Saturday, September 30, 2006

Membangun Keunggulan Bersaing lewat Inovasi dan Kreativitas


Maksimalkan Sumber Daya, Dompleng Tren Kompetitor
Banyak penemuan spektakuler justru tidak berawal dari balik meja dengan bertumpuk-tumpuk buku. Penemuan luar biasa justru lahir saat si penemu sedang santai dan tidak serius.

"Sebuah inovasi lahir dari sebuah proses menyimak dan listening yang baik," . Agar muncul keinovatifan, setiap orang tidak perlu expert dalam suatu bidang. Orang yang terlalu expert cenderung berkutat pada sesuatu yang sangat diyakininya. Orang yang inovatif dan kreatif mampu melihat sebuah fenomena dalam berbagai perspektif . Segudang ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang bukan jaminan bakal lebih sukses daripada seseorang yang mengandalkan imajinasi dan kreativitas.
"Siapa pun yang ingin sukses harus belajar untuk berubah. Jangan terkungkung terhadap pakem yang sudah ada," . Pun bagi sebuah perusahaan, dalam kompetisi jangka panjang bukan lagi berorientasi pada produk yang sudah ada. "Yang paling relevan adalah teknologi baru, sumber daya baru, tipe organisasi baru, dan hal-hal mutakhir lainnya," .
Dulu, untuk menjadi sebuah perusahaan yang hebat membutuhkan aset-aset yang kasat mata (tangibles asset). Seperti modal yang kuat, tanah yang luas, tempat yang banyak, dan sebagainya. "Namun, sekarang apa yang bisa kita lakukan terhadap yang kasat mata tersebut," Dia mencontohkan sebuah stik golf. Orang berduit tentu tidak sulit mendapatkan properti olahraga elite itu. Tapi, tidak setiap orang mampu mendapatkan keunggulan dan keuntungan dari stick tersebut. "Coba Tiger Woods (pegolf profesional), berapa miliar uang yang bisa dia kumpulkan dari kepintarannya memainkan stik golf," .
Banyak kasus perusahaan-perusahaan yang hilang dari peredaran karena terlalu berkonsentrasi terhadap process excellence. Akibatnya, apabila terjadi perubahan yang radikal, operating excellence menjadi terganggu. "Perusahaan yang sukses tidak keukeuh dengan satu produk. Jika perlu, selalu ubah produknya," .
Perusahaan yang survive selalu menyeimbangkan antara create, operate, and trade. Agar perusahaan bisa tahan lama, jangan dominan di operate, porsi create harus ditambah sehingga cost of trade jadi lebih rendah. Jangan terpaku dengan knowledge yang ada, tapi berani beda dan mengambil risiko. Knowledge hanya digunakan untuk menambahkan empat work (kerja). "Work harder (kerja keras), work smarter (kerja cerdas), work together (kerja bersama), dan work from your heart (kerja dari hati)," .
Jadi, untuk menjadi sukses dalam banyak hal, suatu perusahaan harus mampu melihat ada atau tidak sumber daya yang bisa dimaksimalkan. Lalu, ada tren apa di luar yang bisa didompleng sehingga punya nilai tambah. Selanjutnya berinovasi, yaitu apa yang bisa diciptakan tapi belum ada di pasar. Kemudian, sebelum membumikan produk harus dikenali dulu customer based-nya. "Percuma punya list banyak tapi tidak mengenalinya," .
Hmmm . . . .

( Sumber : dirangkum dari jawapos.co.id Sabtu, 30 Sept 2006 )

No comments: