Wednesday, August 16, 2006

Right or Wrong is my Country, hanya tinggal slogan??



Dirgahayu kemerdekaan RI ke-61




- Memperingati hari kemerdekaan negeri ini, kita perlu banyak melakukan introspeksi, merefleksi masa lalu sebelum menatap ke depan. Sebab, perjalanan sejarah adalah bagian yang tak akan pernah terpisahkan. Tonggak demi tonggak telah dilewati ibarat perjalanan panjang yang mengalami pasang surut, naik turun, dan salah satu ukurannya: bagaimana posisi kita di tengah percaturan global atau di tengah arena kompetisi antarbangsa dalam segala matra kehidupan terutama ekonomi. Ukurannya, yaitu tujuan didirikannya negara ini yang disemangati cita-cita founding fathers kita. Yaitu kesejahteraan dan kemakmuran bagi segenap warga bangsa. Sudahkan cita-cita tersebut tercapai?
- Paling tidak, tiga tonggak besar bisa dijadikan tahapan penting dalam sejarah bangsa sejak kemerdekaan 61 tahun silam. Tiga periode besar itu: pra-Orba, Orba, dan era reformasi. Pada masa terakhir inilah ternyata bangsa kita masih terus diuji. Ketika demokrasi sudah bisa dijalankan dengan segala konsekuensinya, pertanyaan besar yang harus dijawab: apakah cita-cita itu telah dicapai. Demokrasi adalah sarana atau jalan menuju ke pencapaian cita-cita tersebut. Bila itu ukurannya maka sekali lagi jawabannya belum. Berapa puluh juta orang masih menganggur dan hidup miskin?
- Dalam konteks dan tataran demokrasi serta kebebasan memang telah banyak dicapai kemajuan. Antara lain kebebasan berpikir, berserikat, dan berkumpul. Kebebasan mengeluarkan pendapat yang dimanifestasikan pula dalam kebebasan pers. Akan tetapi, lagi-lagi kita bertanya untuk apa kebebasan dan kemerdekaan seperti itu, kalau ternyata belum menunjang pencapaian tujuan yang lebih hakiki. Kita masih bergumul dengan persoalan mendasar, seperti kemiskinan, pendidikan, kesehatan, keterbatasan infrastruktur, dan lapangan kerja yang minim. Namun, beruntunglah konflik-konflik di berbagai wilayah di Tanah Air telah mereda.
- Ujian datang bertubi-tubi terutama sejak krisis ekonomi 1997. Pemulihan sudah berjalan tetapi kepercayaan belum sepenuhnya kembali. Utang makin menggunung sementara arus investasi belum bergerak normal. Pertumbuhan masih melambat, ekonomi ketat, dan yang lebih utama bencana alam terus menghantam sehingga memakan korban jiwa ratusan tewas dan kerugian materiil mencapai triliunan rupiah. Kita makin merasa miskin. Pada saat tantangan berat mengadang, inilah ujian bagi pemimpin di negeri ini. Apakah mereka akan mampu menghantarkan kita pada sebuah penyelamatan ataukah akan membuat bangsa ini semakin terpuruk.
- Satu hal yang terasa masih menjadi kendala besar bagi bangsa kita untuk dapat bergerak maju adalah belum ditegakkannya hukum secara adil. Hukum di negeri ini masih menjadi sesuatu yang sangat diskriminatif dan berkawan akrab dengan uang serta kekuasaan. Pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) mulai ada gebrakan namun terasa sangat kecil gaungnya. Terasa sangat lemah kekuatannya dibandingkan dengan kekuatan dahsyat: sistem dan kultur korup. Padahal, inilah salah satu fundamen yang harus dibangun terlebih dahulu. Selama belum bisa dilakukan, kita sebenarnya masih terjebak pada fenomena masa lalu.
- Bangsa ini harus bergerak maju karena yang lain telah berlari kencang terutama dalam kemajuan ekonominya. Kita memang selalu harus memiliki optimisme ke depan. Dengan laju pertumbuhan sekitar 5%, kondisi senyatanya tidaklah terlampau buruk. Akan tetapi, juga belum akan dapat mengatasi berbagai masalah, seperti kemiskinan dan pengangguran. Sementara itu, percepatan pertumbuhan ekonomi membutuhkan syarat-syarat dasar yang harus terpenuhi. Tidak cukup hanya dengan demokrasi. Namun bagaimana seharusnya kita mampu menegakkan hukum dan keadilan tanpa pandang bulu. Justru karena itulah, cita-cita tersebut kadang masih seperti mimpi. Merdeka !!! Sekali Merdeka Tetap Merdeka !!!!
Sumber : Tajuk Suaramerdeka.com ( Aug.16.2006 )

No comments: