisis ini mendapat kritik dalam hal ketidakmampuannya memberikan respons yang cepat terhadap perubahan yang terjadi.

Oleh karena itu, analisis SWOT tidak boleh bersifat statis dan tidak boleh mengabaikan kemungkinan terjadinya perubahan, yang pasti terjadi. Perlu diingat bahwa analisis SWOT merepresentasikan sebuah pandangan yang khusus hanya pada satu titik waktu tertentu. Oleh karenanya elemen yang ada dalam analisis SWOT harus dikaji dan dievaluasi secara berkala.

Ketiga, analisis SWOT berpotensi terlalu memberikan penekanan hanya pada satu kekuatan atau elemen dari strategi. Padahal, kekuatan yang ditekankan tersebut belum tentu mampu menutupi kelemahan yang dimiliki, serta belum tentu mampu menghadapi berbagai ancaman yang muncul. Sebuah organisasi harus senantiasa menggali berbagai macam sumber daya yang mungkin memiliki potensi menjadi sumber kekuatan organisasi.

Keterbatasan lain dari analisis SWOT ini adalah kecenderungannya untuk terlalu menyederhanakan situasi dengan mengklasifikasikan faktor lingkungan perusahaan ke dalam kategori yang tidak selalu tepat. Klasifikasi sebuah faktor sebagai kekuatan atau kelemahan, atau sebagai kekuatan atau ancaman, sering ditentukan berdasarkan penilaian yang kurang tepat.

Sebagai contoh, budaya tertentu dari sebuah perusahaan dapat merupakan kekuatan atau kelemahan. Demikian pula perubahan teknologi, dapat merupakan ancaman, namun dapat pula dianggap sebagai peluang. Mungkin yang lebih penting adalah munculnya kesadaran perusahaan terhadap faktor lingkungan ini serta memanfaatkannya sehingga perusahaan dapat mengambil keuntungan semaksimal mungkin.

Keterbatasan lainnya berkaitan dengan subjektivitas. Mintzberg mengatakan bahwa boleh jadi penilaian mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi tidak dapat diandalkan (unreliable) dan bias.

Dalam beberapa kasus, faktor yang menentukan kekuatan dan kelemahan, peluang maupun ancaman yang dimiliki sebuah organisasi ditentukan oleh orang-orang yang terlalu dekat atau terlalu jauh dengan aktivitas aktual perusahaan. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan strategi yang merugikan perusahaan.

Berbagai keterbatasan analisis SWOT seperti yang telah diuraikan di atas bukan berarti SWOT tidak bisa lagi digunakan. Justru keterbatasan ini dapat menjadi panduan dan pelajaran bagi perusahaan agar dapat memanfaatkan analisis SWOT dengan tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.

Seperti halnya alat analisis yang lain, kegunaan analisis SWOT ini secara langsung berhubungan dengan kesesuaian (appropriateness) aplikasi, serta keterampilan mereka yang menggunakannya.
[Close]

Opini : VISI 2030 antara MIMPI & REALITAS

Visi 2030, Mimpi Vs Realitas

Buku Kerangka Dasar Visi Indonesia 2030 diluncurkan oleh Yayasan Indonesia Forum. Visi itu ditopang empat capaian utama, yaitu pendapatan/kapita (2030) mencapai 18.000 dollar AS, pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan, perwujudan kualitas hidup modern yang merata dan mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk daftar Fortune 500. Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi kelima di dunia.

Diharapkan dalam proses industrialisasi, Indonesia bisa menjadi negara berpenghasilan besar. Untuk mewujudkan Visi itu, realisasi pertumbuhan ekonomi riil rata-rata diasumsikan mencapai 7,62 persen, laju inflasi 4,95 persen, pertumbuhan penduduk rata-rata 1,12 persen/tahun. Dijelaskan bahwa Visi Indonesia 2030 punya arti strategis di tengah pesimisme menyongsong Indonesia masa depan dan erosi kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Mimpi indah

Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Visi 2030 itu bisa saja dianggap mimpi, tetapi jangan malu dengan mimpi itu. Sebab bangsa yang besar adalah bangsa menciptakan mimpi dan mewujudkannya. Saya pernah membaca forecast yang lebih optimistis oleh sebuah lembaga kajian di Amerika Serikat bahwa Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi kelima pada 2020.

Ada yang lebih optimistis lagi. Kawan saya, Ricky Sutanto, seorang pengusaha, tahun 2004 menulis buku berjudul 2015, Kita Terkaya No 5, lengkap dengan berbagai langkah yang perlu dilakukan. Beberapa gagasannya tidak relevan atau tidak mungkin dilakukan, tetapi ada beberapa gagasan yang perlu dikaji lebih serius. Dia mengusulkan membuka pusat judi di Kepulauan Batam. Tidak disadarinya bahwa akan terjadi gelombang penolakan luar biasa terhadap usul itu.

Ricky punya gagasan mengarahkan Batam menjadi First ASEAN Economic Zone (FAEZ). Batam tidak menjadi pesaing Singapura, tetapi harus bahu-membahu. Caranya ialah menghubungkan Batam dan Singapura dengan membangun ASEAN Link yang terdiri dari dua bagian. Pertama ialah terowongan di bawah laut sepanjang 14 km, yang melintas dari Singapura ke Pulau Lengkana. Dari Lengkana menuju Batam dibangun overhead bridge sepanjang 12 km. Pembangunan link tadi sekaligus menghubungkan Indonesia (Batam) dengan daratan Asia. Berarti kita bisa menjelajah ke Asia, Timur Tengah, dan Eropa melalui daratan.

Agar lebih menarik investor dan untuk menciptakan instrumen investasi baru, FAEZ dapat dijual dengan menerbitkan FAEZ Bond berjangka 10 tahun plus 1 tahun. Jika harga tanah di FAEZ bisa mencapai 50 persen dari harga tanah di Singapura, maka FAEZ Bond akan dapat menghasilkan 250 miliar dollar AS dalam waktu lima tahun. Dengan dana itu Indonesia akan dapat melunasi utangnya. Tentu angka hitungan Ricky Sutanto di atas harus dicek kembali kesahihannya.

Realitas yang tidak indah

Pengamat ekonomi UGM, Sri Adiningsih, mengatakan "itu hanya mimpi di awang-awang saja. Ibaratnya, dari mimpi satu juta orang hanya satu orang yang terwujud." Mimpi yang dimaksud Adiningsih tentu beda dengan mimpi yang dimaksud Presiden SBY. Dia memperkirakan bahwa angka pertumbuhan yang paling mungkin dicapai hanya 6 persen, jauh dari target 7,62 persen. Faktor lain yang memberatkan ialah terpuruknya sektor riil.

Saya menerima SMS: "Dengan asumsi income/capita/tahun saat ini 1.500 dollar AS (dibulatkan), rata-rata pertumbuhan/tahun 7,9 persen, pertumbuhan penduduk 0,9 persen/tahun, income/capita/tahun pada 2030 = 1,061^23 x 1.500 dollar AS = 7.110,79 dollar AS. Angka 18.000 dollar AS tidak masuk akal." Kita memang belum mendengar perhitungan dari Visi 2030 Yayasan Indonesia Forum itu. (Tanda ^ berarti bunga berbunga—Red).

Bumi kita mengandung kekayaan yang awalnya melimpah dan sebagian (cukup besar) telah kita serap, gali, dan tebang. Tetapi kekayaan alam yang masih tersisa itu masih bisa memberi kesejahteraan kepada semua rakyat Indonesia jika dikelola dengan baik dan tepat.

Yang menjadi masalah bagi Indonesia dan negara berkembang lain ialah tidak cukupnya dana untuk mengolah kekayaan alam itu. Maka banyak negara yang meminjam kepada kreditor luar negeri. Studi Claessens (1993) menunjukkan, sampai menjelang tahun 1990 utang luar negeri merupakan komponen utama dalam pembiayaan pembangunan negara-negara berkembang, yakni sebesar 83 persen dari keseluruhan nilai produk nasional bruto. Investasi asing langsung berjumlah 10 persen dan 7 persen dari sumber lain.

Terdapat kecenderungan kebijakan untuk memperbesar porsi pembiayaan dan pengurangan utang luar negeri. Apa sebabnya? Terdapat dua alasan utama yang menjadi dasar. Pertama, adanya posisi defisit perkiraan berjalan dalam neraca pembayaran yang telah berlangsung secara terus-menerus dalam waktu lama. Kedua, adanya posisi neto yang negatif dalam aliran masuk sumber-sumber keuangan internasional di sektor pemerintah. Terjadi kesenjangan yang terus-menerus antara kebutuhan investasi nasional dan kemampuan nasional untuk membiayai kebutuhan investasi nasional.

Muncul pertanyaan: dapatkah aliran masuk investasi asing menjadi pemecah masalah neraca pembayaran negara-negara berkembang? Atau malah justru akan memperburuk keadaan? Studi Claessens di atas mendukung proposisi bahwa: "The cost of servicing foreign direct investment is in general higher than the cost of servicing debt." Kesimpulan ini adalah hasil perbandingan antara nilai keuntungan investasi asing yang direpatriasi ke luar negeri sejak tahun 1950 lebih tinggi daripada nilai investasi yang masuk ke negara-negara berkembang. Dan juga lebih tinggi daripada pembayaran kewajiban yang berkaitan dengan utang luar negeri negara-negara itu.

Penelitian Sritua Arief menunjukkan bahwa untuk Indonesia selama 1973-1990 nilai kumulatif investasi asing yang masuk ke Indonesia berjumlah 5,775 miliar dollar AS dan diiringi kumulatif keuntungan investasi yang direpatriasi dari Indonesia pada waktu yang sama berjumlah 58,859 miliar dollar AS. Artinya, setiap dollar AS yang masuk akan diiringi dengan 10,19 dollar AS yang keluar Indonesia. Peranan negatif modal asing dalam pemupukan tabungan domestik di berbagai negara berkembang telah dilaporkan dalam studi Hollis Chenery (1979), Keith Griffin (1986), McDonald (1982). Tidak diketahui apakah angka 18.000 dollar AS Visi 2030 telah memperhitungkan juga dana yang direpatriasi ke luar negeri karena sebagian cukup besar investasi berasal dari luar negeri.

Bangsa kuli

Modal asing masuk ke Indonesia sejak awal Orde Baru. Saat itu pemerintah harus bekerja keras meyakinkan para investor luar negeri untuk masuk ke Indonesia, termasuk di dalamnya keputusan untuk mengembalikan semua perusahaan dan aset non-Belanda kepada pemiliknya yang sah (dan memberikan ganti rugi kepada mereka yang menolak mengambil kembali perusahaan yang sudah rusak). Selama sekitar 30 tahun usia Orde baru, minat untuk masuk modal luar negeri ke Indonesia naik turun. Mereka mempertimbangkan banyak faktor, terutama stabilitas politik dan pengaruhnya terhadap kebijakan pemerintah serta kondisi sosial, seperti reaksi masyarakat terhadap modal luar negeri. Buku Jeffrey Winters berjudul Power in Motion menguraikan dinamika masuknya modal luar negeri ke Indonesia.

Kini kita melihat banyak modal asing yang sudah beroperasi di Indonesia pindah ke negara lain. Untuk menarik investor luar negeri masuk Indonesia, UU PMA tahun 1968 diperbarui dengan memberi kemudahan dan keleluasaan yang lebih besar, antara lain HGU selama 95 tahun, HGB 80 tahun, dan hak pakai 70 tahun, dan cara pemberiannya diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus. Agrarische Wet 1870 hanya membolehkan pemakaian tanah selama 75 tahun.

Sementara itu kita melihat dana menganggur di perbankan nasional kita (SBI) berjumlah ratusan triliun rupiah. Modal pemerintah yang dilarikan ke luar negeri oleh pengusaha hitam jumlahnya juga ratusan triliun rupiah. Bagi masyarakat awam sulit untuk memahami mengapa Presiden dan Wapres menghabiskan banyak waktu berharga untuk menarik minat investasi dari luar negeri. Akan jauh lebih bermanfaat apabila pemerintah fokus untuk meningkatkan investasi pengusaha dalam negeri dengan mendorong pemberian kredit oleh perbankan nasional, terutama UMKM, dan reformasi birokrasi.

Perlu kita amati investasi para pengembang besar pada sektor pusat perdagangan seperti Pasar Blok M dan Pasar Tanah Abang yang mengakibatkan hilangnya pekerjaan pada puluhan ribu pedagang kecil tradisional. Pola semacam ini terjadi di hampir semua kota besar di Indonesia. Pemerintah tidak memberikan peluang kepada pedagang kecil yang sejak awal berdagang di situ untuk mengelola pasar yang terbakar itu dan membantu pembiayaannya, padahal proyek itu amat layak secara bisnis. Pemerintah lupa bahwa pedagang kecil dan UMKM-lah yang menjadi penyangga saat ekonomi kita mengalami krisis terakhir.

Derasnya arus masuk modal luar negeri membuat kita tidak mandiri di dalam banyak hal. Ditambah dengan sikap mental para pejabat yang mengambil keputusan, maka negara banyak dirugikan. Banyak yang mengatakan bahwa kita akan tetap menjadi bangsa kuli dan kuli dari bangsa lain. Kita menyediakan tenaga kerja yang dibayar murah, sumber daya alam dan pasar bagi produk pihak luar negeri yang dibuat di luar negeri dan Indonesia.

Masyarakat menyaksikan sikap berani Hugo Chavez dan Evo Morales terhadap kekuatan modal asing yang didukung AS dan kawan-kawan. Cukup banyak yang bertanya, apakah tidak mungkin kita meniru mereka? Kita paham bahwa apa yang dilakukan Chavez dan Morales belum tentu cocok bagi Indonesia, tetapi kita tidak ingin Indonesia makin jauh masuk ke dalam cengkeraman modal asing, karena penelitian membuktikan bahwa itu akan membuat nilai tambah pemanfaatan sumber daya alam kita sebagian besar akan lari ke luar negeri.

Pimpinan nasional menghadapi pilihan-pilihan yang amat sulit, antara keterbatasan modal nasional dan terkurasnya sumber daya alam yang nilai tambahnya lari ke luar negeri sehingga amat sulit untuk menyejahterakan dan mencerdaskan bangsa. Tetapi memang untuk tugas itulah pimpinan nasional dipilih oleh rakyat.

Salahuddin Wahid Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang