Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).Mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a:"Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan
kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau
ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri". (QS. Al-Ahqoof [46]: 15)
Jika melongok kitab suci, ayat di atas, hanya ada
dua usia manusia yang layak untuk direnungkan. Pertama usia manusia
dalam kandungan hingga masa persusuan selama 30 bulan. Kedua, usia 40 tahun
dengan doa: :"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau
yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat
berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku.Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau
dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".
A.Usia dalam kandungan
hingga selesai masa persusuan
Usia
manusia dalam kandungan dan penyusuan selama tiga puluh bulan itu, pada
dasarnya adalah angka ideal minimal bagi proses kelahiran hingga penyusuan.
Sebab masa penyusuan yang paling ideal adalah 2 tahun (24 bulan) sebagaimana
tertulis dalam ayat lain, yaitu Qur’an Surat al-Baqarah [2] ayat 233: “Para ibu
hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan pernyusuan.”. Angka 24 itu jika ditambah masa normal dalam
kandungan yaitu 9 bulan maka total dalam kandungan normal hingga persusuan
adalah 32 bulan. Itu masa paling ideal secara normal. Kenapa disebut masa
paling ideal secara normal, sebab pada kenyatannya masa dalam kandungan janin
tidak selamanya 9 bulan (plus 10 hari). Maka angka-angka itu pada dasarnya
adalah patokan umum untuk memberi standar.
Apa yang layak untuk direnungkan tentang usia manusia dalam
kandungan hingga habis masa penyusuannya? Jawabannya tercantum secara eksplisit
dalam QS. Al-Ahqoof ayat 15 di atas, yaitu kita temukan pada kalimat:
”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah.” Begitulah, merenungkan usia
dalam kandungan hingga selesai masa persusuan adalah untuk selalu mengingatkan
betapa besar jasa orang tua kita, terutama ibu, dalam hidup ini. Dengan begitu,
kita tak lupa untuk selalu berusaha berbuat baik kepada orang tua, khususnya
ibu kita. Yang demikian ini bisa menjadi suatu ukuran minimal akhlaq manusia.
Penghormatan kepada orang tua, khususnya ibu, bisa menjadi tolok
ukur minimal akhlaq seorang manusia. Maka ketika ada seorang berbicara tentang
perjuangan kemanusiaan, sehebat apapun yang ia katakan, sebelum kita
mempercayainya maka kita lihat dulu bagaimana ia bersikap kepada ibunya. Jika
kepada orang yang telah banyak memberikan pengorbanan padanya saja ia tak mampu
memberikan kecintaan yang layak, jangan harapkan ia memberikan kecintaan yang
agung kepada manusia lainnya. Sungguh sulit diterima nalar jika ia masih
diharapkan bisa memberikan pengorbanan yang tulus dalam perjuangan kemanusiaan.
B. Usia 40 sebagai
momentum kepasrahan total
Tak perlu kita otak-atik keramatnya angka 40, cukup kita
merenungkan maknanya ketika Allah berfirman tentang usia 40 tahun dalam surat
Al-Ahqoof ayat 15. Beberapa analisis ahli psikologi menyatakan 40 tahun
adalah momentum kematangan ruhani seseorang, tapi biarlah itu wacana mereka.
Namun tentu menarik ketika muncul pertanyaan kenapa usia empat puluh disebutkan
eksplisit dalam ayat tersebut dan apa maknanya?
Sepertinya kunci dari usia 40 tahun adalah pada isi dari doa
yang diucapkan dalam ayat tersebut. Ujung dari doa tersebut adalah: “dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri,” yang mengandung
makna deklarasi penyerahan diri total kepada Allah. Penyerahan diri total
tersebut didasari atas kesadaran bahwa sebagai makhluk, manusia itu tidak akan
menemukan jalan yang benar atau banyak melakukan kesalahan jika ia tidak
mendapat petunjuk dari Allah. Kesadaran tersebut ada dalam kalimat:
“Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau.”
Lalu bagaimana cara kita untuk bisa memasuki tahapan penyerahan
diri total? Sepertnya Allah memberitahu kita dalam doa: "Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku.” Saya pribadi, memahami doa tersebut pada kesadaran akan
pentingnya sikap yang benar berkaitan dengan konsep waktu. Yaitu masa lalu
(mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku), masa kini (supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau
ridhai), dan masa depan (berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan
kepada anak cucuku).
Untuk bisa pasrah diri total melampaui usia empat puluh tahun,
jalan yang dilakukan berkaitan dengan masa lalu adalah mensyukuri apa-apa yang
telah kita dapatkan dari masa lalu. Syukur itu berarti selalu berpikiran
positif terhadap yang kita punya dan tidak iri pada apa yang dimiliki orang
karena hanya akan melemahkan kepercayaan diri dan mematahkan semangat
perjuangan meraih masa depan. Apa yang kita punyai ini pada dasarnya adalah
yang terbaik bagi kita dan kita punya amanah untuk menggunakan sebaik-baiknya.
Untuk bisa pasrah diri total melampaui usia empat puluh tahun,
jalan yang dilakukan berkaitan dengan masa kini adalah dengan selalu produktif
berkarya demi kemaslahatan sebanyak-banyaknya manusia. Berkarya tak henti
dengan segala amal kebaikan merupakan cara seseorang yang berpikiran positif
untuk meriah ridlo Ilahi. Sungguh merupakan musibah besar bagi seorang makhluk
bernama manusia jika dalam hidup di dunia ini ia sampai berhenti berkarya.
Untuk bisa pasrah diri total melampaui usia empat puluh tahun,
jalan yang dilakukan berkaitan dengan masa depan adalah dengan mulai
menyediakan ruang regenerasi dalam seluruh lingkungan kehidupannya. Ini bukan
berarti mengurangi produktifitas karyanya. Tapi menyiapkan suatu proses yang
berkelanjut dalam berkarya. Tidak hanya terputus satu generasi.
Saya perlu mulai mengkondisikan situasi batin dan merintis
kepasrahan total pada Allah. Yang salah satu caranya adalah dengan
banyak-banyak bertaubat kepada Allah: ” Sesungguhnya aku bertaubat kepada
Engkau.”
Saya ketika kecil pernah diajari bahwa dosa-dosa berkaitan
dengan hubungan antar manusia tidak akan pernah diampuni oleh Allah meskipun
kita telah bertaubat, selama kita belum meminta maaf kepada orang yang
bersangkutan. Mengingat itu betapa pesimisnya saya benar-benar mendapat ampunan
Allah dan bisa pasrah total di usia 40. Sebab, saya merasa betapa banyak
dosa-dosa kemanusiaan yang pernah saya lakukan dan sampai sekarang belum juga
saya meminta maaf.
Sebab sudah jelas apa yang sesungguhnya harus dilakukan. Yaitu
bertaubat kepada Allah, dan memperbanyak minta maaf kepada orang-orang yang
saya pernah melakukan kesalahan pada mereka. Maka melalui tulisan ini saya
minta maaf kepada semuanya. Bukan hanya mereka yang saya tandai dalam tulisan
ini. Tapi kepada semuanya.
Dan tak lupa saya minta doa agar pada usia 40 tahun ini, saya
bisa benar-benar mampu mengaktualisasikan doa: ”Ya Tuhanku, tunjukilah aku
untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada
ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri".