Thursday, August 16, 2007

62 tahun indonesia merdeka ( III )

Tuesday, 14 August 2007 Harian Sore Wawasan

Nasionalisme sebatas kata-kata

KEMERDEKAAN bangsa Indonesia tidah diperoleh dengan cara yang mudah. Kemerdekaan yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus bukanlah suatu pemberian atau hadiah dari penjajah, melainkan dari pengorbanan para pejuang pembela tanah air kita.

Dalam proses pencapaian kemerdekaan Republik Indonesia (RI), puluhan bahkan ribuan pahlawan kemerdekaan gugur di medan pertempuran. Mereka tidak hanya berkorban harta dan benda, melainkan nyawa pun mereka taruhkan untuk mengusir para penjajah dari bumi Indonesia. Banyak dari kaum wanita yang terpaksa harus menjanda, dan tidak sedikit pula dari anakanak bangsa yang terpaksa menjadi yatim piatu.

Mengingat begitu besarnya pengorbanan para pahlawan kita dalam memperjuangkan kemerdekaan, maka sudah sepantasnya. Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia (RI) diperingati oleh segenap komponen bangsa.

Peringatan ini bertujuan untuk mendoakan arwah para pahlawan, mengenang perjuangan dan pengorbanan yang telah mereka berikan bagi bangsa Indonesia, serta memupuk nasionalisme generasi penerus bangsa.

Dengan dilakukannya peringatan HUT kemerdekaan RI, diharapkan generasi muda sebagai generasi penerus bangsa dapat mengisi kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan halhal yang positif, hal-hal yang dapat membangun dan meningkatkan harkat dan martabat bangsa di mata dunia internasional.

Khusus untuk Kota Semarang, peringatan HUT kemerdekaan RI yang ke-62 kali ini jauh lebih meriah daripada tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, peringatan HUT diawali dengan gelar Semarang Pesona Asia (SPA) yang diselenggarakan dari tanggal 9- 15 Agustus 2007. Berbagai macam lampu hias, umbul-umbul, spandukspanduk, dan asesoris, bernuansa nasionalisme terdapat di seluruh penjuru kota.

Aksi gotong-royong membersihkan jalan, mengecat pagar-pagar rumah, dan membuat gapura menjadi fenomena yang selalu terjadi menjelang peringatan HUT kemerdekaan RI. Berbagai macam hiburan dan perlombaan, seperti jalan sehat dan balap karung, banyak digelar guna menambah semarak perayaan HUT kemerdekaan RI.

Sayangnya, masyarakat seringkali larut dalam suasana senang-senangnya saja. Akibatnya, terjadi pergeseran makna dari peringatan HUT kemerdekaan RI itu sendiri. Peringatan yang semula bertujuan untuk mengenang jasa-jasa para pejuang kemerdekaan dan menumbuhkan nasionalisme generasi muda beralih menjadi ajang hiburan semata.

Perayaan HUT kemerdekaan RI yang mendatangkan artis-artis terkenal akan dapat dengan mudah menyedot antusiasme masyarakat. Tidak heran jika generasi muda lebih fasih menyanyikan lagu-lagu pop kontemporer dari pada menyanyikan lagulagu wajib nasional.

Menurut penulis, nasionalisme dalam peringatan HUT kemerdekaan RI tahun ini semakin memudar. Lagulagu perjuangan pun sudah sangat jarang diperdengarkan. Nasionalisme yang ada sekarang ini hanya sebatas kata. Orang sangat sering berbicara mengenai nasionalisme, namun mereka tidak memahami apa makna nasionalisme tersebut.

Memudarnya nasionalisme dikalangan masyarakat disebabkan oleh dua hal. Pertama, tidak ada contoh kepahlawanan sejati yang ditunjukan oleh para pemimpin di negeri ini. Pahlawan sejati, layaknya pahlawanan pejuang kemerdekaan, rela mengorbankan harta dan nyawanya untuk tanah air Indonesia. Saat ini yang ada hanyalah ‘’penjajah-penjajah’’ yang mengatasnamakan rakyat untuk memperoleh kepentingan pribadi atau golongannya sendiri.

Dalam hal kepahlawanan kiprah tim nasional sepak bola Indonesia dalam ajang piala Asia beberapa waktu lalu, barangkali bisa dijadikan sebagai contoh. Mereka mengeluarkan segala kemampuan dan berjuang ‘’mati- matian’’ untuk mengalahkan lawan. Tidak sedikit dari mereka yang harus cidera demi mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia sepak bola.

Sikap kepahlawanan inilah yang pada akhirnya menumbuhkan rasa nasionalisme masyarakat kita. Puluhan ribu supporter bersatu padu menanggalkan atribut daerahnya guna mendukung tim nasional berlaga.

Kedua, peringatan HUT kemerdekaan RI dijadikan ajang untuk mencari keuntungan oleh para pengusaha. Salah satu indikator yang dapat kita lihat adalah dari beragam sepanduk kemerdekaan yang mereka buat. Isi pesan dari sepanduk-sepanduk tersebut lebih menonjolkan promosi produk yang mereka tawarkan daripada pesanpesan yang dapat menggugah rasa nasionalisme.

Menurut hemat penulis, guna menumbuhkan kembali nasionalisme masyarakat dalam peringatan HUT kemerdekaan RI maka harus dilakukan beberapa perubahan. Selain para pemimpin di negeri ini harus menunjukkan sikap kepahlawanan yang sejati, lomba-lomba yang diselenggarakan menjelang 17-an juga harusnya dapat menghibur sekaligus memupuk nasionalisme. Misalnya saja lomba drama perjuangan. Dengan drama semacam ini, generasi muda ‘’dipaksa’’ untuk belajar kepahlawanan, mengenang perjuangan para pahlawan, dan memainkannya dalam sebuah drama. Perusahaan-perusahaan bisnis harus berperan aktif dalam memberikan dukungan finansial guna mengembangkan drama semacam ini.

Selain lomba drama perjuangan, pemutaran film-film perjuangan juga perlu digalakkan agar generasi muda dapat membayangkan dan merasakan betapa susahnya kemerdekaan Indonesia diraih. hf

Penulis Dwi Hastho Mahasiswa FISIP Undip

No comments: