Tuesday, February 13, 2007

Health : Waspada Demam Berdarah

Apa dan Bagaimana Mengatasi Demam Berdarah?DBD adalah penyakit akut yang disebabkan infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus betina (lihat: "Siapa Aedes Aegypti Itu?") yang umumnya menyerang pada musim panas dan musim hujan. Virus itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD dengue.

Virus dengue termasuk famili flaviviridae, yang berukuran kecil sekali (35-45 nm). Virus ini dapat tetap hidup (survive) di alam ini lewat dua mekanisme:
- Mekanisme pertama, tranmisi vertikal dalam tubuh nyamuk. Dimana virus dapat ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya, yang nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual.
- Mekanisme kedua, tranmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh makhluk ~Vertebrata~ dan sebaliknya. Yang dimaksud dengan makhluk vertebrata disini adalah manusia dan kelompok kera tertentu.

Nyamuk sendiri mendapatkan virus ini pada saat menggigit manusia (makhluk vertebrata) yang saat itu darahnya (viraemia) sedang mengandung virus dengue. Virus yang sampai ke dalam lambung nyamuk akan mengalami replikasi (memecah diri atau berkembang biak), kemudian akan migrasi dan akhirnya sampai di kelenjar ludah.

Virus memasuki tubuh manusia lewat gigitan nyamuk yang menembus kulit. Empat hari kemudian virus akan mereplikasi dirinya secara cepat. Apabila jumlahnya sudah cukup, virus akan memasuki sirkulasi darah dan saat itulah manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas.

Tapi, reaksi tubuh manusia terhadap virus ini dapat berbeda. Perbedaan reaksi ini juga akan memanifestasikan perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit. Bentuk reaksi tubuh manusia terhadap keberadaan virus dengue itu adalah:
- Terjadi netralisasi virus, disusul dengan mengendapnya bentuk netralisasi virus pada pembuluh darah kecil di kulit berupa gejala ruam (rash).
- Terjadi gangguan fungsi pembekuan darah sebagai akibat dari penurunan jumlah dan kualitas komponen-komponen beku darah yang menimbulkan manifestasi perdarahan.
- Terjadi kebocoran pada pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya komponen plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah menuju ke rongga perut berupa gejala ascites dan rongga selaput paru berupa gejala efusi pleura.
Jika tubuh manusia hanya memberi reaksi pertama dan kedua, orang itu akan menderita demam dengue. Sementara, jika ketiga reaksi terjadi, orang itu akan mengalami DBD dengue.

Jika demam dengue terjadi, gejala-gejala yang timbul adalah:
- Demam, yang timbul secara mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40 derajat celcius) dan dapat disertai dengan menggigil. Demam ini hanya berlangsung 5-7 hari. Saat demam berakhir, sering kali dalam bentuk turun mendadak (lysis), disertai dengan keringat banyak dan tubuh tampak loyo. Kadang-kadang, dikenal istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung selama beberapa hari, sempat turun ditengahnya menjadi normal, lalu naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh.
- Timbulnya gejala panas, akan segera disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya, yang dikeluhkan adalah nyeri otot, sendi, punggung dan bola mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Adanya gejala nyeri ini, masyarakat awam sering menyebutnya flu tulang. Setelah penderita sembuh, gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh juga akan hilang.
- Ruam, yang dapat timbul pada saat awal panas (berupa flushing: kemerahan pada daerah muka, leher dan dada). Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit, berupa bercak-bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam yang seperti campak ini hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk spesifik seperti kaos tangan atau kaki.
- Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DBD dengue selalu disertai dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat secara spontan oleh penderita. Bahkan pada sebagian besar penderita, tanda perdarahan ini muncul baru setelah dilakukan test tourniquet. Bentuk-bentuk perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), agak besar di kulit (echimosis), gusi, hidung dan kadang-kadang dapat terjadi perdarahan masif yang dapat berakhir dengan kematian. Pada anak-anak tertentu, jika menderita panas juga disertai dengan perdarahan hidung (epistaksis). Hal itu dikenal sebagai habitual epistaksis, sebagai akibat kelainan sementara dari komponen beku darah yang disebabkan oleh segala bentuk infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Ada juga pada penderita lainnya, jika minum obat disaat panas, akan disusul dengan terjadinya perdarahan hidung.

Pada DBD dengue, secara umum, empat gejala seperti yang terjadi pada demam dengue juga akan terjadi. Bedanya adalah adanya manifestasi gejala klinis sebagai akibat adanya reaksi ketiga tubuh manusia terhadap virus dengue: keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah keluar dan masuk ke dalam rongga perut dan rongga selaput paru. Jika ini tidak segera ditanggulangi, manifestasi gejala perdarahan menjadi sangat masif. Prakteknya, sering kali dokter terpaksa memberikan tranfusi darah dalam jumlah yang tidak terbayangkan. Yang perlu dicermati adalah kapan penderita DBD dengue mulai mengalami keluarnya plasma (cairan) darah dari dalam pembuluh darah. Biasanya, keluarnya plasma darah terjadi pada sakit hari ke-3 sampai ke-6. Gejalanya didahului dengan penurunan panas badan penderita secara mendadak (lysis), diikuti dengan tubuh yang tampak loyo, pada perabaan akan didapatkan ujung-ujung tangan atau kaki dingin dan nadi yang kecil dan cepat. Saat itulah sebenarnya kondisi kritis yang harus dicermati. Karena semakin lemah dan loyo-nya penderita, akan terlambat atau kurang optimal untuk diselamatkan.

Biasanya DBD akan menyerang orang-orang yang tinggal di daerah pinggiran, kumuh dan lembab serta anak-anak berusia di bawah 15 tahun. Untuk mencegah serangan, tentunya adalah dengan membasmi nyamuk aedes yang menjadi media virus, dengan tidak menyediakan tempat perkembangbiakannya di tempat lembab dan berair. Untuk memberantas nyamuk itu, jentik-jentiknya atau sarang-sarangnya harus diberantas (PSN-DBD). Karena tempat berkembang-biaknya ada di rumah-rumah dan tempat-tempat umum, setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD, secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali. Selain itu, fogging dan memutuskan mata rantai pembiakan aedes aegypti lewat abatisasi juga harus dilakukan.

Bila seseorang terserang DBD, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak, seperti air susu, teh, air bening, oralit atau air minum lainnya. Sementara itu, si penderita dapat dikompres dengan air dingin atau es dan diberi obat penurun panah seperti parasetamol. Selanjutnya, si penderita harus segera dibawa ke dokter. Sebenarnya, belum ada vaksin yang dapat menyembuhkan DBD secara langsung. Untuk itulah, pengobatan media (lihat boks “Tradisionalpun Bisa Melawan DBD”) dilakukan adalah untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan, mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan shock atau preshock dengan mengusahakan penderita agar banyak minum, bila perlu diberi cairan lewat infus.


"Tradisionalpun Bisa Melawan DBD"Cara tradisional juga bisa dilakukan sebagai pertolongan terhadap penderita DBD, seperti diantaranya dengan memberikan:
- Jambu biji atau jambu klutuk secukupnya + 10 gram kunyit + 10 gram temu lawak, dijus, diminum.
- 30 gram daun dewa segar + 30 gram sambiloto segar direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, airnya disaring, diminum hangat-hangat.
- Bubuk kunyit + bubuk temu lawak + bubuk sambiloto masing-masing 5 gram diseduh dengan air mendidih secukupnya + madu secukupnya, diminum hangat-hangat.
- 30 gram kerikan kayu secang direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 200 cc, airnya disaring + madu secukupnya, diminum.
- Konsumsi angco atau oco setiap hari, dapat juga mengkonsumsi kie cie dan kiam boi/sun boi.

Sementara itu, agar terhindar dari gigitan nyamuk dapat memanfaatkan: 10 gram temu hitam + 10 gram kunyit + 10 gram temu lawak + 10 gram sambiloto direbus dengan 700 cc air hingga tersisa 300 cc, airnya disaring + madu secukupnya, diminum.

Penderita DBD dapat mengalami gangguan pada trombosit atau butiran darah merahnya menurun yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah dan terjadi pendarahan. Untuk mengatasi itu dapat memanfaatkan: 30 gram sambiloto segar + 30 gram daun dewa segar direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, airnya disaring dan diminum.

Bagi mereka yang terserang DBD akan mengalami penurunan daya tahan tubuh. Untuk mengembalikan daya tahan tubuh secara cepat dan efektif dapat memanfaatkan:
- 30 gram umbi daun dewa (thien chi) dijadikan bubuk, ambil 10 gram bubuk tersebut dan seduh dengan 200 cc air mendidih, diminum hangat-hangat. Lakukan sehari 3 kali.
- 30 gram daun dewa segar direbus dengan 400 cc air hingga tersisa 200 cc, airnya disaring, diminum.
- Konsumsi angco atau oco dan kie cie.

Untuk penderita DBD yang disertai pendarahan, dapat menggunakan:
- 200 gram akar teratai segar dijus, diminum atau dibuat masakan sop atau sesuai selera.
- 60 gram akar alang-alang segar + 10 butir angco direbus dengan 500 cc air hingga tersisa 200 cc, airnya disaring, diminum, angconya dimakan.

Sementara itu, untuk menambah nafsu makan penderita DBD dapat menggunakan:
- 1 – 3 buah kiam boi/sun boi diseduh dengan 200 cc air + madu secukupnya, diminum.
- 15 gram asam jawa segar + 15 gram kencur segar + gula jawa secukupnya direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc, airnya disaring, diminum.
Catatan: Proses merebus disarankan untuk menggunakan panci enamel atau periuk tanah.


Siapa Aedes Aegypti itu?Nyamuk aedes aegypti mempunyai badan kecil, berwarna hitam dengan bintik-bintik putih. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, nyamuk ini bersarang dan bertelur di genangan air jernih, bukan di got atau selokan kotor. Bahkan, nyamuk ini sangat menyukai bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, perangkap semut dan lainnya. Kebiasaan lainnya adalah suka hinggap pada pakaian yang bergantungan di kamar dan menggigit atau menghisap darah pada siang hari.

Dalam hidupnya, nyamuk ini mempunyai perilaku: mencari darah, istirahat dan berkembang-biak. Di saat setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur. Untuk itulah, nyamuk betina akan menghisap darah manusia setiap 2–3 hari sekali, selama pagi sampai sore hari pada waktu-waktu tertentu seperti pukul 08.00–12.00 dan 15.00–17.00. Untuk mendapatkan cukup darah, nyamuk betina sering menggigigt lebih dari satu orang. Nyamuk betina yang biasanya mencapai umur satu bulan ini mempunyai jarak terbang sekitar seratus meter.

Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina memerlukan istirahat 2–3 hari untuk mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukainya adalah tempat-tempat lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC, baju yang digantung di dalam rumah, kelambu, tirai, tanaman hias di luar rumah.

Nyamuk akan bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih, seperti tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari: bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (tower air) yang tidak tertutup, sumur gali. Selain itu, wadah berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air walau dengan volume kecil, juga menjadi tempat kesukaannya. Telur akan diletakkan dan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air. Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter perbutir. Di tempat kering (tanpa air), telur dapat bertahan sampai enam bulan. Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar dua hari terendam air. Setelah 6-8 hari, jentik nyamuk akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. Pupa nyamuk yang masih dapat aktif bergerak di dalam air tanpa makan, itu akan memunculkan nyamuk aedes aegypti baru setelah 1–2 hari.

Kalau dilihat dari siklusnya, nyamuk ini mempunyai fase menjadi telur, jentik, pupa dan nyamuk dewasa. Telur nyamuk ini tidak berpelampung, sehingga satu per satu akan menempel ke dinding. Jentik, berbentuk sifon dengan satu kumpulan rambut yang saat istirahatnya akan membentuk sudut dengan permukaan air. Pupa yang berbentuk terompet panjang dan ramping, sebagian kecil tubuhnya kontak dengan permukaan air. Nyamuk dewasa dengan panjang 3–4 milimeter, mempuyai bintik hitam dan putih pada badan dan kepala serta ring putih di kakinya .

dari berbagai sumber terutama tempointeraktif.com

No comments: