Wednesday, July 05, 2006

Belajar dari World Cup 2006... ( Perubahan & Semangat )

- Kehidupan pada hakikatnya membutuhkan perubahan dan semangat. Pelajaran ini kita dapatkan dari proses-proses di dalam berbagai pertandingan Piala Dunia 2006 yang kini memasuki babak semifinal. Kemenangan sejumlah tim patut diangkat sebagai contoh keberpaduan antara modal kecakapan teknis, kekuatan fisik, ketepatan memilih strategi dan menerapkan taktik, dengan semangat bertanding yang tinggi. Pelajaran lain yang substansial dari semua itu adalah bahwa modal besar yang dimiliki suatu kesebelasan tidak akan banyak berarti tanpa ditopang oleh spirit untuk mencapai sesuatu. Dan, sesuatu itu diartikan sebagai kemenangan.
- Brasil, kurang apa tim ini? Semua lini dalam skuad Samba diisi oleh para bintang berkelas seniman bola dunia. Para pemain seperti Ronaldinho, Ronaldo, Kaka, Robinho, Adriano, Juninho, dan seterusnya dikenal memiliki kemampuan "magic" dalam mengolah bola. Namun dari lima penampilan mereka di Jerman, termasuk ketika dikalahkan Prancis pada perempatfinal, nyaris tidak ditemukan gereget yang menunjukkan spirit pemenangan secara total. Mereka tidak bermain dengan kemampuan prima, seolah-olah loyo, bahkan mudah kehilangan kontrol atas gaya kultural Samba yang selama ini menjiwai jogo bonito (sepak bola indah) mereka.
- Pada sisi lain, Prancis bermain dengan determinasi tinggi. Walaupun dilecehkan di babak penyisihan grup karena tampil kurang meyakinkan seolah-olah pasukan tua yang bermain dengan sisa-sisa kekuatan fisik, di babak 16 besar dan perempatfinal memperlihatkan keterpaduan antara modal teknik dan semangat pemenangan yang luar biasa. Usia Zinedine Zidane boleh mendekati 35, namun determinasinya patut dipuji. Dalam pertandingan melawan Spanyol dan Brasil, skill-nya terekspresikan secara fantastik, dan usianya yang sudah melewati golden age tertutup oleh spirit yang tidak kendur sepanjang pertandingan.
- Apa arti semua itu? Gereget untuk menempuh perubahan merupakan keniscayaan dalam mencapai masa depan yang lebih baik. Dibutuhkan keberanian melakukan terobosan, kalau perlu mendekonstruksi cara-cara lama seperti yang dilakukan arsitek Jerman, Juergen Klinsmann. Dengan keteguhan sikap menghayati suatu prinsip ala Luis Felipe Scolari dari tim Portugal. Kemampuan meniupkan spirit pantang menyerah kendati bermodalkan kondisi fisik yang tidak lagi di puncak kesegaran, seperti kinerja pelatih Prancis Raymond Domenech. Atau yang membawa motivasi tinggi di tengah rongrongan skandal, seperti arsitek Italia, Marcello Lippi.
- Pada setiap Piala Dunia memang selalu menyembul keinginan untuk melihat terjadinya perubahan untuk mereformasi kecenderungan-kecenderungan yang berkemungkinan mengalami kemandekan. Diinginkan selalu terjadi penyegaran sehingga tidak berlangsung kondisi status quo. Bahkan kejutan-kejutan tumbangnya tim-tim unggulan, di satu sisi sebenarnya juga membawa suasana segar karena dengan demikian muncul kekuatan baru, tidak dikuasai oleh kekuatan tradisional yang itu-itu saja. Sayangnya, suasana segar itu tidak dibuat oleh tim-tim dari Asia - Afrika yang selama ini masih dianggap tertinggal dari Eropa - Amerika Latin.
- Kita mestinya bisa menyerap substansi-substansi proses kehidupan bagi keberhasilan bidang apa pun lewat Piala Dunia. Tidak ada proses yang menghasilkan sesuatu secara instan, atau selalu berjalan dalam pemahaman-pemahaman yang reguler. Terkadang proses tersebut bahkan berlangsung hingga detik-detik yang sudah sangat melelahkan melalui jalan yang dramatik. Adu penalti menggambarkan semua itu. Di sini, yang terpenting adalah bagaimana semua modal yang telah kita miliki untuk menuju sebuah perubahan kita isi dengan suntikan moral berupa semangat. Juga dibutuhkan kerja sama, integritas, dan kemauan saling menutupi kekurangan.
( dari Tajuk Suara merdeka , Jul.05.06 )

No comments: