Sunday, October 29, 2006

Islam Itu Agama Paling Inklusif


Pemahaman keagamaan selalu ditentukan banyak faktor. Namun, pengalaman pribadi tiap orang dalam menghayati keagamaan adalah faktor terpenting. Demikian pendapat Endy Bayuni, pemimpin redaksi The Jakarta Post, Kamis (15/9) lalu, kepada Novriantoni dari Kajian Islam Utan Kayu (KIUK).

Seperti apa agama diperkenalkan kepada Anda sejak kecil?

Saya datang dari keluarga Minangkabau yang punya tradisi keagamaan (Islam) cukup ketat. Keluarga dan lingkungan saya begitu gigih dan kuat agamanya. Saya mendapat pendidikan agama, terutama dari orang tua, lingkungan, dan pengalaman hidup. Tapi, sebagian besar proses pendewasaan diri saya terjadi di luar negeri karena ayah saya seorang diplomat. Selama 25 tahun saya berada di luar negeri; di Birma, Thailand, Argentina, dan terakhir Inggris. Di Inggris saya mulai menginjak masa remaja.
Tapi, dari semua riwayat itu, masa yang paling penting dalam pembentukan pemahaman keagamaan saya mungkin waktu remaja berada di Inggris. Itulah saat saya mencari identitas dan juga mencari tahu siapa saya. Di situ pula pertanyaan mengenai agama kali pertama mulai dicari tahu.
Orang tua saya termasuk cukup banyak memberi tahu saya tentang agama. Di rumah kita dibesarkan oleh nilai-nilai Islam yang ketat. Di sekolah kita juga mendapat ajaran agama. Tapi, akhirnya pemahaman saya tentang Islam lebih banyak dibentuk pengalaman hidup. Apa yang diajarkan orang tua dan guru mengaji tentu juga masuk bagian proses saya mencari kebenaran.
Apakah Anda pernah giat membaca literatur tentang agama?Sewaktu kuliah di Inggris, saya ikut Islamic society. Di situ saya banyak membaca, bukan hanya literatur tentang Islam, tapi juga agama lain. Tapi, pengetahuan saya mengenai agama dan pemeluk agama lain lebih banyak dibentuk oleh pergaulan yang bersifat internasional.
Saya pernah punya teman-teman Yahudi walau di Indonesia kita selalu diberi tahu bahwa Yahudi itu jahat. Padahal, kalau kita teliti sejarah Islam, sebenarnya juga riwayat yang mengatakan bahwa orang Yahudi pernah menolong Rasul dengan memberi perlindungan ketika sedang dicari untuk dibunuh.
Jadi, ada dua sisi dari orang Yahudi dan itu pelajaran yang saya dapatkan dari proses pergaulan dengan teman-teman dari berbagai agama. Dari situ saya tahu, dalam kelompok agama apa pun selalu ada orang baik dan ada jahat. Di Yahudi ada yang baik dan ada juga yang jahat.
Juga di Kristen, ada yang baik dan yang jahat. Di Islam pun begitu. Pengalaman itu membentuk semacam keyakinan pada diri saya tentang pentingnya nilai-nilai pluralisme, terutama bagi saya pribadi.

Dengan pergaulan lintas agama, apakah Anda merasa keyakinan Anda terhadap Islam mencair begitu rupa?

Pengalaman saya menunjukkan, lewat pergaulan yang luas saya dapat mengenal orang-orang dari kelompok agama lain. Itu justru memperkuat keyakinan saya bahwa Islam adalah pilihan saya dan agama yang paling sempurna. Pergaulan semacam itu juga mengajarkan pada saya untuk menghormati orang dan kepercayaan agama lain. Justru di situ kita dituntut untuk bertoleransi, dengan catatan mereka juga harus menghormati kepercayaan saya.
Kalau itu yang dilakukan kedua pihak, saya pikir tidak akan ada masalah agama di dunia ini yang tidak bisa diatasi. Sebab, kalau tidak ada komunikasi, akhirnya yang ada hanya saling tidak tahu mengenai agama dan manusia lain. Terjadilah rasa curiga.

Mengapa Anda yakin Islam agama yang paling sempurna?

Sebab, saya melihat Islam paling inklusif. Pada 2003-2004, saya mendapatkan kesempatan menerima fellowship di Harvard University, Amerika Serikat. Saya mengisi beberapa sesi seminar di Teologi Harvard. Salah satu topik seminarnya adalah soal hubungan antaragama warisan Nabi Ibrahim, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Di situ pembicara dari agama Yahudi mengakui bahwa Islam adalah agama paling inklusif dibandingkan Yahudi dan Kristen. Argumennya, karena Islam mengakui keberadaan agama, kitab-kitab suci, dan nabi-nabi sebelumnya. Nabi-nabi mereka adalah nabi-nabi kita juga.
Sementara itu, agama yang diturunkan sebelum Islam, misalnya Kristen, tidak mengakui keberadaan Islam. Mungkin karena Islam datang sesudah keduanya. Jadi, masuk akal kalau dalam kitab mereka tidak diajarkan harus menghormati Islam (karena barangnya belum ada, Red). Kita tahu, Yahudi adalah agama yang diturunkan buat suku/ras yang spesifik, yaitu Bani Israel.

Karena paling inklusif, pemeluk Islam harus lebih toleran kepada pemeluk agama lain?

Ya. Jadi, seharusnya kita sebagai pemilik agama ini lebih toleran terhadap agama lain. Kita mengerti agama mereka mungkin juga diterima di sisi Allah. Di Islam, kita diajarkan juga untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan agar diterima di sisi Allah.
Pandangan seperti Anda mungkin dianut juga oleh orang yang konservatif sekalipun di dalam Islam. Tidakkah pandangan seperti itu bisa terjatuh pada anggapan bahwa agama lain sudah terdistorsi dan karena itu Islam datang melengkapi, dll? Dalam soal ini, kita harus kembali pada ayat Alquran yang mengatakan, "bagimu agamamu, bagiku agamaku". Dengan itu, kita bisa menganut agama berbeda, tapi tetap saling menghormati. Saya menekankan bahwa Islam itu bebannya lebih besar untuk toleransi.
Di sini kita kadang menemukan keberatan masyarakat Islam terhadap pembangunan gereja di lingkungan mereka. Mereka curiga gereja akan digunakan untuk sarana pemurtadan.
Anggapan seperti itu sebenarnya tidak selalu salah. Sebab, di Kristen juga diajarkan agar orang lain dirangkul untuk masuk Kristen. Mereka kadang bisa melakukan itu dengan jiwa yang lebih kuat dari orang Islam.
Tapi, kita juga ditugaskan untuk dakwah dengan batasan tertentu. Kalau tidak diterima, tidak apa-apa. Tapi, kadang orang Kristen masuk dan melakukan itu karena rasa cinta dan perasaan ingin menyelamatkan tetangganya.
Karena itu, saya katakan, kecurigaan seperti itu kadang juga benar. Tapi, jawaban atas kecurigaan itu bukan dengan melarang pemeluk Kristen membangun gereja. Itu sudah hak mereka yang diberikan negara dan dijamin undang-undang. Solusinya, bagaimana umat Islam lebih memperkuat iman sendiri terhadap Islam; bukan melarang, apalagi merusak. Sebab, itu sudah mengarah ke tindak kriminal.

Tapi, mengapa persoalan rumah ibadah baru sangat menonjol beberapa tahun terakhir?

Kalau sekarang bermasalah, sedangkan dulu tidak, berarti ada perubahan. Salah satu di antaranya adalah semakin banyaknya kecurigaan terhadap usaha dakwak Kristen. Memang, ada beberapa kasus yang terjadi. Kasus-kasus itu lalu menimbulkan citra bahwa proses pemurtadan memang terjadi di masyarakat. Tapi, memang lebih banyak kecurigaan daripada apa yang sebenarnya terjadi. Kadang ada satu dua kasus yang terjadi, lalu itu digeneralisasi.
Penjelasan lainnya: di kalangan muslim sendiri terjadi krisis ketidakpercayaan diri terhadap agama sendiri. Itu harus diperbaiki. Karena itu, kita harus membangun nilai-nilai Islami, pertama di rumah sendiri, lalu di lingkungan tempat kerja, dan sekolah.

Anda punya kritik tehadap klaim keselamatan sepihak tiap-tiap agama?

Setiap agama memang punya klaim tentang keselamatan dan dengan itu, agamanyalah yang dianggap jalan ke surga. Bagi Kristen, untuk selamat, seseorang harus masuk Kristen. Tapi, di Islam, ada ayat -saya tidak ingat- yang intinya mengatakan bahwa kita harus berlomba-lomba menuju kebajikan agar bisa diterima di sisi Allah. Ada lagi ayat yang mengatakan bahwa agama-agama yang diturunkan melalui Nabi Ibrahim dan keturunannya pun diterima di sisi Allah.
Jadi, Islam sebenarnya mengakui bahwa jalan ke surga tak mesti melalui Islam. Tapi, sebagai orang Islam, saya yakin bahwa Islam yang terbaik dan sempurna untuk membentangkan jalan ke surga.
Bahwa ada yang mengatakan harus melalui Kristen, kita juga harus hormati. Kita tidak bisa memaksakan. Dalam Islam kan juga dikatakan bahwa soal kepercayaan tidak boleh ada pemaksaan. Jadi, pandangan seperti itu harus kita terima juga.
Apa pandangan Anda tentang teori kebenaran relatif tiap-tiap agama?Kita semua memang sedang mencari kebenaran. Saya pikir, agama hanya instumen untuk sampai ke sana. Kalau dalam Islam, Alquran dan hadis yang digunakan untuk mendapatkan kebenaran. Tapi, sebetulnya kehidupan kita sejak lahir sampai meninggal adalah proses untuk mencari kebenaran. Jadi, kalau dibilang relatif, benar juga. Tapi, kita juga harus punya keyakinan tentang bagaimana harus mengajarkan Islam kepada anak-anak.

Apa pandangan Anda tentang keragaman kelompok keagamaan dalam Islam?

Itu merefleksikan kenyataan yang ada dalam kehidupan. Artinya, di tingkat individu sendiri pemahaman tiap orang tentang agama akan sangat berbeda. Pemahaman saya tentang Islam dengan Anda mungkin berbeda karena kita telah menjalani pengalaman hidup yang berbeda.
Tapi, saya tak bisa mengatakan bahwa Islam saya lebih bagus daripada Anda. Kalau mengklaim begitu, itu justru bukan bernama Islam, tapi kesombongan. Yang akan mengatakan bahwa orang itu Islamnya lebih baik daripada yang lain hanya Allah sendiri. Makanya, kita dianjurkan berlomba-lomba berbuat lebih baik agar diterima di sisi Allah.
Adanya organisasi-organisasi keagamaan seperti NU atau Muhamadiyah hanya menggabungkan pemeluk Islam ke dalam kelompok yang kira-kira punya titik kesamaan. NU punya tradisi yang kuat di Jawa pedesaan, sementara Muhamadiyah lebih banyak diikuti orang-orang perkotaan atau kaum pedagang. Tapi, saya yakin, di Muhamadiyah sendiri banyak terjadi perdebatan mengenai pemahaman Islam, demikian juga di NU.
Jadi, yang ada adalah keragaman pemahaman. Kitabnya sama, Rasulnya sama, Tuhannya pun sama. Tapi, dalam soal pemahaman, selalu akan didasarkan pada pengalaman hidup masing-masing.

( Wawancara menarik diatas saya kutip dari Jawapos edisi 22 Sept. 2006 )
Foto : Brilian Putra A

Meng-apresiasi-diri dengan IDUL FITRI

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilhamdu.
Gemuruh dan spirit takbir dan tahmid kembali berkumandang, menyertai semangat umat untuk memaknai dan menemui kembali satu dari dua hari besar umat Islam, yaitu Idul Fitri.
Setelah satu bulan Ramadhan lamanya umat menempa dan mengasah jati diri dan fitrahnya dengan beragam kegiatan ibadah mahdhah seperti puasa, shalat tarawih, shalat berjamaah, tadarus Alquran, iktikaf, juga dengan ibadah ijtima'iah (sosial) seperti zakat mal, zakat fitrah, infak dan sedekah, silaturahim dalam forum buka puasa maupun sahur baik dengan sesama kolega maupun dengan para yatim dan dhuafa lainnya, bahkan dengan semangat untuk mudik pulang kampung, atau juga dengan ibadah ilmiah seperti dengan mendengarkan ceramah kajian agama yang begitu penuh sepanjang waktu dengan ragam ustadz dan beragam materi, layaklah bila satu bulan Ramadhan ini diharap mampu mengasah kepekaan umat untuk kembali pada jati dirinya nan fitri itu. Apalagi dengan datangnya bulan Ramadhan umat telah secara sukarela, penuh ketaatan dan kekuatan, berani melaksanakan perintah merealisasi syariah berpuasa satu bulan Ramadhan lamanya. Sekalipun untuk melakukan itu harus mengubah jadwal kegiatan harian termasuk aktivitas makan minum dan hubungan suami istri.

Modal besarUpaya keras yang telah dilakukan umat selama satu bulan lamanya itu, diharapkan mampu memberikan dorongan yang lebih kuat untuk menjadikannya modal besar bagi pengisian dan pemaknaan aktivitas kehidupan sesudah Ramadhan hingga datang kembali Ramadhan di tahun depan. Apresiasi ini dirasa penting dan mendesak untuk diketengahkan. Sebab, berbilang kali Ramadhan telah dilalui, tetapi kehidupan umat pasca-Ramadhan selalu seolah hanya pengulangan rutin.

Seolah-olah mereka belum lulus di dalam merealisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam aktivitas beragam ibadah di bulan Ramadhan. Kekerasan di dalam rumah tangga, tawuran antarkampus dan antarkampung terus terjadi. Begitu juga perusakan lingkungan seperti illegal logging, pembakaran hutan, lumpur panas Lapindo Brantas, perusakan kemanusiaan dengan woman trafficking, narkoba, flu burung, pelanggaran hukum seperti KKN, terorisme, mafia peradilan, berkelanjutannya pemiskinan, meningkatnya jumlah pengangguran, bahkan juga meningkatnya jumlah anak-anak korban gizi buruk.

Di tengah meningkatnya jumlah jamaah umrah dan haji, dua bentuk ibadah yang lazim mengiringi ibadah puasa, tragedi-tragedi kemanusiaan seperti di atas menjadi ironi. Karena itu, layak untuk bermuhasabah dikaitkan dengan susah payah menahan nafsu lapar dan dahaga selama satu bulan Ramadhan lamanya.

Mengapresiasi capaian umat untuk kembali ke jati dirinya nan fitri karenanya menjadi sesuatu yang semakin mendesak untuk diketengahkan. Tujuannya, agar umat menyadari tentang keunggulan potensi diri, juga bekalan yang dimiliki agar rasa percaya diri umat semakin lebih tinggi untuk setapak demi setapak dapat mengatasi beragam peristiwa dan tantangan yang menghadang di sepanjang perjalanannya. Dengan demikian, bisa memaknai kehidupan setelah bulan Ramadhan hingga ke Ramadhan mendatang berbingkaikan kesadaran akan sukses kembali kepada jati diri nan fitri itu.

Jati diri nan fitriTetapi apakah sesungguhnya jati diri yang dipentingkan di sini? Jawabannya adalah apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW: ''Setiap anak Adam dilahirkan dalam kondisi jati diri nan fitri. Kedua orang tuanyalah (lingkungannya) yang potensial dapat mengubah jati diri itu kepada yang lainnya.'' (HR Bukhari Muslim). Dari titik ini kita memahami bahwa Idul Fitri, yaitu hari raya yang telah Allah hadirkan untuk umat agar dapat kembali kepada jati dirinya nan fitri dalam segala dimensinya.
Fitri dalam dimensi akidah bila diwujudkan akan memunculkan pribadi beriman benar dan kuat. Ini akan mendorongnya untuk terus beramal saleh sehingga menghadirkan sikap hidup yang aman dan amanah.

Fitri dalam dimensi sejarah yang akan mendorong umat untuk menjadi bagian dari pelaku sejarah yang positif dan konstruktif, seperti yang ditegaskan di dalam surat Al-Baqarah ayat 183. Dengan demikian, ia tidak akan mengulangi faktor-faktor kegagalan yang pernah muncul dalam sejarah umat. Sebaliknya ia akan terdorong untuk mengulangi faktor sukses dan kemudian menjadikannya sebagai modal untuk peran serta membangun peradaban berbasiskan kepada kefitrahan nan hanif itu.

Fitri dalam dimensi sosial memungkinkan umat menjadikan capaian selama Ramadhan itu untuk menyemangati modal sosial yang akan menjadi pintu besar dalam mengokohkan soliditas dan solidaritas umat. Dua hal itu sangat penting bagi umat di tengah kekhawatiran akan semakin mengeringnya modal sosial yang menyebabkan mereka mudah terbakar provokasi atau stigmatisasi. Jadi, kuatnya modal sosial akan menjadi modal bagi kuatnya kesatuan nasional.

Begitu juga fitri dalam bidang ekonomi. Kembali memaknai capaian-capaian penting Idul Fitri akan memberi semangat akan adanya kesadaran yang selalu membaharu. Yakni, bahwa umat adalah pasar yang sangat besar, transaksi-transaksi untuk kemaslahatan umat yang sesuai dengan kaidah-kaidah syariah ternyata bisa dilakukan dan juga sangat menguntungkan.
Dengan demikian, maka ke depan umat tidak hanya dijadikan sebagai pasar untuk dieksploitasi tapi justru untuk diapresiasi. Juga dalam bidang politik. Memaknai hadirnya jati diri dengan Idul Fitri diharapkan akan menguatkan terus-menerus komitmen dari berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan berpolitik, seperti kalangan eksekutif, yudikatif, maupun legislatif, juga kalangan partai politik dan pemilik kedaulatan tertinggi yaitu rakyat.

Bermakna dan berdaya gunaKesadaran akan capaian mereka kembali kepada jati diri nan fitri itu diharapkan akan menjadi semacam pengawasan yang melekat dan bahkan spirit dari dalam diri yang kuat untuk menjaganya dan menjauhkannya dari hal yang mengotori dan bisa membatalkannya. Ada semangat untuk terus-menerus berupaya lebih baik merealisasikan janji maupun amanah yang telah diberi.

Ada kesadaran dan semangat menghadirkan komitmen mewujudkan sebelas bulan puasa Ramadhan lebih baik dari sebelas bulan Ramadhan yang lalu. Baik dalam produktivitas dan kualitas menghadirkan pelayanan dalam semangat good and clean government, melanjutkan agenda reformasi termasuk reformasi birokrasi, menegakkan hukum dan memberantas KKN, mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian di tengah publik. Melaksanakan hak asasi manusia (HAM) juga kewajiban asasi manusia (KAM) untuk mewujudkan demokratisasi. Ini pada ujungnya semakin membuktikan bahwa Islam dan demokrasi bukanlah dua hal yang perlu dipertentangkan. Sebab, umat Islam di Indonesia --yang merupakan komunitas Islam terbesar di dunia dalam satu negara-- telah mampu untuk yang kesekian kalinya melakukan demokratisasi dengan secara berkualitas.

Mengapresiasi jati diri umat Muslim --dengan aktivitas beridul fitri yang begitu heboh tapi tetap syahdu, biasanya diekspresikan dengan ungkapan ''Minal Aidzin wal Faizin, mohon maaf lahir dan batin'', bahkan dengan proses pulang kampung-- diharapkan akan mampu menghadirkan kesadaran baru betapa mereka hanyalah anak manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Mereka masih rindu bertemu dengan ayah ibu, handai tolan, sanak famili di kampung halaman. Pertemuan-pertemuan itu adalah sarana untuk menguatkan capaian-capaian kembali kepada jati diri nan fitri. Bukan wahana pamer kesuksesan diri --yang bisa jadi merusak suasana kembali kepada fitri-- karena ia akan potensial mewujudkan sikap iri dan dengki.

Karenanya, pulang kampung dengan silaturahim hendaklah menghadirkan realisasi akan kesadaran telah pulangnya kita kepada jati diri nan fitri. Karena, akan menebar kasih sayang serta kesiapan diri untuk kembali kepada jati diri, bertemu dengan asal-usul, termasuk dengan akar budayanya.

Dengan demikian, kembali kepada jati diri nan fitri berarti juga mengapresiasi kearifan-kearifan lokal di kampung halaman seperti masih kentalnya sikap saling menghormati, gotong royong, keramahan yang tulus, ketabahan menjalani kehidupan, kerja keras mengisi kehidupan, dan tetap rajin menjalankan ibadah. Bila kearifan semacam ini dapat diserap, maka ia akan menjadi oleh-oleh yang lebih berharga untuk dibawa kembali ke kota. Oleh-oleh yang dapat mencerahkan kehidupan di kota agar terurai dari segala kesemrawutannya, sesuatu yang sesungguhnya tak sesuai dengan capaian kembali kepada jati diri nan fitri itu.
Dengan semangat inilah, sebagaimana yang diajarkan dalam kandungan surat An-Nashr, seluruh kegiatan halal bihalal --yang biasanya mengiringi kegiatan sesudah beridul fitri-- akan semakin bermakna dan berdaya guna untuk umat di desa maupun di kota, di negara tercinta Indonesia bahkan di dunia. Sebab, ia sesungguhnya bukanlah dihidupkan untuk seremonial belaka. Selamat beridul fitri, selamat mengapresiasi hadirnya kembali jati diri, mohon maaf lahir dan bathin. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilhamdu

Sumber : Tulisan Hidayat nur Wahid ( Republika. Oct.26.2006 )

Saturday, October 28, 2006

MAAF ...

Sebuah kata yang dapat mengubah dunia . . .
MAAF

Hanya dua suku kata.
Mudah diingat.
Sangat Sederhana.
Itulah kata MAAF

Bisa mengubah yang tidak mungkin jadi mungkin
Mengubah kesedihan menjadi kegembiraan
Mengubah perlawanan menjadi perkawanan
Menghilangkan kedengkian dan menumbuhkan rasa cinta

Selamat Idul Fitri 1427 H, Maaf Lahir Batin


Amiruddin & Keluarga

Wednesday, October 25, 2006

Koran Edisi Lebaran . . .


Lebaran 1427 H memang tidak bersamaan, ada yang tgl 23 Oct. 2006 dan ada yang 24 Oct.2006; apakah tidak bisa kompromi dan menyatukan persepsi tentang H-0 Hari Raya ini?? Perbedaan memang rahmat, apakah beda penentuan hari raya ini juga rahmat????

Tanya Kenapa????

Keterangan : Koran JP Edisi Senin Oct.23.2006

Mudik yang cuman sebentar . . .

Mudik lebaran tahun ini adalah yang paling tersingkat. Sebenarnya rencana mudik tahun ini adalah yang paling lama, yaitu berangkat tgl 22 Oct.2006 dan balik 26 Oct.2006. Tapi apa yang terjadi, kami sekeluarga harus segera balik ke Jombang tgl 24 Oct.2006 habis Shalat ID di masjid Taqwa Pandean ( tentunya sudah bersalam-salaman dengan orangtua dan beberapa keluarga, kecuali keluarga Om Nis dan Om Heru, karena belum muncul...). Berikut liputannya :

Perjalanan dari Jombang start jam 05.00 ( 22 Oct.06 ), kami bertiga ( saya, my wife, Brilian, dan si Baby Vanadia ) meluncur dengan si Blacky dengan membawa bekal perlengkapan untuk mudik selama lebaran secukupnya. Brilian sudah tak sabar lagi untuk segera ketemu sama si Mbahnya. Vanadia ( baru umur 4 bulan ) adalah saat pertama mengunjungi rumah Mbahnya dan merupakan lebaran pertama.

Dengan mengambil rute Jombang - Babat - Tuban - Pati - Tayu, perjalanan cukup lancar dan tidak ada gangguan apapun. Total menempuh jarak 250 Km dan dengan kecepatan rata-rata 60 Km / jam dan dengan disertai istirahat beberapa kali akhirnya jam 11.30 udah nyampai di rumah si Mbah. Infrastruktur jalan raya relatif lebih bagus ( hampir tidak ada jalan yang jelek ) karena barusan selesai diperbaiki. Kondisi jalan raya Babat - Tuban yang 2 bulan lalu banyak yang berlubang, sekarang sudah mulus.

Hari Pertama ( Oct.22.2006 - Minggu ) : Setelah istirahat beberapa jam, sekitar jam 15.00 berangkat ke Pati bersama Mbah Ri, Mbah Mu dan tante Asiyah, tak ketinggalan BRILIAN pasti ikut. Pertama ngantar tante Asiyah beli oleh2 di Toko Surya, kemudian ngantar Mbah Ri untuk beli Jam tangan. Tapi dari beberapa toko jam yang di survey tidak ada yang cocok.
Kemudian istirahat sebentar di Masjid Jami' alun2 kota Pati, sambil mbungkus ES Buah untuk oleh2 di rumah. Sambil menunggu saat berbuka puasa, kami sempat berputar - putra di kota Pati. Jam 17.15 kami sudah sampai di warung soto kemiri pak Lasdi Trazan ( berdasar rekomendasi dar Mbah Ri katanya enak ). Tepat jam 18.35 saat berbuka tiba, hidangan lengkap
sudah ada di meja ( soto ayam, es buah, es teh dll , ayam goreng dll )
Brilian, Mbah Mu dan Tante Asiyah habis 1 mangkok saja, saya dan Mbah Ri 2 mangkok ), memang sotonya punya rasa khas. Setelah kenyang kami segera cabut dan segera meluncur ke rumah Kak Nam di Trangkil untuk sholat Maghrib sambil beli Martabak special untuk oleh2 my wife yang sedang nunggu di rumah.

Hari Kedua ( Oct.23.2006, Senin )
Hari ini sebenarnya aku sudah nggak ada niat untuk puasa. Karena menurut Muhammadiyah dan PWNU Jatim telah mengumumkan bahwa Senin sudah masuk 1 Syawal. Tetapi keluarga masih melaksanakan sahur, terpaksa saya ikut meskipun ragu2, mungkin nanti siang bisa mokel kalau udah lihat berita di TV karena sudah banyak yg berlebaran. Hari ini rencananya adalah mengunjungi rumah Pak dhe Anam yang baru di Pati bersama kedua anak saya dan Istri.
Bersama Budhe Murni, Diki, Brilian, Vanadia dan istri saya berangkat ke Pati. Sesampai di rumah Pak dhe Anam, saya nonton liputan 6 SCTV dan Berita di Metro TV, ternyata sudah banyak warga Jatim yang sudah berlebaran. Dari situlah saya berniat untuk membatalkan puasa saya, karena saya pikir kami sekeluarga sudah menunaikan zakat fitrah. Setelah beristirahat beberapa lama di rumah baru, kami segera balik dan sampai rumah si Mbah jam 18.00, malam takbiran menurut versi pemerintah.

Malam Takbiran
Setelah beristirahat beberapa saat, kembali kami mengadakan perjalanan untuk melihat situasi malam takbiran di Tayu, Bulumanis, dan sampai Trangkil, si Brilian masih ingin maen sama mas Diki katanya.

Hari Ketiga ( Oct.24.2006 , Selasa )
Pagi hari Sholat Id di Masjid Taqwa ( meskipun hari Senin sudah nggak puasa ), setelah sholat ID berlebaran dengan keluarga dan sudara serta tetangga sekitar. Setelah itu balik Jombang, karena ada "emergency call"

Terimakasih semua " Mohon Maaf Lahir Batin "

Tuesday, October 17, 2006

Belajar Tenis Lapangan dari NOL . . .























Sudah beberapa minggu ini saya menyempatkan diri untuk ber-olah raga. Pilihan jatuh ke olah raga Tenis lapangan, meskipun belum pernah pegang raket sekalipun. Dengan tujuan untuk kesehatan, saya sempatkan diri untuk belajar Tenis setiap hari Senin, Selasa, dan Sabtu sore.
Mumpung ada pelatihnya, dan yang penting SEHAT.

Sejarah tenis
Terdapat berbagai jenis permainan yang menggunakan raket yang dimainkan dewasa ini dan tenis merupakan salah satu permainan yang paling disukai. Menurut beberapa catatan sejarah, permainan menggunakan bola dan raket sudah dimainkan sejak zaman purbakala, yaitu di Mesir dan Yunani. Pada abad ke-11, sejenis permainan iaitu jeu de paume yang menyerupai permainan tenis kini, telah dimainkan buat pertama kali di sebuah kawasan di Perancis. Bola yang digunakan disalutkan dengan benang berbulu, manakala pemukulnya hanyalah tangan.
Permainan ini kemudian diperkenalkan ke Italia dan Inggris pada abad ke-13. Ia mendapat sambutan yang hangat dalam masa yang singkat. Banyak peminatnya ternyata di antara rakyat setempat terhadap permainan ini. Sejak itu perkembangan tenis terus meningkat ke negara Eropa yang lain.
Raket bertali pula diperkenalkan pertama kali pada abad ke-15 oleh Antonio da Scalo, seorang pastur berbangsa Italia. Beliau menulis undang-undang umum bagi semua permainan yang menggunakan bola termasuk tenis. Majalah Inggeris Sporting Magazine menamakan permainan ini sebagai tenis lapangan. Dalam buku Book of Games And Sports yang diterbitkan dalam tahun 1801 menyebut sebagai tenis panjang. Tenis, pada mulanya merupakan permainan golongan atasan. Tenis gelanggang rumput yang terkenal di zaman Ratu Victoria disertai oleh golongan menengah yang menjadikannya sebagai permainan luar.
Klub tenis pertama yang didirikan ialah Klub Leamington di Perancis yang telah diasaskan oleh J. B. Perera, Mejar Harry Gem, Dr. Frederick Haynes dan Dr. Arthur Tompkins pada tahun 1872. Pada masa itu, tenis dikenali sebagai pelota atau lawn rackets. Dalam tahun 1874, permainan tenis telah pertama kali dimainkan di Amerika Serikat oleh Dr. James Dwight dan F. R. Sears. Sementara itu, All England Croquet Club pula telah didirikan pada tahun 1868. Dua tahun setelah itu, ia telah membuka kantornya di Jalan Worple, Wimbledon. Pada tahun 1875, kelub ini juga telah bersetuju memperuntukkan sebagian dari tanahnya untuk permainan tenis dan badminton. Sehubungan dengan itu, satu set undang-undang permainan tenis gelanggang rumput telah ditulis. Amerika Serikat pula telah mendirikan kelub tenisnya yang pertama di Staten Island. Bermula dari situlah, Amerika Serikat telah berkembang dengan pesat sekali dalam permainan tenis. Ia telah berjaya melahirkan begitu ramai sekali jaguh tenis yang telah menguasai persada tenis antarabangsa.
Kejuaraan Tenis pertama bermula tahun 1877.

Lapangan
Lapangan tenis
Lapangan tenis dibagi dua oleh sebuah jaring yang di tengah-tengahnya tingginya persis 91.4 cm dan di pinggirnya 107 cm. Setiap paruh lapangan permainan dibagi menjadi tiga segi: sebuah segi belakang dan dua segi depan (untuk service).
Lapangan dan beberapa seginya dipisahkan dengan gatis-garis putih yang merupakan bagian dari lapangan tempat bermain tenis. Sebuah bola yang dipukul di luar lapangan (meski tidak menyentuh garis) dikatakan telah keluar dan memberi lawan sebuah nilai.

Teknik bermain

Forehand: sebuah pukulan di mana telapak tangan yang memegang raket dihadapkan ke depan.
Backhand: sebuah pukulan di mana punggung tangan yang memegang raket dihadapkan ke depan.
Groundstroke: sebuah pukulan panjang yang membutuhkan seluas lapangan.
Slice:
Spin:
Dropshot:
Smash: sebuah pukulan keras yang menghantam sebuah bola tanpa menyentuh tanah di atas kepala dan diarahkan ke lapangan sang lawan.
Volley:

Turnamen tenis
Ada beberapa turnamen tenis yang terkenal:
Piala DavisWimbledon (atau All-England)
Perancis Terbuka (atau Roland Garros)
AS Terbuka
Australia Terbuka

Monday, October 16, 2006

Agar Tak Tekor Setelah Lebaran


Sikapi tunjangan hari raya dengan bijak. Awali dengan rencana anggaran.

"Ayo, belanja baju. Sudah dapat THR, kan?" ucap Fera, 20 tahun, kepada kakaknya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta. Ajakan seperti ini bakal lebih sering terdengar, khususnya di hari-hari menjelang Idul Fitri.
Apa boleh buat, THR atau tunjangan hari raya memang sudah lama identik dengan kegiatan belanja. Apalagi Lebaran tinggal sepekan lagi. Benarkah anggapan demikian?
Bicara tentang THR, menurut Ahmad Gozali dari biro konsultasi perencanaan keuangan Safir Senduk dan rekan, sebaiknya awali dengan membuat rencana anggaran. Sudah barang tentu, dalam merancang anggaran, tidak bisa dipukul rata karena setiap orang menerima jumlah yang berbeda. "Umumnya satu bulan gaji," katanya.
Dengan kata lain, di hari-hari ini karyawan menerima gaji dua kali lipat. Patut disyukuri tentunya. Sebab, tidak semua orang mendapat rezeki yang sama. Bahkan ada yang tahun ini mungkin tak kebagian THR.
Saat ini THR, bagi sebagian pekerja, bisa menjadi bonus satu-satunya yang diterima dari perusahaan. Jadi bisa disamakan dengan gaji ke-13. "Namun, bagi karyawan di perusahaan lain, terkadang cukup beruntung mendapatkan bonus lain di luar THR," ungkap Gozali.
Itulah yang dialami Tina, 34 tahun, karyawan swasta di Jakarta. Di perusahaannya, ia tak selalu mendapat bonus tahunan. Itu sebabnya, "Dana THR mesti dipikir-pikir, bagaimana cara menikmatinya," ujar Tina.

Nah, agar THR tetap bermanfaat, perlu strategi pengelolaan. Gozali menyarankan pisahkan antara pengeluaran rutin bulanan dan pengeluaran yang sifatnya tidak rutin, seperti beli baju baru, makanan Idul fitri, silaturahim, dan mudik. Jika tidak dipisahkan, biasanya anggaran rutin bulanan akan ikut jebol karena ada justifikasi pengeluaran yang lebih besar di bulan puasa.
Padahal, kalau mau jujur, di bulan puasa ini pengeluaran sehari-hari seharusnya bisa berkurang dibanding biasanya karena para karyawan tidak mengeluarkan uang saku untuk makan siang. Selain itu, sebagian besar orang memilih makan di rumah bersama keluarga sehingga biaya jalan-jalan dan makan di luar bakal terpangkas.

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, seperti mudik, pakaian, dan penganan, ada baiknya dipisahkan dari anggaran rutin. "Manfaatkan uang THR," tutur Gozali. Dengan cara ini, penggunaan THR bisa lebih terkontrol karena sudah diperhitungkan sebelumnya.
Jika cukup taat dalam membagi kebutuhan bulanan dan Lebaran, tidak ada salahnya memikirkan tabungan. Tapi, Gozali melanjutkan, ada syaratnya, "Sisihkan sejak awal untuk tabungan. Jangan disisakan di akhir. Sebab, kalau menunggu sisa, rasanya sulit dilakukan."
Lain halnya dengan Tina. "Kalau saya sih THR, ya, untuk digunakan, kan memang itu peruntukannya. Saya tak pernah menyisihkan untuk menabung," katanya lugas.
Cara pandang Tina, menurut Gozali, kurang tepat. Bukankah saat menerima gaji pun tidak semua dipakai kegiatan konsumtif. Umumnya sekitar 30-40 persen dari gaji dipakai untuk membayar utang dan menabung.

Sedangkan untuk konsumsi diambil dari sisanya sebesar 60-70 persen, bahkan bisa kurang jika sudah memiliki program menabung yang tetap. "Kenapa tidak kita perlakukan saja THR seperti gaji bulanan. Sayang, jika semuanya langsung dihabiskan," ujar Gozali lagi.
Di lain pihak, meski dianjurkan untuk tidak dihabiskan, akan lebih bijak bila THR dialokasikan untuk membayar utang. Apalagi jika THR tersebut merupakan satu-satunya bonus yang diterima dari perusahaan.

Betul Lebaran menjadi sarana bersukacita dan tasyakur. Tapi, seperti yang diingatkan Gozali, "Bagaimana mau sukacita kalau masih khawatir dengan lilitan utang yang menumpuk. Memang kita punya hak untuk menikmati Lebaran. Karena itu, bayarkan saja sebagian untuk utang."
Yang jelas, untuk utang yang sifatnya fleksibel, seperti kartu kredit, pembayaran yang dipercepat dengan THR akan mengurangi secara signifikan saldo utang dan sisa bunga yang harus dibayar. Namun, untuk utang yang sifatnya jangka panjang, seperti KPR misalnya, memang efeknya tidak akan terlalu besar.

Bila semua anggaran hari raya sudah terencana, selalu ada celah munculnya kebutuhan tak terduga. Tapi yang tak terduga pun pada dasarnya bisa diakali agar tetap bisa berhemat. Misalnya kebiasaan memberi hadiah kepada kerabat.
Menurut Gozali, kebiasaan masyarakat ini ada sisi baiknya. "Kita memang dianjurkan untuk mengekspresikan rasa syukur dengan memberi hadiah. Dalam Islam dianjurkan sebagai bukti cinta kasih dan dapat mempererat tali silaturahmi."

Namun, tidak bijak ketika orang memaksakan diri untuk memenuhi kebiasaan ini. "Namanya bukan tasyakur lagi. Apalagi ada rasa keterpaksaan, bahkan mungkin sampai berutang," Gozali melanjutkan.
Karena itu, ketika memberikan bingkisan, tentukan dulu prioritasnya. Misalnya hadiah hanya diberikan kepada anak-anak. Hadiah pun tidak harus berupa uang. Bisa juga berupa benda istimewa tapi tidak mahal. "Sekadar ide saja, jika saudara-saudara yang lain sudah membagi uang, kita bisa memberikan celengan," katanya.
Selain itu, perlu diperhatikan agar jangan sampai hadiah Lebaran ini jadi bibit sifat "matre" pada anak-anak. Contohnya menghadiahi uang berdasarkan prestasi puasa. Jika puasanya penuh, si anak akan menerima lebih banyak daripada yang puasanya masih bolong. Meski mungkin cara ini bisa mendorong motivasi puasa bukan karena ibadah, ada sisi positifnya.

( dari Korantempo.Oct.15.2006)

Kenali Isi Desktop PC

Kebutuhan terhadap komputer desktop hampir-hampir menjadi kebutuhan yang mutlak bagi setiap rumah tangga. Saat ini ada beragam jenis komputer desktop. Mulai komputer rakitan dengan harga Rp 4 jutaan hingga komputer edisi terbatas khusus untuk para gamer yang harganya mencapai US$ 10 ribu atau Rp 92 juta.
Namun, sebelum memilih komputer desktop, ada baiknya Anda mengenal lebih jauh komponen-komponen utama komputer desktop sebagai berikut.

Prosesor
Prosesor, atau lengkapnya mikroprosesor, adalah otak dari sistem komputer. Ia bertugas mengolah dan memproses seluruh operasi komputer, baik operasi logika, aritmetika, hubungan antarperangkat, maupun sistem kontrolnya.
Ada dua merek prosesor yang dipakai secara luas di pasar, yaitu Intel dan AMD. Keduanya sudah menyediakan prosesor yang memiliki inti ganda (dual core) yang lebih cepat. Bahkan tahun depan keduanya bakal merilis prosesor dengan empat inti (quad core).
Untuk Anda yang mempunyai bujet terbatas, Anda bisa memilih prosesor CPU dengan kecepatan 2,4-3,0 gigahertz (GHz), sementara untuk kelas menengah 2,8-3,2 GHz, dan untuk prosesor canggih kecepatannya paling tidak 3.4 GHz.

Memori (RAM)
Random Access Memory (RAM) adalah komponen memori yang bertugas menyimpan program serta data yang hendak diolah oleh pengguna. Ia berbeda dengan Read Only Memory yang menyimpan program permanen untuk menjalankan sistem komputer.
Kapasitas RAM sangat penting, karena bila memori tidak cukup, komputer tak bisa bekerja secara optimal. Saat ini minimal Anda harus menggunakan RAM sebesar 512 megabita (MB), bahkan bagi komputer bujet hemat sekalipun. Untuk menunjang kinerja yang lebih baik, sebaiknya komputer menggunakan RAM sebesar 1 gigabita (GB).
Jenis memori yang dipakai secara luas saat ini adalah Double Data Rate (DDR), yang bisa melakukan transfer data lebih cepat dari single data rate, atau DDR2 yang memiliki kecepatan clock lebih tinggi dari DDR.

Hard Drive
Hard drive atau hard disk adalah media penyimpanan besar yang terpasang secara permanen pada komputer. Gunakan setidaknya hard drive berkapasitas 80 GB dan berkecepatan putar 7.200 rpm (rotasi per menit), walaupun saat ini sudah ada yang berkecepatan 1.500 rpm.
Drive Optik
Pembakar DVD berguna untuk membaca sekaligus menulis data pada cakram DVD. Sebaiknya Anda menggunakan pembakar DVD multiformat berkecepatan 16x, dan Dual/ Double Layer, untuk cakram berkapasitas lebih banyak. Atau paling tidak sediakan CD-RW/DVD combo drive berkecepatan 24x, untuk penyimpanan CD sekaligus pemutar DVD.

Kartu Video/Grafik
Kartu grafik/video adalah perangkat yang mempengaruhi tampilan gambar pada monitor. Dengan kartu grafik yang baik, kualitas tampilan di layar akan lebih halus, tajam, dan akurat. Pilihlah kartu grafik yang mendukung DirectX 9 (aplikasi antarmuka untuk multimedia) dan paling tidak memiliki memori sebesar 128 MB.

Monitor
Tanpa monitor, komputer tak bisa berfungsi apa-apa. Bahkan, tanpa monitor yang bagus, kartu grafis sebaik apa pun tak akan berpengaruh. Anda bisa memilih monitor tabung (cathode ray tube/CRT) atau monitor tipis liquid crystal display (LCD). CRT murah tapi boros tempat, sementara LCD lebih tipis walaupun lebih mahal. Namun, LCD juga memiliki berbagai keterbatasan bila dibandingkan dengan tabung CRT. Ia, antara lain, tak bisa menampilkan gambar dengan berbagai resolusi, memiliki waktu respons yang lebih lambat, memiliki sudut pandang yang lebih terbatas, dan tentu saja lebih ringkih.

( dari Korantempo.Oct.15.2006)

Saturday, October 14, 2006

Mengenal Metode Competency Based Interview

Sampai saat ini wawancara masih menjadi salah satu metode seleksi yang paling disukai oleh para praktisi HRD di Indonesia. Belakangan ini telah berkembang suatu metode wawancara yang makin meluas penggunaannya di kalangan perusahaan terkemuka di Indonesia, yaitu Behavioral and Competency Based Interview.

Metode ini bertujuan untuk menggali kompetensi pelamar di suatu bidang berdasarkan asumsi bahwa perilaku seseorang di masa lalu bisa memprediksikan perilakunya di masa depan. Metode ini biasanya lebih banyak digunakan untuk menyeleksi kandidat yang telah berpengalaman kerja. Dalam metode ini kompetensi kandidat akan dinilai dari jawaban yang diberikannya terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh si pewawancara yang akan mencakup 4 hal penting menyangkut STAR:
Situation (situasi yang dihadapi kandidat)Task (tugas yang dibebankan kepada kandidat)Action (tindakan yang diambil kandidat)Result (hasil/perubahan yang terjadi akibat dari tindakan yang telah dilakukan)

Anda boleh menduga bahwa wawancara yang tengah Anda hadapi menggunakan metode ini bila pertanyaan yang diajukan pada Anda bersifat terstruktur, mengarah langsung pada suatu kompetensi dan kurang lebih isinya sebagai berikut:

Bisa Anda berikan suatu contoh situasi yang pernah Anda alami ketika ... ?""Ceritakan kejadian yang pernah Anda hadapi, di mana Anda diminta untuk melakukan ...""Pada waktu itu, apa yang Anda lakukan?"

Lalu apa yang perlu dilakukan agar bisa lolos dari wawancara yang menggunakan metode ini? Jawabnya sekali lagi adalah PERSIAPAN:
1. Cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kompetensi yang paling mungkin dibutuhkan untuk menjabat posisi yang Anda lamar.
2. Lakukan sedikit renungan kilas balik untuk menelusuri hal-hal yang sudah Anda lakukan di tempat kerja sekarang atau sebelumnya (tugas dan konteks situasi yang pernah Anda hadapi, hambatan yang ada, tindakan apa yang Anda lakukan dan apa hasil yang telah Anda capai).
3. Bila perlu, buat catatan ringkas mengenai semua kompetensi yang Anda miliki, lengkap dengan contoh nyata yang pernah Anda alami.

( Kiriman dari karir.com )

Tuesday, October 10, 2006

Management (Menabrak Tembok)


Peranan seorang manager adalah sangat penting untuk menentukan visi/misi & bagaimana departement tersebut bekerja untuk mendapatkan profit. Dalam hal ini saya coba mau membedah sedikit bagaimana seorang pimpinan memperlakukan anak buah untuk menabrak tembok (baca permasalahan & kemungkinan sudah tidak terpecahkan namun menyuruh anak buah untuk meneyelesaikannya).Mari kita lihat untung & ruginya bila anda menerapkan hal ini terhadap bawahan sbb:

A. Sisi Negatif.

1. Mematahkan semangat keja anak buah .

Mari kita lihat kasus berikut ini :Secara kasat mata kita sudah tahu permasalahan sebuah departemen tersebut tidak terpecahkan, sudah berlarut-larut & memiliki pimpinan yang tidak mau berubah/keras, namun masalah diatas harus di pecahkan & di carikan jalan solusi untuk perbaikan perusahaan. Dalam kasus ini anda menyuruh anak buah anda untuk menganalisa mencari solusi. Di saat staff anda berhadapan dengan pimpinan depertement tersebut sudah dapat di pastikan dia bekerja bagaikan "Menabrak dingding" dengan sejuta masalah, kondisi yang sedikit kurang baik & perlakuan si pimpinan yang kurang dewasa. Sadar atau tidak, anda telah membunuh karir/semangat anak buah anda untuk bekerja dan suatu saat anda akan di tinggalkan. Seorang pemimpin yang egois selalu berkata,"Kamu harus bisa!","Kalau kamu mau sukses, kamu harus bisa mengatasi masalah ini!",dll. Menurut saya hal ini adalah perilaku pemimpin yang idealis,egois & hanya mengamankan jabatan/kedudukanya sendiri. Apakah ada dari antara kita yang memiliki sifat kepemimpinan seperti ini?. Pertanyaan pada diri kita adalah : Pemimpin yang baik itu apakah pemimpin yang pakai hati atau pakai kepala??.

2. Mengurangi harga diri anda di depan anak buah.

Menurut buku yang saya baca seorang pemimpin yang sukses harus berkata,"Kamu Harus bisa!","Kalau kamu mau sukses, kamu harus bisa mengatasi masalah ini!", namun di balik kata-kata kesuksesan tersebut terdapat peranan atasan yang siap mendukung & membantu mencari jalan keluar akan permasalahan tersebut. Bila hal ini tidak anda lakukan dan di satu sisi anak buah anda sering berbenturan dengan masalah2 atas perintah anda dengan pekerjaanya, suatu saat hasil pekerjaan bawahan anda akan bersifat modifikasi untuk memuaskan anda. Dapat dipastikan penilaian anak buah terhadap anda akan tidak baik.


A. Sisi Positif.

1. Seorang pemimpin yang kuat & tegas.

Mengatasi sebuah permasalahan guna perbaikan dalam sebuah usaha merupakan tanggung jawab semua level dan terutama level manager. Mari kita lihat dari sisi dimana anda harus menyelamatkan perusahaan, sehingga keputusan untuk "Menabrak tembok" merupakan cara yang harus di tempu & betapa anda harus tegas untuk mencari solusi, bila anda ingin perusahaan anda ingin bertahan (Pakai hati nurani).Contoh kasus : sebuah perusahaan dimana ada tingkat hasil produksi rework/rejact 5 - 20 % setiap hari, namun pimpinan produksinya memiliki karakter yang tidak mau berubah dengan alasan kondisi ini sudah maksimum, ditambah lagi dia dekat dengan CEO. Kalau kita berada pada posisi Manger cost control, apakah anda akan membiarkan kebocoran ini terus berjalan?.Untuk kasus ini anda harus menjadi pemimpin yang kuat & tegas, berikan yang terbaik dan selalu berfikir positif abb:
#. Bertujuan untuk menyelamatkan perusahaan.
#. Tanamkan budaya tanggungjawab & berpikir analisa kepada bawahan.
#. Hindari sikab & perkataan,"Kamu harus bisa!" dan ganti menjadi," saya akan mendukung anda 100%, dan kamu pasti bisa". Dengan hal ini bawahan anda akan bekerja dengan enjoy & melihat anda sebagai atas yang baik yang penuh comitment & integritas diri.



2. Membuat anak buah merasa berguna.

Kegagalan seorang manager adalah ketidak siapanya untuk memberdayakan anak buah untuk bekerja optimum & membuat anak buah merasa di hargai.Mari kita lihat filosofi bagaimana seorang orang tua mengajarkan anak bayi untuk berjalan, di saat anak mulai berjalan dan terjatuh, lalu anda berkata," Dasar tolol..gimana kamu mau bisa jalan". Maka dapat di pastikan bila hal ini sering anda ungkabkan saat anak terjatuh, maka anak tersebut akan semakin lama bisa berjalan. Namun sebaliknya saat anak belajar berjalan & terjatuh anda langsung menarik tangannya dan merangkulnya dan berkata," Anak manis jatuh ya..mari ayah tuntun tanganmu & coba bergerak selangkah demi selangkah", dapat di pastikan anak tersebut akan cepat untuk belajar & lebih enjoy walaupun terjatuh itu sakit.Dalam hal ini peranan manager harus jelas & berpikir positif hal ini untuk kemajuaan anak buah & pastikan bawahan anda di arahkan secara jelas & berdayakan dengan benar, dan janagan pernah berpikir anak buah bekerja dengan baik untuk memastikan kedudukan kita sekarang ini aman.

Kedudukan/jabatan anda akan aman dengan sendirinya bahkan lebih baik kedepanya bila anda bisa membuat bawahan anda bekerja dengan senang hati dan patner anda merasa terpuaskan dengan pelayanan anak buah anda.

The Power of Influence,"Jadilah pekerja yang benar, bukan pekerja yang baik"

Kiriman dari seorang kawan

Monday, October 09, 2006

Jalan - jalan ke Surabaya


Hari Minggu ( Oct.08.2006 ) kemarin Brilian mengajak ke Surabaya. Katanya sih minta dibeliin baju baru untuk lebaran, maklum masih anak-anak. Katanya kalau lebaran harus dibeliin baju baru. Berangkat dari rumah jam 06.30 dengan naik bis saja ( maklum kalau bawa mobil sendiri paling sering ketangkap polisi bila di Surabaya ) sampai di terminal Bungurasih jam 09.00. Perjalanan dilanjutkan naik bus kota patas dengan tarif Rp 3000 / orang menuju Tunjungan Plaza. Karena belum buka, si Brilian minta makan ( maaf Brilian hari itu nggak puasa ) di Mcdonal dia pesan cheeseburger sama ice cream. Katanya Brilian " Pa- puasa kok banyak juga yang makan Ya...? . Setelah itu nyariin baju untuk Brilian sampai jam 11.00. Sambil menunggu Maghrib, aku ajak Brilian ke toko Buku Gunung agung untuk cari-cari buku sampai jam 13.30.
Brilian kembali minta makan di Mcdonal, katanya udah lapar. Kembali aku ajak dia ke Macdonal untuk pesan ayam sama minum Coca-Cola,. Alhamdulillah aku masih tetap berpuasa. Setelah itu aku ajak dia Sholat ( kebetulan kalau pas bulan Puasa gini biasanya disediakan juga tempat Sholat ,.. baguslah daripada tidak ). Habis Sholat langsung cabut ke Jombang.

( Gb Suasana orang yg berbelanja menjelang lebaran - jp doc )

Puasa, Kenapa lebih Konsumtif ?



- Lebih dua minggu puasa berjalan. Jika kita perhatikan, banyak hal yang menarik di
lingkungan kita. Lebih menarik lagi pengakuan seorang pengusaha minuman segar, bahwa pada bulan penuh berkah dan ampunan ini masyarakat cenderung konsumtif. Salah satu indikasinya, omzet penjualan produk-produknya naik drastis, sampai 50 persen. Jika kita perhatikan juga, tayangan televisi paket Ramadan, sama semaraknya dengan iklan berbagai produk makanan, minuman, pakaian, sarung, dan kopiah. Semua ditawarkan dengan kemasan yang demikian lihai, dan tanpa terasa masyarakat digiring untuk (kalau bisa) membeli semuanya.

- Semarak Ramadan yang sedemikian itu tentu menggembirakan. Banyak pedagang yang mengalami untung besar, demikian juga para produsen berbagai jenis makanan, minuman, dan pakaian. Panen besar segera tiba. Sebentar lagi, para pengusaha jasa transportasi juga akan mengalami hal yang sama. Tarif transportasi tanpa dikomando biasanya naik secara bersama, meski hal tersebut tidak diperbolehkan pemerintah. Namun apa daya? Kapan lagi panen jika tidak sekarang? Kapan lagi untung jika tidak mengambil kesempatan yang datang hanya sekali setahun ini? Semua pelaku usaha tentu akan semaksimal mungkin memanfaatkan peristiwa yang unik ini.

- Di sisi lain, kita juga prihatin bahwa ternyata puasa di sini menunjukkan gejala yang berbeda dari puasa yang terjadi di belahan dunia lain, di dunia Arab sekalipun. Di sini ada tradisi saling meminta maaf antarsesama pada saat Idul Fitri, di belahan dunia yang lain tidak ada. Ini gejala positif. Akan tetapi, kecenderungan yang sangat konsumtif pada bulan puasa ini agak aneh jika dikaitkan dengan semangat yang seharusnya ada dalam menjalankan ibadah ini. Jika puasa dimaksudkan untuk mendapatkan pahala ketika kita merasakan lapar dan dahaga agar dengan itu kita bisa merasakan penderitaan kaum miskin, tampaknya tidak tercapai. Mungkin yang terjadi hanya memindahkan jam makan dan minum, apalagi jumlah yang dikonsumsi cenderung lebih.

- Yang tampak di permukaan juga agak sedikit aneh. Orang bahkan mempunyai kecenderungan untuk menumpuk makanan dan minuman dengan segala selera yang dipersiapkan untuk berbuka dan sahur. Yang biasanya kolak, soft drink tidak pernah dikonsumsi, malah tersedia dengan jumlah yang berlebih. Para pengelola pusat belanja tampak sigap menumpuk berbagai aneka ragam minuman. Tampak sekali terjadi show of force dalam berbagai bentuk, bukan hanya di tingkat konsumen, tetapi juga di tingkat produsen. Jika gejala ini sebuah hal yang positif, layaklah dikemas menjadi lebih heboh lagi. Namun, apakah kita tidak segera berpikir kembali tentang ruh puasa itu letaknya di mana?

- Gejala tersebut juga menarik untuk diamati jika dikaitkan dengan imbauan agar para penjual makanan selama bulan puasa menahan diri, bahkan kalau bisa tidak berjualan pada siang hari. Bahkan ada operasi atau razia segala. Sementara itu di sisi lain, masyarakat cenderung berlomba-lomba berbelanja aneka barang untuk konsumsi pada malam harinya. Lalu, di mana makna puasa yang sesungguhnya. Apakah menahan lapar dan minum pada siang hari, lalu mengobral kenyang pada malam harinya? Kita yakini, bukanlah demikian itu intisari anjuran untuk puasa. Tampaknya di kalangan masyarakat ada yang kurang tepat dalam memaknai puasa sehingga terasa agak sedikit aneh.

- Barangkali yang perlu kita ingatkan adalah perlunya sikap menahan diri. Dalam arti, bukan hanya menahan diri dari lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dalam banyak hal, termasuk konsumsi. Masyarakat kita sangat dikenal konsumtif dan boros, alangkah indahnya jika puasa menjadi medan yang tepat untuk menguranginya. Puasa menjadi medan bagi muslim untuk mepes hawa kelawan nepsu kanggo nggegayuh rahayuning pribadi lan netepi parentahing Allah SWT. Masih banyak waktu sebelum akhir puasa. Artinya, masih banyak waktu bagi kita untuk berbenah agar mampu menggapai makna puasa yang sesungguhnya. Keindahan itu barangkali hadir ketika kita tak lagi show of force dalam konsumsi.

( dari editorial suaramerdeka.com October 09 2006 )

Thursday, October 05, 2006

Ramadhan dan kehangatan keluarga


Dalam satu hadis di akhir bulan Rajab, riwayat Ibnu Khuzaimah dari Salman Al Farisi RA, Nabi Muhammad SAW bersabda menggambarkan bulan Ramadhan, ''Hai manusia engkau akan dilindungi satu bulan, bulan istimewa, bulan berkah, dan di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari 1.000 bulan .... Bulan Ramadhan adalah bulan sabar dan pahala sabar adalah surga ....''
Jika kita kaitkan bulan Ramadhan dengan kondisi keluarga modern yang saat ini kian gersang, maka sangat tepat, bahwa keberkahan dan keistimewaan serta kesabaran si shoimin dan si shoimat dapat menghangatkan keluarga.

Beragam perspektif para ahli ilmu jiwa ketika meramalkan keadaan keluarga modern di masa depan. Sebagian meramalkan, ayah dan ibu yang keduanya karier dan profesional sama-sama sibuk. Sehingga, keluarga dan anak-anak mereka menjadi terabaikan. Sebagian lagi meramalkan, keadaan keluarga banyak kesempatan untuk menciptakan kehangatan berkumpul bersama, karena waktu kerja di negara modern menjadi pendek.

Puasa terasa menghangatkan keluarga karena kita bersama-sama sahur, bersama-sama berjamaah menunaikan shalat Subuh, dan bersama-sama berbuka dan tarawih. Disfungsi keluarga, kini menghantui keluarga modern karena berlebih-lebihan mengejar materi, dan kesibukan masing-masing anggota keluarga mengakibatkan mereka jauh satu sama lain di era modern ini. Ramadhan, dengan makan sahur bersama, shalat Subuh berjamaah, lalu tarawih bersama, menjadi lem baru yang bisa merekatkan kembali setiap anggota keluarga.
Stres pekerjaan yang menekan bapak dan ibu melahirkan kemarahan yang tak jelas ujung pangkalnya, dapat dihindarkan dengan kesabaran shoimin dan shoimat. Manusia modern yang berpuasa mampu mengendalikan stres, sehingga tidak meledak menjadi kemarahan. Mudah meledaknya amarah, karena bapak dan ibu super sibuk dan kendalinya adalah menahan diri dan bersabar.

Dalam bulan puasa, rumah tangga insya Allah kembali menjadi hangat. Keceriaan dihiasi oleh kegembiraan anak-anak yang dari kecil dilatih berpuasa dan shalat Subuh tepat waktu. Anak-anak itu, kelak akan tumbuh menjadi manusia-manusia sukses dan sehat rohani dan jasmani di masa yang akan datang. Insya Allah. Amin ya mujibassailin. Semoga kehangatan keluarga kembali dapat kita raih.

sumber: republika.co.id Oct.05.2006

Wednesday, October 04, 2006

Five (5) Important Lessons & Moral of the Story


LESSON 1
A junior manager, a senior manager and their boss are on their way to ameeting. On their way through a park, they come across a wonder lamp.They rub the lamp and a ghost appears.The ghost says, "Normally, one is granted three wishes but as you arethree, I will allow one wish each"So the eager senior manager shouted, "I want the first wish. I want to bein the Bahamas, on a fast boat and have no worries." Pfufffff. and he wasgone.Now the junior manager could not keep quiet and shouted "I want to be InFlorida with beautiful girls, plenty of food and cocktails." Pfufffff andhe was also gone.The boss calmly said, "I want these two idiots back in the officeafterlunch at 12:55pm."

Moral of the story:"ALWAYS ALLOW THE BOSS TO SPEAK FIRST"

LESSON 2
Standing in front of a shredder with a piece of paper in hishand, "Listen," said the CEO, "this is a very sensitive and importantdocument, and my secretary has left. Can you make this thing work?""Certainly," said the young executive.He turned the machine on, inserted the paper, and pressed the startbutton."Excellent, excellent!" said the CEO as his paper disappeared inside theshredder machine. "I just need one copy."

Moral of the story:"NEVER, NEVER ASSUME THAT YOUR BOSS KNOWS EVERYTHING"

LESSON 3
An American and a Japanese were sitting on the plane on the way to LA whenthe American turned to the Japanese and asked, "What kind of -ese areyou?"The Japanese confused, replied, "Sorry but I don't understand what youmean."The American repeated, "What kind of -ese are you?"Again, the Japanese was confused over he question.The American, now irritated, then yelled, "What kind of -ese are you ...Are you a Chinese, Japanese, Vietnamese!, etc......??? -"The Japanese then replied, "Oh, I am a Japanese."A while later the Japanese turned to the American and asked what kind ofkee was he.The American, frustrated, yelled, "What do you mean what kind of-kee am I ?!"The Japanese said, "Are you a Yankee, donkee, or monkee?"

Moral of the story:"NEVER INSULT ANYONE"

LESSON 4
There were these 4 guys, a Russian, a German, an American and a French,whofound this small genie bottle. When they rubbed the bottle, a genieappeared.Thankful that the 4 guys had released him out of the bottle, hesaid, "Next to you all are 4 swimming pools, I will give each of you awish. When you run towards the pool and jump, you shout what you want thepool of water to become, then your wish will come true."The French wanted to start. He ran towards the pool, jumped andshouted, "WINE".The pool immediately changed into a pool of wine. The Frenchman was sohappy swimming and drinking from the pool.Next is the Russian's turn, he did the same and shouted, "VODKA" andimmersed himself into a pool of vodka.The German was next and he jumped and shouted, "BEER". He was socontented with his beer pool.The last is the American. He was running towards the pool when suddenly hesteps on a banana peel. He slipped towards the pool and shouted,"SHIT!!!!!!! -........ .-"

Moral of the story:"THINK TWICE BEFORE YOU SAY SOMETHING,BECAUSE SOMETIMES ACCIDENTS DO HAPPEN"

LESSON 5
The organs of the body were having a meeting, trying to decide who wasin-charge. Each organ took a turn to speak up:Brain..... I should be in-charge because I run all body functions.Blood..... I should be in-charge because I circulate oxygen for the brain.Stomach... I should be in-charge because I process food to the brain.Legs...... I should be in-charge because I take the brain where it wantsto go.Eyes...... I should be in-charge because I let the brain see where it'sgoing.Asshole... I should be in-charge because I get rid of your waste.All the other parts laughed so hard and this made the asshole very mad.To prove his point, the asshole immediately slammed tightly closed andstayed that way for 6 days, refusing to rid the body of any wastewhatsoever.
Day 1: Brain got a terrible headache and cried out for relief
Day 2: Stomach got bloated and began to ache terribly
Day 3: Legs got cramps and became unstable
Day 4: Eyes became watery and vision became blurred
Day 5: Blood became toxic and poisoned the body
Day 6: The other organs agreed to let the asshole be in-charge.

Moral of the story:"NO MATTER WHO YOU ARE, OR HOW IMPORTANT YOU THINK YOU ARE, YOU WILL FINDTHAT IT IS ALWAYS THE ASSHOLE THAT IS IN-CHARGE"

Happy working!

Pesan Al-Qur'an tentang tujuan HIDUP . . .


Dengan kerendahan hati mari kita simak pesan-pesan Al-qur'an tentangtujuan hidup yang sebenarnya,

Nasehat ini untuk semuanya ..........
Untuk mereka yang sudah memiliki arah........ .
Untukmereka yang belum memiliki arah........ .
dan untuk mereka yang tidak memiliki arah.nasehat ini untuk semuanya.... ...
Semua yang menginginkan kebaikan.


Nikah itu ibadah...... .Nikah itu suci........ ... ingat itu......
Memang nikah itu bisa karena harta, bisa karenakecantikan, bisa karena keturunan dan bisa karena agama.
Jangan engkau jadikan harta, keturunan maupun kecantikan sebagai alasan.....
karena semua itu akan menyebabkan celaka.
Jadikan agama sebagai alasan..... Engkau akan mendapatkan kebahagiaan.

Tidak dipungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta....
Namun...... jika cinta engkau jadikan sbg landasan,maka keluargamu akan rapuh, akan mudah hancur.
Jadikanlah " ALLAH " sebagai landasan.... ..Niscaya engkau akan selamat, Tidak saja dunia, tapi juga akherat..... ..
Jadikanlah ridho Allah sebagai tujuan......Niscaya mawaddah, sakinah dan rahmah akan tercapai.


Jangan engkau menginginkan menjadi raja dalam "istanamu".. ...
disambut istri ketika datang dan dilayani segala kebutuhan... ...
Jika ini kau lakukan "istanamu" tidak akan langgeng..

Lihatlah manusia ter-agung Muhammad saw....
tidak marah ketika harus tidur di depan pintu,
beralaskansorban, karena sang istri tercinta tdk mendengar kedatangannya.

Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanantersaji dihadapannya ketika lapar....... Menjahit bajunya yang robek....... .

Jangan engkau menginginkan menjadi ratu dalam "istanamu".. ...
Disayang, dimanja dan dilayani suami......
Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu. ...
Jika itu engkau lakukan, "istanamu" akan menjadi neraka bagimu


Jangan engkau terlalu cinta kepada istrimu..... ....
Jangan engkau terlalu menuruti istrimu..... .
Jika itu engkau lakukan akan celaka....
Engkau tidak akan dapat melihat yang hitam dan yang putih,tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah.....
Lihatlah bagaimana Allah menegur " Nabi "-mu
tatakala mengharamkan apa yang Allah halalkan hanya karenamenuruti kemauan sang istri.


Tegaslah terhadap istrimu.....
Dengan cintamu, ajaklah dia taat kepada Allah.......
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya. .....
Lihatlah bagaimana istri Nuh dan Luth.....
Di bawah bimbingan manusia pilihan, justru mereka menjadi penentang... ..
Istrimu bisa menjadi musuhmu....


Didiklah istrimu...
Jadikanlah dia sebagai Hajar, wanita utama yang loyal terhadap tugassuami, Ibrahim.
Jadikan dia sebagai Maryam, wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya. .....
Jadikan dia sebagaiKhadijah, wanita utama yang bisa mendampingi sangsuami Muhammad saw menerima tugas risalah.....

Istrimu adalah tanggung jawabmu....
Jangan kau larang mereka taat kepada Allah.....
Biarkan mereka menjadi wanita shalilah...
Biarkan mereka menjadi hajar atau Maryam....
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu...

Jika engkau menjadi istri...
Jangan engkau paksa suamimu menurutimu.. .
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah......
Siapkan dirimu untuk menjadi Hajar, yang setia terhadap tugas suami.....
Siapkan dirimu untuk menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya. ...
Siapkan dirimu untuk menjadi Khadijah, yang bisa yang bisa mendampingisuami menjalankan misi.


Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu.. ..
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu....
Jika itu kau lakukan.....
Kecintaannya terhadapmu akanmemaksanya menjadi pendurhaka.. .... jangan...... ....


Jika engkau menjadi Bapak......
Jadilah bapak yang bijak seperti Lukmanul Hakim
Jadilah bapak yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah bapak yang kasih seperti Muhammad saw
Ajaklah anak-anakmu mengenal Allah....... ...Ajaklah mereka taat kepada Allah.......
Jadikan dia sebagai Yusuf yang berbakti.... ...
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat.......
Jangan engkau jadikan mereka sebagai Kan'an yang durhaka.
Mohonlah kepada Allah....... ...
Mintalah kepada Allah, agar mereka menjadi anak yang shalih.....
Anak yang bisa membawa kebahagiaan.

Jika engkau menjadi ibu....
Jadilah engaku ibu yang bijak, ibu yang teduh....
Bimbinglah anak-anakmu dengan air susumu....
Jadikanlah mereka mujahid..... ....
Jadikanlah mereka tentara-tentara Allah.....
Jangan biarkan mereka bermanja-manja. ....

Amin....


( Kiriman dari seorang kawan - Terimakasih )

Monday, October 02, 2006

Vanadia setelah 3 bulan . . .
















Dia atas adalah beberapa foto Vanadia Putri A, setelah berusia 3.5 bulan. Alhamdulillah sehat, dengan berat badan sekitar 6.2 Kg. Perkembangan fisiknya cukup baik, dan sudah bisa tengkurap meskipun dengan susah payah.....