Monday, June 21, 2010

Wawancara Kerja

Dalam dunia kerja, dikenal beberapa tipe wawancara kerja sebagai
berikut:

1. Wawancara Seleksi (Screening Interview). Jika pelamar atau
kandidat untuk menduduki jabatan berjumlah lebih dari satu orang
maka dilakukan wawancara kerja untuk menyeleksi siapa diantara
kandidat tersebut merupakan kandidat yang paling qualified sehingga
bisa dilanjutkan ke tahap seleksi berikutnya. Wawancara seleksi
biasanya berlangsung singkat antara 15 ?30 menit.

2. Wawancara Telepon (Telephone Interview). Demi menghemat biaya
dan efisiensi waktu, banyak recruiter yang melakukan wawancara kerja
melalui telepon. Oleh sebab itu, pelamar harus siap dihubungi
sewaktu- waktu, sebab seringkali recruiter tidak memberikan pilihan
bagi pelamar untuk menentukan waktu kapan ia siap diwawancarai melalui
telepon.

3. Wawancara di Kampus / Sekolah (On-Campus Interview) . Meskipun
tidak banyak perusahaan yang melakukan wawancara kerja di kampus,
namun untuk perusahaan-perusahaan tertentu yang mencari para
lulusan untuk dilatih lebih lanjut, cara ini dinilai sangat efektif
karena memberikan akses bagi perusahaan tersebut untuk mendapatkan
kandidat terbaik yang mungkin sangat sulit diperoleh jika menunggu
para kandidat tersebut datang melamar.

4. Wawancara di Pameran Kerja (Job Fair Interview). Pameran kerja
diadakan untuk menjembatani perusahaan dengan para pencari kerja.
Pada pameran kerja biasanya, perusahaan memberikan berbagai
informasi mengenai perusahaannya, menerima surat lamaran dan CV dari
pengunjung (pencari kerja), bahkan tidak jarang para recruiter
langsung melakukan wawancara di stand (booth) mereka. Di Indonesia
memang pameran seperti ini masih sangat jarang dilaksanakan jika
dibandingkan dengan pameran otomotif, rumah maupun furniture.

5. Wawancara di Lokasi Kerja (On-Site Interview). Ketika seorang
kandidat telah lolos dalam tahap wawancara seleksi, seringkali
perusahaan mengundang kandidat tersebut untuk melihat secara
langsung lokasi kerja. Pada kesempatan tersebut recruiter biasanya
langsung melakukan wawancara secara mendalam. Bagi pelamar yang belum
memiliki pengalaman kerja pada lokasi yang lingkungannya kurang lebih
sama, wawancara kerja di lokasi mungkin bisa terasa menakutkan karena
mungkin harus melakukan perjalanan dan berada di wilayah yang tidak
ia kenal.

6. Wawancara Kelompok (Panel or Group Interview). Wawancara
kelompok adalah suatu jenis wawancara kerja dimana para pewawancara
recruiter) terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih. Biasanya
wawancara jenis ini dilakukan jika perusahaan memandang bahwa pelamar
sudah hampir memenuhi syarat untuk diterima bekerja. Biasanya para
penanya dalam wawancara inilah yang memiliki wewenang untuk memutuskan
apakah pelamar akan diterima bekerja atau tidak.

7. Wawancara Kasus (Case Interview). Wawancara kerja jenis ini
menekankan pada kemampuan analisis dan pemecahan masalah terhadap
suatu kasus tertentu. Biasanya Tujuan Wawancara Kerja (job interview)
saat ini merupakan salah satu aspek penting dalam proses rekrutmen
dan seleksi karyawan. Meskipun validitas wawancara dianggap lebih
rendah jika dibandingkan dengan metode seleksi yang lain seperti
psiko test, namun wawancara memiliki berbagai kelebihan yang
memudahkan petugas seleksi dalam menggunakannya. Apapun penilaian
pelamar (calon karyawan), wawancara kerja sebenarnya memberikan suatu
kesempatan atau peluang bagi pelamar untuk mengubah lowongan kerja
menjadi penawaran kerja. Mengingat bahwa wawancara kerja tersebut
merupakan suatu proses pencarian pekerjaan yang memungkinkan pelamar
untuk memperoleh akses langsung ke perusahaan (pemberi kerja),
maka "performance" (baca: proses & hasil) wawancara kerja merupakan
suatu hal yang sangat krusial dalam menentukan apakah pelamar akan
diterima atau ditolak.

Bagi si pelamar, wawancara kerja memberikan kesempatan kepadanya
untuk menjelaskan secara langsung pengalaman, pengetahuan,
ketrampilan, dan berbagai faktor lainnya yang berguna untuk
meyakinkan perusahaan bahwa dia layak (qualified) untuk melakukan
pekerjaan (memegang jabatan) yang ditawarkan. Selain itu wawancara
kerja juga memungkinkan pelamar untuk menunjukkan kemampuan
interpersonal, professional, dan gaya hidup atau kepribadian
pelamar. Jika di dalam CV (Curriculum Vitae) pelamar hanya bisa
mengklaim bahwa dirinya memiliki kemampuan komunikasi dan
interpersonal yang baik, maka dalam wawancara dia diberi kesempatan
untuk membuktikannya.

Bagi perusahaan, wawancara kerja merupakan salah satu cara untuk
menemukan kecocokan antara karakteristik pelamar dengan dengan
persyaratan jabatan yang harus dimiliki pelamar tersebut untuk
memegang jabatan / pekerjaan yang ditawarkan. Secara umum tujuan
dari wawancara kerja adalah:

1. Untuk mengetahui kepribadian pelamar
2. Mencari informasi relevan yang dituntut dalam persyaratan
jabatan
3.Mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan bagi jabatan dan
perusahaan

4. Membantu perusahaan untuk mengidentifikasi pelamar-pelamar yang
layak untuk diberikan penawaran kerja.

Teknik Wawancara Kerja

Dua teknik wawancara yang biasa dipergunakan perusahaan dalam
melakukan wawancara kerja adalah wawancara kerja tradisional dan
wawancara kerja behavioral. Dalam prakteknya perusahaan seringkali
mengkombinasikan kedua teknik ini untuk memperoleh data yang lebih
akurat.

1. Wawancara kerja tradisional menggunakan pertanyaan-pertanyaan
terbuka seperti "mengapa anda ingin bekerja di perusahaan ini",
dan "apa kelebihan dan kekurangan anda". Kesuksesan atau kegagalan
dalam wawancara tradisional akan sangat tergantung pada kemampuan
si pelamar dalam berkomunikasi menjawab pertanyaan-pertanyaan,
dari ada kebenaran atau isi dari jawaban yang diberikan. Selain itu
pertanyaan- pertanyaan yang diajukan lebih banyak bersifat klari-
fikasi apa yang ditulis dalam surat lamaran dan CV pelamar. Dalam
wawancara kerja tradisional, recruiter biasanya ingin menemukan
jawaban atas 3(tiga) pertanyaan: apakah si pelamar memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan,
apakah si pelamar memiliki antusias dan etika kerja yang sesuai dengan
harapan recruit, dan apakah si pelamar akan bisa bekerja dalam team
dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan budaya perusahaan.

2. Wawancara kerja behavioral didasarkan pada teori
bahwa "performance" (kinerja) di masa lalu merupakan indikator
terbaik untuk meramalkan perilaku pelamar di masa mendatang (baca:
ketika bekerja). Wawancara kerja dengan teknik ini sangat sering
digunakan untuk merekrut karyawan pada level managerial atau oleh
perusahaan yang dalam operasionalnya sangat mengutamakan masalah-
masalah kepribadian. Wawancara kerja behavioral dimaksudkan untuk
mengetahui respon pelamar terhadap suatu kondisi atau situasi
tertentu sehingga pewawancara dapat melihat bagaimana pelamar
memandang suatu tantangan/permasalahan dan menemukan solusinya.
Pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan antara lain: "coba
anda ceritakan pengalaman anda ketika gagal mencapai target yang
ditetapkan", dan "berikan beberapa contoh tentang hal-hal apa yang
anda lakukan ketika anda dipercaya menangani beberapa proyek
sekaligus". Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut si
pelamar perlu mempersiapkan diri untuk mengingat kembali situasi,
tindakan dan hasil yang terjadi pada saat yang lalu. Selain itu,
sangat penting bagi pelamar untuk memancing pertanyaan-pertanyaan
lebih lanjut dari pewawancara agar dapat menjelaskan secara rinci
gambaran situasi yang dihadapinya. Untuk itu diperlukan ketrampilan
berkomunikasi yang baik dari si pelamar. Keberhasilan atau
kegagalan dalam wawancara ini sangat tergantung pada kemampuan
pelamar dalam menggambarkan situasi yang berhubungan dengan pertanyaan
pewawancara secara rinci dan terfokus. Dalam wawancara kerja
behavioral, si pelamar harus dapat menyusun jawaban yang mencakup 4
(empat) hal:
(1) menggambarkan situasi yang terjadi saat itu, (2) menjelaskan
tindakan-tindakan yang diambil untuk merespon situasi yang terjadi,
(3) menceritakan hasil yang dicapai, dan (4) apa hikmah yang
dipetik dari kejadian tersebut (apa yang dipelajari).

Note : dari berbagai sumber.

No comments: