Thursday, April 05, 2007

Kaca Diri : Berprasangka POSITIF




Manusia memiliki kebebasan hati untuk memilih apakah bersikap positif atau memilih respon negatif, dari setiap situasi, keadaan, tulisan,semuanya ditentukan dari hati masing-masing.
Sebagai manusia yang dibekali kecerdasan hati nurani, sebaiknya selalu memilih sikap yang berlandaskan hati nurani terdalam. Hindarilah prasangka negatif dalam setiap tindakan, tidak terkecuali dalam menulis email ataupun menangapi sebuah tulisan dalam milis. Karena adanya prasangka akan dapat menutupi kejernihan suara hati nurani seseorang.

Dalam sebuah hadits secara tegas disampaikan bahwa, “ Takutlah kalian berprasangka, karena itu merupakan sedusta-dusta perkataan.” Memiliki prasangka negatif tidak sedikitpun mendatangkan kebaikan, baik buat diri sendiri maupun buat orang lain. Yang ada hanyalah mendatangkan kerugian dan kekecewaan bagi semua pihak. Karena suara hati nurani yang bersumber dari percikan sifat-sifat “Illahiah” dari Allah Tuhan Yang Memiliki Kehidupan akan tertutupi. Dampaknya adalah memandang kehidupan dengan tidak memiliki kejernihan hati, sehingga merugikan diri sendiri, orang lain, organisasi maupun lingkungan kehidupan.


Apa sesungguhnya prasangka itu ? Kalau kita mengelaborasi pengertian prasangka ini dari Imam Sufyan Ats-Tsauri seorang ulama muslim, sesungguhnya prasangka itu ada dua jenis:

Pertama, prasangka yang dilakukan oleh orang dengan menampakkannya melalui ucapan atau tulisan.
Kedua, prasangka yang dilakukan oleh orang yang hanya berprasangka dalam hati dan tidak diungkapkan dalam ucapan maupun tulisan.

Dalam banyak riwayat disampaikan bahwa, “Allah SWT justru melihat apa yang ada di kedalaman hati hamba-Nya.” Itu artinya, prasangka negatif dalam hati sekecil apapun tidak akan pernah luput dari pantauan Allah SWT. Karena itu, marilah kita dalam berkomunikasi, menulis email, berusaha menghindari prasangka negatif dan prasangka buruk dari dalam hati, karena hal ini hanya akan menutup potensi kejernihan suara hati nurani yang merupakan percikan sifat-sifat mulia yang bersumber dari Allah SWT. Lebih baik selalu berusaha mengarahkan hati pada pikiran positif, sehingga tulisan, tindakan dan ucapan tetap terjaga kejernihannya.


Kita adalah raja dari hati dan pikiran kita sendiri. Maka lebih baik mengendalikan hati dan pikiran untuk selalu kearah positif. Hati yang positif akan menentukan sikap hidup yang positif, sikap hidup positif akan mempengaruhi kebiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan yang positif akan menghasilan hal-hal positif dan kemudahan dalam hidup ini.


Disarikan dari tulisan Bpk Ekojalusantoso penulis buku The art of life revolution

No comments: